Berita
Kisah Para Nabi Ulul Azmi di Tengah Kaumnya
Sejarah menjelaskan pada kita bahwa para nabi telah hidup ditengah-tengah kita dan mengajak kita mengikuti seruan Ilahi. Namun, sejarah tidak banyak menjelaskan kehidupan mereka. Hanya sejarah kehidupan Rasulullah saw saja yang terpelihara dengan jelas untuk kita dan al-Quran yang mulia, kitab suci yang dibawa beliau, berisi tujuan-tujuan beragama, juga menjelaskan pesan-pesan dan tujuan tujuan para nabi sebelumnya.
Al-Quran juga menyatakan dengan jelas bahwa Allah Swt telah mengutus banyak nabi kepada umat manusia yang semuanya mengajak mereka kepada tauhid dan agama kebenaran. Allah Swt berfirman: Dan Kami tidak mengutus seorang Nabi pun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Tuhan selain melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian. [QS. Anbiya: 25]
Ada lima nabi yang memiliki kitab suci dan ajarannya dirujuk dalam al-Quran.
Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu, tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik, agama yang kamu seru mereka kepadanya. [QS. asy-Syura: 13]
Nabi Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as, dan Muhammad saw yang membawa kitab suci dan hukum yang diwahyukan disebut Rasul Ulul Azmi. Namun para nabi bukan hanya mereka saja. Setiap umat memiliki seorang nabi. Namun, hanya sekitar 25 orang nabi saja yang disebutkan dalam al-Quran.
Sebagaimana firman Allah: Dan Sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu di antara mereka, ada yang kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak kami ceritakan kepadamu. [QS. al-Mu’min: 78]
Rasul-rasul yang datang setelah Rasul Ulul Azmi menyeru umat manusia kepada hukum Ilahi yang dibawa para Rasul Ulul Azmi demi melanjutkan misi para pendahulu mereka. Allah Swt mengutus rasul termulia, Muhammad saw, sebagai penutup para nabi untuk menyebarluaskan perintah-perintah Tuhan dalam bentuknya yang terakhir dan ketentuan-ketentuan agama paling sempurna. Dia telah menjadikan kitab suci yang dibawanya sebagai kitab suci terakhir dan sebagai konsekuensinya, Allah Swt menetapkan bahwa agama yang dibawa Rasullah saw berlaku hingga hari kebangkitan dan hukum yang diturunkannya berlaku hingga akhir zaman.
Nabi Nuh as
Rasul pertama yang diutus Allah Swt dengan sebuah kitab suci kepada umat manusia adalah Nabi Nuh as. Ia mengajak kaumnya kepada ajaran tauhid dan menjauhi syirik serta penyembahan berhala. Jelas dari al-Quran bahwa Nuh as berjuang keras untuk mengakhiri perbedaan kelas dan membasmi penindasan. Nuh as menyebarkan ajaran-ajarannya dengan cara mengajak umat manusia menggunakan akalnya yang merupakan perkara baru bagi umat manusia di masa itu.
Dalam masa pertentangan yang lama dengan masyarakat yang jahil dan keras kepala, Nuh as berhasil mengajak sekelompok kecil mereka ke dalam bimbingannya. Kemudian Allah Swt mengirimkan banjir untuk membasmi kaum kafir tersebut dan membersihkan bumi dari kekotoran mereka. Nuh as selamat dari banjir tersebut dengan sejumlah pengikutnya dan kemudian meletakkan dasar-dasar agama bagi masyarakat baru tersebut. Rasul besar ini menjadi peletak dasar hukum Tuhan dan orang pertama yang diutus Tuhan untuk berjuang melawan penindasan, ketidakadilan, dan tirani. Karena pengabdian yang telah dilakukan terhadap agama kebenaran, Allah Swt menganugerahkan kepadanya salam khusus yang maktub dalam al-Quran:
Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam [QS. ash-Shaffat: 79]
Nabi Ibrahim as
Sesudah zaman Nuh as, terdapat masa yang panjang, di mana banyak nabi seperti Hud as dan Saleh as yang membimbing manusia kepada Tuhan dan jalan yang lurus. Kendati demikian, fenomena syirik dan penyembahan kepada berhala terus berkembang dan akhirnya menguasai dunia. Allah Swt dengan kebijaksanaan tertinggi mengangkat Ibrahim as sebagai rasul.
Ibrahim as merupakan teladan sempurna dari manusia yang hidup sesuai fitrah sejatinya. Dengan fitrahnya yang murni, ia mencari kebenaran dan menyadari bahwa ada satu Tuhan di atas segala makhluk seraya berjuang melawan kemusyrikan dan penindasan sepanjang hayatnya.
Sebagaimana dijelaskan al-Quran dan ditegaskan hadis-hadis para Imam, Ibrahim as menghabiskan usia kanak-kanaknya dalam gua yang jauh dari kesibukan dan hiruk pikuk kehidupan kota. Suatu hari, Ibrahim as meminta izin kepada ibunya untuk pergi ke kota mengunjungi pamannya, Azar. Jiwanya yang murni dihadapkan pada beribu-ribu hal baru yang menakjubkan. Beliau as menyaksikan berhala-berhala yang dibuat dan disembah Azar serta yang lain. Ibrahim as bertanya, apa sebetulnya benda-benda itu. Namun, penjelasan yang diberikan kepadanya bahwa benda-benda itu adalah Tuhan, tidak memuaskan hatinya.
