Akhlak
Imam Khomeini: Telaah Hadis Riya (Bag. 7)
Ajakan pada Keikhlasan
Sahabatku, berbuatlah yang bijaksana dan berhati-hati. Periksalah setiap perbuatanmu yang paling kecil sekalipun dengan seteliti mungkin. Cobalah menilai setiap perbuatanmu dengan melakukan introspeksi; apakah perbuatan itu bermotif baik atau tidak. Apa yang mendorongmu salat malam dalam suatu majelis? Mengapa engkau begitu bersemangat bercerita kepada orang lain pada setiap kesempatan? Jika itu engkau lakukan demi Allah Swt dan engkau ingin orang lain menerimamu, engkau berpikir dalam kerangka orang yang menunjukkan jalan kebaikan dan kedudukannya sama dengan orang yang melakukannya. Dan pada saat yang sama, engkau pun melakukan perbuatan baik itu dan beralasan untuk menunjukkan kepada orang lain.
Baca pembahasan sebelumnya Imam Khomeini: Telaah Hadis Riya
Puji syukur kepada Allah Swt karena Dia telah memberimu kemampuan untuk berbuat dengan kesadaran yang jernih dan hati yang bersih. Namun, waspadalah terhadap tipu daya iblis ketika engkau sedang memeriksa niatmu, karena ia dapat menggambarkan perbuatan riya sebagai suci yang bukan untuk kepentingan diri sendiri. Jika perbuatanmu itu bukan kau lakukan demi Allah, lebih baik engkau tidak melakukannya, karena akan dianggap sum’ah –mempertunjukan perbuatan baik yang palsu dan merupakan salah satu cabang pohon riya. Allah Swt tidak akan mengakuinya serta akan melempar pelakunya ke sijjin. Kita harus berlindung kepada Allah dari kejahatan tipu daya yang amat halus.
Kita yakin bahwa perbuatan-perbuatan kita tidaklah bersih dan ikhlas karena jika kita memang hambanya yang benar, mengapa iblis–yang telah berjanji tidak akan mempengaruhi perbuatan hamba-hambanya yang benar–terus mengganggu kita dan membuat kita sebagai sarana dari rencana jahatnya? Dalam kata-kata guru kami yang terhormat, iblis adalah anjing penjaga pengadilan Yang Mahakuasa. Ia tidak akan menggonggong pada orang yang dekat kepada Allah Swt dan tidak akan mengganggunya. Sebagaimana anjing penjaga tidak akan memusuhi teman dari tuannya, demikian pula iblis mengenali sahabat Allah Swt dan tidak akan mengizinkan seorang asing mendekatinya.
Karena itu, setiap saat engkau harus menyadari bahwa iblis mempengaruhi perbuatanmu; ketahuilah segera bahwa perbuatanmu dilakukan tanpa keikhlasan dan tidak demi Allah semata-mata.
Jika engkau termasuk mukmin yang ikhlas, mengapa mulutmu tidak mengeluarkan kata-kata bijak yang datang dari hati? Selama 40 tahun, engkau merasa telah melakukan perbuatan-perbuatan baik demi Allah, padahal dalam sebuah hadis dikatakan bahwa siapa pun yang beriman kepada Allah selama 40 hari, niscaya kebijaksanaan akan melimpah dari hatinya. Karenanya, itu menjadi tanda bagi kita untuk menyadari bahwa perbuatan-perbuatan kita tidak dilakukan demi Allah, meskipun kita tidak menyadarinya dan itu juga menjadi sebab utama bagi penyakit kita yang tidak dapat disembuhkan.
Sungguh malang orang-orang yang salat, para imam dan jamaah salat Jumat, serta orang-orang yang berilmu tinggi tatkala mata mereka terbuka di pengadilan yang Mahatinggi di hari pengadilan, mereka akan mengetahui bahwa mereka bukan termasuk dalam kelompok orang-orang yang berdosa besar. Lebih lagi, mereka juga termasuk kelompok orang yang lebih buruk daripada kaum kafir dan musyrik serta catatan perbuatan mereka lebih buruk.
Sungguh patut dikasihani orang-orang yang keliru dan ibadah-ibadahnya yang lain kelak akan menjadi bahan bakar api neraka. Semoga Allah Swt menyelamatkan kita dari saat penampilan seseorang begitu buruknya hingga tidak dapat dibayangkan, meskipun orang itu telah mengeluarkan zakat dan sedekah. Engkau makhluk yang tak berdaya dicap musyrik, meskipun engkau percaya keesaan Allah Swt. Insya Allah, Dia akan mengampuni para pendosa dengan Kasih-Nya, namun bagi kaum musyrik, Dia berkata bahwa Dia tidak akan memaafkannya jika orang itu meninggal tanpa taubat.
