Berita
Imam Khomeini: Telaah Hadis Kibr [Bag. 6]
Saya berlindung kepada Allah Swt dari suatu tempat yang meskipun ia itu tempat penyiksaan mengeluh tentang panasnya dan neraka menyala ketika ia bernafas. Di dunia ini kita tidak dapat mengetahui bagaimana dahsyatnya api akhirat karena perbedaan antara kedahsyatan dan keringanan siksaan ditentukan oleh beberapa faktor.
Baca pembahasan sebelumnya Telaah Hadis Kibr
Faktor pertama adalah kekuatan dan kelemahan persepsi, makin kuat pelaku persepsi dan makin sempurna serta jernih persepsi yang dilakukanmnya tentu makin keras ia akan merasakan kepedihan dan siksaan. Kedua adalah berlainannya jenis-jenis materiil dan kemampuannya yang berbeda-beda dalam menahan panas. Misalnya emas dan besi dapat dikenai panas yang lebih besar daripada timah hitam dan timah. Timah hitam dan timah dapat menahan panas yang lebih besar daripada kayu dan batu bara, kayu dan batu bara kurang sensitif dibandingkan dengan daging dan kulit.
Faktor yang lainnya adalah sensitivitas persepsi, misalnya saja otak manusia meskipun kurang tahan terhadap panas lebih sensitif terhadap panas dibandingkan dengan tulang sebab daya persepsinya lebih kuat. Sedangkan lemah dan kuatnya panas itu sendiri merupakan faktor lain lagi. Pada 100 derajat panas lebih memedihkan dibandingkan dengan 50 derajat. Ada satu faktor lagi yakni jarak relatif antara sumber panas dan benda yang terkena manusia panas, misalnya apabila api sangat dekat letaknya dengan tangan akan timbul rasa terbakar yang berbeda dengan apabila api berada di tempat yang agak jauh.
Kelima faktor yang disebutkan di atas itu ada di dunia ini tetapi pada derajatnya yang paling lemah. dan dan di akhirat kelima faktor itu berada pada kekuatan dan dayanya yang paling puncak. Semua kemampuan persepsi kita tidak sempurna, lemah, dan tertutupi oleh beberapa tabir di dunia ini.
Sekarang ini daya lihat kita tidak sanggup melihat malaikat dan neraka, telinga kita tidak dapat mendengar suara-suara dari alam akhirat, dan jeritan-jeritan penghuninya serta riuh rendahnya suara-suara dari hari kiamat. Indra kita bahkan tidak mampu merasakan panasnya neraka kelak. Ini disebabkan oleh kelemahan pada indra konseptual kita sendiri. Ayat-ayat al-Quran dan hadis para Imam as banyak memberikan keterangan yang tersurat maupun tersirat mengenai masalah tersebut.
Di dunia ini tubuh manusia tidak sanggup menahan panas. Api dunia ini cukup untuk meleburkan tubuh manusia menjadi abu dalam beberapa saat. Namun Allah mampu menciptakan kembali tubuh itu dalam bentuk yang sedemikian pada hari kiamat sehingga tubuh itu tidak akan dapat dilumatkan oleh api akhirat, yaitu api yang kekuatannya sedemikian dahsyat, sehingga berdasarkan kesaksian malaikat Jibril as jika mata rantai dan api yang disediakan para penghuni neraka dilemparkan ke dunia ini akan leburlah semua gunung disebabkan oleh panasnya yang sedemikian dahsyat. Oleh karena itu daya tahan tubuh manusia di alam itu akan sedemikian hebat. Juga hubungan antara tubuh dan ruh sangat rapuh di dunia ini.
Dunia ini tidak memberikan kesempatan kepada ruh untuk memanifestasikan fakultas-fakultas nyata dan kekuatan-kekuatannya. Namun alam itu merupakan alam manifestasi dan dominasi ruh, di sana hubungan ruh dengan tubuh sangat dekat dengan tindakan dan kreativitas -karena telah termapankan oleh dalam tempat yang tepat- dan hubungan ini merupakan hubungan yang paling lengkap dan sempurna.
Tapi di dunia ini tidak seberapa panas dan merupakan gejala yang fana yang berpadu dengan segala macam noda sedangkan api neraka bebas dari segala macam noda dan substansinya mandiri dan abadi. Ia merupakan suatu substansi yang hidup dan membakar para penghuninya berdasarkan kehendak dan kesadaran serta menggunakan segenap dayanya untuk menelan mereka.
Kau pernah mendengar seluk-beluknya dari Jibril as -sang saksi terpercaya- lalu al-Quran dan hadis para Imam as pun penuh dengan gambaran tentang neraka dan apinya. Namun di dunia ini api neraka itu tidak ada yang menyamainya. Api neraka adalah api yang menelan hati, jiwa, dan semua daya manusia meresap dan menyatu dengannya sedemikian sehingga tidak ada sesuatu pun yang dapat menggambarkannya di dunia ini.
Jadi jelaslah bahwa di dunia ini sama sekali tidak ada yang dapat menanggung siksaan Allah Swt. Semua benda juga tidak sanggup menahan panasnya. Hembusan nafas api yang panas dalam mengobarkan neraka tidak mungkin dapat dibayangkan oleh kita dan indra persepsi kita kecuali -semoga Allah menjauhkan dari kita- kalau kita ini termasuk orang yang sombong yang meninggalkan dunia ini dalam keadaan belum membersihkan diri dari kekejian yang menjijikkan dan melihatnya langsung, fabi’sa matswal-mutakabbirin [sesungguhnya tempat tinggal orang-orang yang sombong itu adalah tempat tinggal yang paling buruk].
Imam Khomeini, “40 Hadis: Hadis-hadis Mistik dan Akhlak”