Kajian Islam
Kewajiban Terhadap Kedua Orangtua dan Anak
Kewajiban terhadap Kedua Orangtua
Seorang anak lahir ke dunia melalui Ayah dan Ibunya serta dibesarkan oleh keduanya. Karena itu, Islam memerintahkan kita untuk patuh dan hormat pada orangtua kita. Allah Swt memerintahkan kita berbuat baik pada kedua orangtua, langsung setelah perintah untuk bertauhid.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (QS. al-Isra: 23)
Dalam hadis-hadis yang menerangkan tentang dosa-dosa besar, durhaka pada kedua orangtua dicantumkan langsung sesudah syirik. Ayat yang dikutip di atas berlanjut sebagai berikut:
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:, “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.'” [QS. al-Isra: 23-24]
Dalam Islam, kepatuhan pada kedua orangtua bersifat wajib, kecuali jika mereka memerintahkan kita meninggalkan perbuatan yang wajib atau memerintahkan perbuatan terlarang. Pengalaman mengajarkan bahwa orang yang membuat marah kedua orangtuanya tidak akan berhasil dalam kehidupan di dunia ini dan tidak akan selamat di akhirat.
Dalam keluarga, kedudukan ibu dan bapak terhadap anak laksana akar sebatang pohon terhadap cabang-cabangnya. Sebagaimana kehidupan dan perkembangan cabang-cabang pohon tergantung pada akar-akarnya, demikian pula ibu dan bapak. Keduanya merupakan pondasi kehidupan sang anak. Ini juga mengingat masyarakat terdiri dari dua lapisan, yaitu orang tua dan anak. Dan kedua unsur itu adalah akar masyarakat.
Berbuat buruk pada ibu bapak serta membuat keduanya marah, apalagi bersikap tidak tahu terima kasih terhadap keduanya, berarti merongrong kemanusiaan seseorang dan merusak masyarakat. Dari sudut pandang lain, jika generasi muda memandang orang tuanya tanpa hormat, maka mereka sendiri juga tidak bisa mengharapkan perlakuan yang baik dari anak keturunan mereka. Mereka tidak dapat mengharapkan kebaikan budi dan bantuan dari anak-anak mereka pada usia tuanya dan dengan demikian mereka tidak akan terdorong untuk membesarkan dan mendidik anak-anak mereka. Kita menyaksikan gejala seperti ini pada generasi muda sekarang.
Jika sikap seperti ini diikuti manusia di seluruh dunia, niscaya manusia akan berhenti beranak pinak. Sebab, orang berakal tak akan mau mengabdikan dirinya untuk membesarkan dan mendidik anak yang tidak akan menghasilkan buah atau perlindungan.
Kewajiban terhadap Anak
Sesuatu yang harus kita kerjakan dinamakan hak jika dikaitkan dengan orang yang memperoleh manfaat darinya; dan disebut kewajiban atau tanggung jawab jika dikaitkan dengan orang yang harus melaksanakannya. Sebagai contoh, jika seseorang melakukan suatu pekerjaan untuk orang lain dengan diupah, maka membayar upah tersebut adalah kewajiban orang yang memperkerjakan [majikan]. Sementara memperoleh upah adalah hak dari pekerja atau buruh. Jika majikan tidak membayar upah tersebut, pekerja dapat menuntutnya dan mendesakkan haknya.
Karena manusia tidak diciptakan untuk hidup selamanya di dunia ini, di mana pada akhirnya ia harus meninggalkan dunia ini, dan untuk menjaga agar ras manusia tidak punah, Tuhan telah mengatur suatu cara reproduksi bagi manusia. Dia telah membekali manusia dengan alat untuk mengembangbiakan jenisnya, lengkap dengan emosi-emosi yang menyertai alat tersebut.
Dengan peralatan sedemikian lengkap, manusia secara alamiah memandang keturunan sebagai bagian dari dirinya dan kehidupan keturunannya. Yaitu sebagai kelestarian hidupnya di dunia ini, yang dengannya manusia rela melakukan setiap usaha dan menanggung segala kesukaran untuk menyenangkan anak-anaknya. Sebab, jika anak-anak mereka gagal atau sakit, ini sama saja dengan mereka yang gagal atau sakit. Dalam hal ini, sesungguhnya mereka hanya mengerjakan apa yang telah diciptakan aturan penciptaan; bahwa spesies manusia harus dilestarikan. Karena itu, sudah menjadi kewajiban sang ibu dan bapak untuk melaksanakan tuntutan hukum maupun tuntutan kesadaran berkenaan dengan anak-anak mereka demi membesarkan mereka dengan baik agar tumbuh menjadi manusia-manusia bermartabat.
Mereka harus memberikan anak-anak itu kemanusiaan yang mereka berikan pada diri mereka sendiri. Marilah kita kaji dengan bagian yang tercakup dalam pokok masalah ini.
Pertama, sejak si anak menunjukkan pemahaman mengenai pembicaraan dan isyarat-isyarat, orang tua harus menanamkan di dalam jiwanya dasar-dasar kebajikan dan sifat-sifat yang baik. Sejauh mereka mampu, mereka harus menghindari perbuatan menakut-nakuti dengan tahayul dan harus menjaganya dari kejahatan dan tindakan-tindakan tercela. Mereka harus menghindari dusta, membicarakan kejelekan, dan pemakaian bahasa yang tak senonoh di hadapannya. Mereka harus berperilaku baik di depan anak agar tumbuh dengan saleh dan berakhlak baik. Mereka harus memperlihatkan ketekunan, harapan, kejujuran, serta keadilan agar anak dapat menyerap dari orangtuanya, rasa cinta terhadap keadilan dan kemanusiaan serta tidak turut campur dalam intimidasi, niat-niat buruk, dan egoisme
Kedua, sampai si anak cukup besar untuk mengambil keputusan sendiri, orang tua harus memberikan perhatian pada makanannya, tidurnya, dan kebutuhan-kebutuhann lainnya. Mereka harus memperhatikan kesehatan anaknya agar memiliki akal dan tubuh yang sehat serta watak yang kuat dan siap dididik.
Ketiga, anak telah mencapai usia di masa dirinya dapat berperan serta dalam pertemuan-pertemuan umum dan pertemuan-pertemuan keluarga. Orangtua harus membawanya serta dan memperkenalkannya dengan cara-cara yang sopan dalam bergaul dengan orang banyak agar terbiasa dengan adat kebiasaan masyarakat. Sedangkan bagi anak, selain pada ibu bapaknya, ia wajib pula memberi penghormatan pada orang-orang yang lebih tua. Sebagaimana disabdakan Rasulullah saw, “Menghormati orang yang lebih tua berarti menghormati Tuhan.”
Alamah Sayyid Husain Thabathaba’i, Inilah Islam