Berita
Mengenal Pribadi Agung Sayyidah Fathimah Maksumah as
Fathimah Maksumah yang juga dikenal sebagai Karimah Ahlulbait ini adalah putri Imam Musa Kazhim as. Beliau merupakan sosok wanita yang sangat luar biasa dan berbudi luhur dari keturunan silsilah keluarga Ahlulbait as. Beliau termasuk keturunan imam yang dikebumikan di kota Qum, Republik Islam Iran. Pusaranya menjadi tempat ziarah bagi pengikut Ahlulbait.
Sayyidah Fathimah Maksumah lahir pada 1 Dzulqaidah 173 H/789 di Madinah. Ibunya bernama Najmah Khatun, yang juga ibunda dari Imam Ali Ridha as. Maksumah adalah gelar paling termasyhur bagi wanita mulia ini. Nama ini dinukil dari Imam Ali bin Musa Ridha as yang berkata, “Barangsiapa menziarahi Fathimah Maksumah di Qum, maka ia seperti menziarahiku.” [Riyāhin al-Syari’ah, jil. 5, hal. 35.]
Belakangan, Sayyidah Maksumah lebih dikenal sebagai Karimah Ahlulbait. Disebutkan bahwa Sayyid Mahmud Mar’asyi Najafi, ayah Ayatullah Mar’asyi Najafi, sangat bersemangat untuk menemukan pusara Sayyidah Fathimah Zahra as. Demi maksud ini, ia melakukan amalan tertentu selama 40 hari berturut-turut yang dengannya, ia berharap Allah Swt akan memberitahukan tempat dikuburkannya Sayyidah Fathimah Zahra as. Setelah melewati malam ke-40, ia pun beristirahat. Saat tidur, ia bermimpi bertemu dengan Imam Muhammad Baqir as atau Imam Ja’far Shadiq as. Kemudian Imam as berkata kepadanya, “Alaika bi karimati ahlil bayt (hendaknya engkau berpegang teguh kepada Karimah Ahlulbait).” Karena mengira yang dimaksud dengan Karimah Ahlulbait adalah Sayyidah Fathimah Zahra as, ia pun berkata, “Aku melakukan amalan ini demi mengetahui tempat dikuburkannya Sayyidah Fathimah Zahra sehingga aku bisa menziarahinya.” Imam bersabda, “Yang kumaksud adalah pusara Sayyidah Maksumah di Qum.” Setelah terjaga dari tidurnya, ia bertekad untuk berhijrah ke Iran. [Mahdi Pur, Karimah Ahlubait as, hal. 43]
Kisah berikut mengenalkan kedudukan ilmu Sayyidah Maksumah. Suatu hari, beberapa pengikut Ahlulbait memasuki kota Madinah dan mengajukan sejumlah pertanyaan dari Imam Musa Kazhim as saat beliau berada dalam perjalanan. Kemudian, Sayyidah Fathimah Maksumah menuliskan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka dan menyerahkan jawaban itu kepada mereka. Mereka pun pulang meninggalkan Madinah dan bertemu Imam as di luar kota. Manakala mereka menyampaikan apa yang mereka pertanyakan kepada Sayyidah Fathimah Makshumah berikut jawabannya, beliau berkata, “Semoga ayahnya menjadi tebusan baginya.” [Karimah Ahlubait, hal. 63/64 sesuai penukilan Kasyf al-Liali]
Penulis kitab Tārikh Qom berkata, “Pada tahun 200 H, Makmun, khalifah Abbasiyah, memanggil Imam Ali bin Musa Ridha as dari Madinah ke Marw demi menjabat kekhalifahan dan saudarinya pergi ke Marw pada 201 dengan maksud menemui saudaranya. Dikatakan bahwa setelah menerima surat dari saudaranya, Imam Ali Ridha as, Sayyidah Fathimah Maksumah segera bersiap-siap bertolak ke Marw. Beliau bersama keluarga dan kerabatnya bertolak ke Iran. Sesampainya di kota Saveh, kafilah itu terlibat peperangan sengit dengan musuh Ahlulbait, sehingga seluruh saudara dan sepupunya gugur sebagai syahid. Setelah menyaksikan jenazah-jenazah saudaranya yang berlumuran darah, beliau pun jatuh sakit. Setelah peristiwa itu, beliau memerintahkan para pembantu dan pelayannya untuk membawanya ke Qum. [Qiyām Sādāt ‘Alawi, hal. 160]
Pendapat lain mengatakan bahwa ketika kabar tentang sakitnya Sayyidah Fathimah Maksumah sampai ke keluarga Sa’ad, mereka bermaksud menemui Sayyidah Fathimah dan memohonnya ke Qum. Di antara mereka ada Musa bin Khazraj yang merupakan sahabat Imam Ali Ridha as untuk menemui Sayyidah Fathimah. Ia mengarahkan untanya ke Qum dan memberikan rumahnya kepada Sayyidah Fathimah Maksumah. Sayyidah Fathimah Maksumah tinggal selama 17 hari di rumah ini dan menyibukkan diri dengan beribadah. Di masa sekarang, tempat ibadah beliau di rumah Musa bin Khazraj di Qum, terkenal dengan sebutan Satiyah atau Bait Nur.
