Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Kebahagiaan Kita Tersembunyi di Balik Bencana

Dampak dari semua eksistensi keburukan dan bencana adalah manifestasi dari keseluruhan alam yang indah ini. Dampak lainnya adalah, hal-hal indah itu memperoleh makna dan konsepnya dari sesuatu yang jelek. Sekiranya sesuatu yang jelek itu tidak berwujud, kita pasti tidak memiliki sesuatu yang disebut indah. Sebab, kesadaran tentang makna keindahan itu terkait dengan eksistensi kejelekan dan perbandingan di antara keduanya.

Saya akan menjelaskan sebagian dampak dari eksistensi kejahatan dan kemalangan. Saya juga menegaskan bahwa kejelekan itu sesungguhnya menjadi pendahuluan bagimu. Di relung kesulitan hidup dan bencana alam, kebahagiaan dan kesejahteraan itu tersembunyi dan adakalanya bencana-bencana itu tersembunyi di relung kebahagiaan. Itulah formula dunia ini. “Allah masukkan malam ke dalam siang, dan Allah masukan siang ke dalam malam.” [QS. al-Hajj: 61]

Perumpamaan yang mengatakan bahwa pada malam yang gelap gulita itu terdapat siang yang terang benderang, menjelaskan keharusan yang niscaya ada di antara menanggung penderitaan dan memperoleh kebahagiaan. Adakalanya sesuatu yang putih itu lahir dari sesuatu yang hitam, sebagaimana munculnya sesuatu yang hitam di bawah bayangan syarat-syarat yang menyimpang dari sesuatu yang putih.  Hegel, filsuf Jerman, dalam hal ini mengatakan,

“Konflik dan kejahatan bukanlah dua hal negatif yang muncul dalam benak, melainkan dua hal faktual yang membentuk tangga mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Konflik adalah hukum kemajuan, semua sifat dan karakteristik dimulai dan disempurnakan dalam medan tempur dan guncangan. Dan tidak mungkin seseorang mencapai puncak kesempurnaan tanpa melalui tanggung jawab kesengsaraan dan penderitaan. Penderitaan adalah sesuatu yang bisa dipahami sebagai tanda kehidupan dan dorongan bagi perbaikan. Nafsu Juga sesuatu yang punya tempatnya di antara hal-hal yang bisa dipahami. Sebab, semua perkara besar tidak akan sampai pada tingkat kesempurnaannya kecuali dengan nafsu. Bahkan ambisi dan cinta diri Napoleon seperti yang diakuinya sendiri telah membantu kemajuan berbagai bangsa.

Kehidupan Bukan diciptakan untuk kebahagiaan atau kesenangan, dan kenyamanan ini lahir tak lain untuk transformasi menuju kesempurnaan. Sejarah dunia bukanlah medan kebahagiaan dan keriangan, bukan pula babak-babak yang syarat kebahagiaan tanpa semangat yang mengisi lembaran-lembarannya lantaran ia melukiskan babak-babak tenang. Kebahagiaan dan kepuasan yang mahal itu tidaklah layak bagi manusia yang menghargai dirinya. Sejarah tercipta selama periode ketika pelbagai kontradiksi dunia nyata dipecahkan dengan kemajuan dan perkembangan.” [Will Durant. the story of philosophy]

Saat menjelaskan keniscayaan hubungan antara semua kesulitan dan kemudahan ini, al-Quran al-Karim menyebutkan: Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. [QS. al-Insyirah: 5]

Al-Quran tidak ingin kita beranggapan bahwa “kemudahan itu terjadi setelah kesulitan sehingga ia menegaskan “bersama kesulitan itu ada kemudahan” yakni bahwa kemudahan itu berada dalam kesulitan dan berdampingan dengannya. Meminjam kata-kata Maulawi Rumi, “Sesuatu itu tersembunyi dalam lawannya, lalu ia melanjutkan kehidupan tersembunyi di balik kematian dan cobaan sebagaimana eliksir kehidupan itu berada di relung-relung kehidupan.”