Setelah melewati pengalaman demi pengalaman itu, Ibrahim as dengan terang-terangan dan tanpa rasa takut menyatakan dirinya sebagai orang yang beriman kepada satu Tuhan dan menyatakan rasa jijiknya terhadap kemusyrikan dan penyembahan berhala yang sedang menguasai masyarakat. Ibrahim as tidak lagi melihat jalan lain selain berjuang melawan mereka. Tanpa rasa letih dan lelah, beliau berjuang dan menyeru umat manusia kepada tauhid. Akhirnya, Ibrahim as memasuki kuil [tempat] berhala dan menghancurkan berhala-berhala di situ. Hal ini membuatnya dituduh sebagai penjahat besar oleh masyarakat. Lalu, Ibrahim as dijatuhi hukuman dengan dibakar hidup-hidup. Namun, Allah Swt melindunginya dari nyala api. Beliau pun keluar dari kobaran api dalam keadaan selamat.
Akhirnya, Ibrahim as bertolak dari tanah kelahirannya ke Syria dan Palestina, di mana beliau melanjutkan misinya.
Menjelang akhir hayatnya, beliau dikaruniai dua anak laki-laki; Ishak, moyang bangsa Israil, dan Ismail, moyang bangsa Arab. Beliau as kemudian membangun Kabah di Mekah dan mensyariatkan ibadah haji yang dilanjutkan bangsa Arab hingga masa Rasulullah saw dan datangnya Islam.
Ibrahim as termasuk Bapak agama samawi yang sejati. Menurut al-Quran, Ibrahim as membawa kitab suci dan merupakan orang pertama yang menyebut agama Tuhan dengan agama Islam dan para pemeluknya sebagai muslim. Semua agama tauhid (Yahudi, Kristen, dan Islam) berasal darinya. Sebab seluruh rasul agama tersebut (Musa as, Isa as, dan Muhammad saw), adalah pewarisnya dan mengikuti jejaknya dalam misi mereka.
Musa as
Musa as adalah anak Imran. Beliau as merupakan rasul ketiga dari Ulul Azmi. Musa as adalah anak Israil [keurunan Yaqub]. Ketika Musa as lahir, bani Israil sedang menjalani kehidupan yang hina, sebagai tawanan di kalangan bangsa Mesir.
Ibu Nabi Musa as mendapatkan perintah dalam mimpi untuk menaruh anaknya dalam sebuah peti kayu dan melarungkannya di sungai Nil. Arus air membawanya langsung ke istana Firaun. Firaun memerintahkan peti itu diambil dan dibuka. Atas desakan sang ratu, bayi itu tidak dibunuh Firaun, karena mereka tidak punya anak. Lalu mereka mempercayakan bayi Musa as kepada seorang pengasuh yang ternyata adalah ibu si bayi sendiri.
Musa as tinggal di istana Firaun sampai tumbuh menjadi seorang pemuda. Kemudian beliau as diangkat menjadi rasul oleh Allah Swt dan diperintahkan untuk mengajarkan agama tauhid. Musa as juga diperintahkan menyelamatkan bani Israil dari kekuasaan bangsa Mesir dan menunjuk Harun sebagai wasyi. Namun, ketika Musa as mensyiarkan risalahnya dan menyampaikan pesan nilai yang dibawanya, Firaun, seorang penyembah berhala, menunjuk patungnya sendiri sebagai Tuhan bangsa Mesir yang harus mereka sembah.
Kendati Musa as mengajak kaumnya selama bertahun-tahun dan memperlihatkan banyak mukjizat, namun Firaun dan kaumnya justru mereaksi dengan kekerasan dan kekejaman. Akhirnya, atas perintah Allah Swt, Musa as membawa bani Israil ke Mesir di waktu malam. Selagi mereka mendekati Laut Merah, Firaun mengetahui keberadaan mereka dan memerintahkan pasukannya melakukan pengejaran. Musa as diberikan mukjizat oleh Allah Swt untuk membelah laut merah dan menyeberanginya bersama kaumnya. Akhirnya Firaun dan bala tentaranya tenggelam. Allah Swt menurunkan Taurat kepada Musa as dan menetapkan hukum-Nya kepada kaum bani Israil
Isa al-Masih as
Isa adalah Rasul Ulul Azmi ke-4 yang membawa kitab suci dan hukum yang diwahyukan. Beliau lahir dengan cara supranatural. Ibunya, Sayyidah Maryam, adalah seorang perawan saleh yang tekun beribadah di Betlehem. Hingga suatu ketika Allah Swt mengutus Ruh Kudus turun kepadanya dengan membawa kabar gembira tentang kedatangan al-Masih dan menjadikannya mengandung.
Isa as dapat berbicara dari dalam buaian untuk menjawab tuduhan-tuduhan yang dilontarkan terhadap ibunya dan memberitahukan banyak orang akan kerasulan dan kitab sucinya. Kemudian, setelah beranjak dewasa, beliau as mulai berdakwah kepada orang banyak dan menghidupkan kembali hukum-hukum yang diwahyukan kepada Musa as dengan beberapa perubahan. Isa as mengutus murid-muridnya ke segenap penjuru untuk menyebarkan risalahnya. Orang-orang Yahudi pun berkomplot untuk membunuhnya. Namun Allah Swt menyelamatkannya dan orang-orang Yahudi itu keliru dengan menyalib orang lain.
Di sini, perlu dinyatakan bahwa Allah Swt menguatkan dalam al-Quran bahwa Isa as diberi kitab suci yang disebut Injil. Namun Injil ini bukanlah salah satu dari kitab yang ditulis orang sesudah masa hidup beliau as, yakni Matius, Markus, Lukas, dan Yahya.
Allamah Sayyid Husain Thabathaba’i, Inilah Islam