Telah dinyatakan dalam sebuah hadis bahwa orang yang terbiasa melakukan riya dalam segala bentuknya–memamerkan keimanan ibadah, kedudukan agamanya yang tinggi, khutbahnya, kedudukannya sebagai imam salat, puasanya dan perbuatan-perbuatan salehnya demi memperoleh penghargaan dari orang lain–adalah syirik. Syirik itu dosanya tidak terampuni. Lebih baik bagimu untuk digolongkan dalam kelompok orang-orang yang melakukan dosa besar, menjadi orang yang terkenal keburukannya namun tetap muwahid (percaya pada keesaan Allah), daripada menjadi seorang musyrik.
Kini, sahabatku, periksalah dirimu dengan serius dan carilah obat untuk menyembuhkan penyakit ruhanimu. Dan sadarilah, makhluk-makhluk yang lemah ini sama sekali tidak memiliki kekuatan dan pujian, mereka tidak ada artinya. Kekuatan yang sesungguhnya harus dicari pada Allah Swt, sebab Dia adalah sebab mutlak bagi segala sebab. Bahkan, jika seluruh makhluk bekerjasama untuk menciptakan seekor lalat, niscaya mereka akan gagal. Dan, jika lalat itu menyebabkan datangnya marabahaya, mereka tidak akan mampu mengalahkannya jika Allah Swt menghendaki demikian.
Seluruh kekuatan milik Yang Mahakuasa. Dialah penggerak alam semesta. Ketika engkau sedang melakukan sesuatu, tuliskan dalam dirimu dengan pena akal, tidak ada sebab efektif dalam dunia wujud kecuali Allah.
Dengan segala cara, tanamkanlah dalam hatimu prinsip kesatuan perbuatan Allah Swt yang merupakan tingkat pertama kesatuan wujud, dan dengan demikian menjadikan hatimu, hati seorang mukmin sejati. Terangilah hatimu dengan pernyataan suci “Tiada Tuhan selain Allah” dan bentuklah hatimu sesuai dengan-Nya. Bawalah hatimu ke tingkat ketentraman dan sadarilah dengan hatimu bahwa makhluk manusia tidak dapat menyebabkan kebaikan atau keburukan dan bahwa hanya Allah Swt yang mampu melakukannya.
Jernihkan pandanganmu yang menderita kebutaan agar engkau tidak dibangkitkan sebagai orang buta di hari pengadilan dan mengeluh kepada Yang Mahakuasa, “Ya Tuhanku, mengapakah Engkau bangkitkan aku dalam keadaan buta?” [QS. Thaha 125]. Kehendak Allah Swt menguasai kehendak makhluk-Nya. Jika hatimu tunduk pada sabda suci tersebut dan meyakininya, semoga perbuatan-perbuatan tersebut memperoleh balasan serta seluruh jejak riya, kufur, dan nifaq akan terhapus dari wajah hatimu. Keimanan yang tinggi itu selaras dengan akal dan wahyu serta tidak ada tanda-tanda determinisme (jabr) di dalamnya. Tauhid itu membimbing, sementara determinisme menyesatkan.
Amirul Mukminin as mengatakan bahwa Rasul saw bersabda, “Seseorang yang melakukan perbuatan yang disukai Allah dalam rangka memamerkannya kepada orang lain dan secara diam-diam menunjukkan sifat-sifat yang dibenci Allah, maka ia akan menjumpai amarah dan murka Allah (di hari kebangkitan).
Ada dua kemungkinan atas hadis tersebut. Pertama, hadis itu berbicara tentang seseorang yang menampilkan dirinya sebagai teladan sifat-sifat baik bagi orang lain namun batinnya tercemar dengan sifat-sifat jahat yang buruk. Kedua, mungkin yang dibicarakan adalah orang yang melakukan perbuatan-perbuatan baik secara lahiriah dengan maksud riya. Terlepas dari hal itu, hadis tersebut jelas mengecam orang yang riya karena perbuatan yang disukai Allah namun dapat menimbulkan kemurkaan-Nya hanyalah perbuatan bermotif riya. Dari kedua kemungkinan itu, yang kedua lebih dekat dengan hadis tersebut karena memamerkan perbuatan baik itu jauh lebih buruk.
Ini adalah peringatan bagi kita untuk berhati-hati. Jika tidak, kita sama saja dengan memancing murka Raja Segala Raja dan Pengasih yang Paling Mengasihi.
Imam Khomeini, “40 Hadis: Hadis-hadis Mistik dan Akhlak: Hadis Riya”