Dalam literatur klasik, tidak disebutkan kapan beliau wafat. Namun menurut literatur terkini, wafat beliau terjadi pada 10 Rabiul Tsani tahun 201 H/816 di usia 28 tahun. [Anjam Furuzan, hal. 58; Ganjineh Atsar Qom, jil. 1, hal. 386]
Diceritakan bahwa ketika kuburan beliau telah disiapkan, mereka bermusyawarah tentang siapakah yang akan masuk ke kubur Sayyidah Fathimah Maksumah untuk meletakkan jenazahnya. Akhirnya, mereka bersepakat memilih seorang lelaki tua bertakwa bernama Qadir. Dengan demikian, diutuslah seseorang untuk menjemput Qadir. Namun, sekonyong-konyong datang dua orang penunggang kuda dengan wajah tertutup dari arah gurun dan menyiapkan segala keperluan pemakaman. Selepas acara pemakaman, tanpa berbicara sepatah kata pun, kedua orang itu langsung menunganggi kudanya dan meninggalkan tempat itu. [Tārikh Qom, hal. 166; Bihār al-Anwār, jil. 48, hal. 290]
Kemudian, Musa bin Khazraj Saibani meletakkan tikar di atas kuburan hingga tahun 256 H. Zainab, putri Imam Muhammad Jawad as, demi menziarahi bibinya, mendatangi kota Qum. Ia pun membangun kubah di atas pusara bibinya.
Terkait keutamaan menziarahi Sayyidah Fathimah Maksumah, terdapat sejumlah hadis yang berasal dari para Imam. Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Allah Swt memiliki Haram untuk dirinya, yaitu Mekkah Mukarramah. Begitupula Nabi Muhammad saw memiliki Haram, yaitu Madinah. Imam Ali as pun memiliki Haram, yaitu Kufah dan kami, Ahlulbait memiliki Haram yaitu Qum.” [Bihār al-Anwār, jil. 48, hal. 317]
Riwayat lain berasal dari Imam Ja’far Sahdiq as, “Akan ada seorang wanita dari putri-putriku yang bernama Fatimah putri Musa as yang meninggal di Qum dan berkat syafaatnya, semua Syiah kami akan masuk surga.” [Mustadrak Safinah al-Bihar, hal. 596; an-Naqsh, hal. 196]
Dalam hadis yang berasal dari Imam Ali Ridha as, dikatakan, “Barangsiapa menziarahinya (Sayyidah Fathimah Maksumah, ia telah menziarahiku.” [Riyāhin asy-Syari’ah, jil. 5, hal. 35]
Imam Muhammad Jawad as bersabda, “Barangsiapa menziarahi bibiku, Sayyidah Fathimah Maksumah di Qum, dengan kecintaan dan penuh makrifat, ia akan masuk surga.” [Bihār al-Anwār, jil. 102, hal. 266]
wikishia