Ada butir penting yang memaksa saya untuk menyebutkan surah al-Insyirah tersebut secara lengkap: Dengan nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu dan kami hilangkan darimu bebanmu yang memberatkan punggungmu dan Kami tinggikan untukmu sebutan namamu. Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. [QS. al-Insyirah: 1-8]

Allah Swt menyeru kepada Nabi Muhammad saw ,”Bukankah Kami telah memberimu kelapangan dada? Bukankah Kami telah meringankan beban berat yang membahayakan punggungmu? Dan Kami tinggikan sebutan namamu? Dengan demikian pastilah kemudahan itu menyertai kesulitan dan memang pasti kemudahan itu menyertai kesulitan. Maka bila engkau telah menuntaskan satu pekerjaan hendaknya engkau bersegera mengerjakan urusan lain dan menghadap kepada Allah Swt.”

Surah di atas menyeru Rasulullah saw dengan langgam penuh kelembutan dan kasih sayang agar batin beliau tenang menghadapi semua kesulitan dalam dakwahnya. Ingatkan tentang beban berat yang sudah diturunkan dari pundak beliau dan digantikan dengan kemudahan. Kemudian, selaras dengan metode ilmiah suatu hukum umum dari alam nyata ini, dapat disimpulkan, “Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” Apabila sebelumnya engkau memikul beban berat di pundakmu lalu kami lepaskan beban itu darimu dan Kami tinggikan sebutanmu dan Kami tambahkan kepadamu beban tanggungan, maka sudah seharusnya engkau meyakini kesimpulan ini yaitu; Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.

Butir penting yang perlu dicatat adalah, setelah Allah Swt menyimpulkan formula umum itu, surah tersebut juga menggariskan jalan masa mendatang yang beliau bertolak dari formula umum tersebut. Allah Swt mengatakan, “Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain). Maksudnya, lantaran semua kemudahan itu berada di balik setiap kesulitan dan kepenatan. Kapan saja engkau selesai dari satu kegiatan bergegaslah mencurahkan dirimu kembali dalam tumpukan upaya dan kepenatan lain agar darinya engkau memetik kemudahan lain.”

Keunikan ini–bahwa kesulitan dan penderitaan merupakan pengantar menuju kesempurnaan dan kemajuan–terkait makhluk hidup, terutama manusia. Suatu ledakan akan memusnahkan atau meluruhkan benda-benda mati tapi ia akan menggerakkan dan memperkuat benda-benda hidup. Dengan demikian, betapa sering kelimpahan itu tersimpan dalam pelbagai kekurangan.

Kesulitan dan malapetaka merupakan kemestian bagi kesempurnaan dan perkembangan manusia. Sekiranya malapetaka dan penderitaan itu tidak ada, niscaya manusia akan lenyap dan terpelanting dalam kerusakan dan kesia-siaan

Al-Quran mengatakan: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam kepayahan. [QS. al-Balad: 4]. Maksudnya, Allah Swt mencipta manusia di tengah segala rupa nestapa dan kesulitan, sehingga manusia harus menanggung segenap kesulitan dan menghadapi aneka rupa petaka agar dapat meraih eksistensi yang layak untuknya.

Guncangan dan konflik adalah cambuk menuju perkembangan dan kesempurnaan. Dengan cambuk itu, makhluk hidup dapat bergerak menuju kesempurnaannya. Hukum ini berlaku pada flora dan fauna, lebih-lebih manusia. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib  as menyebut hukum ini dalam sepucuk surat yang beliau kirimkan kepada Utsman bin Hunaif, Gubernur Basrah di masa kekhalifahannya.

Tenggelam dalam kesenangan dan kenikmatan serta jauh dari kesulitan adalah sesuatu yang pasti akan mendatangkan kelemahan dan kemerosotan. Sebaliknya, kehidupan yang selalu dirundung kesulitan dan serba pas-pasan pasti akan melahirkan manusia kuat dan pandai serta memperteguh esensi wujudnya dan menjadikannya berpengalaman.

Imam Ali as adalah insan teladan yang mencela Utsman bin Hunaif atas keterlibatannya dalam pesta-pesta malam para pembesar yang tidak dihadiri kaum dhuafa. Beliau memaparkan kehidupannya yang mulia agar diteladani para pengikutnya, terutama mereka yang berkecimpung dalam pemerintahan. Untuk menepis semua dalih, beliau menjelaskan bahwa kondisi hidup yang serba kurang dan makanan yang sederhana tidak akan membatasi kemampuan seseorang dan tidak pula melemahkannya. Pohon-pohon yang tumbuh liar di padang ternyata memiliki batang yang lebih kuat dan umur yang lebih panjang. Sebaliknya, pohon-pohon yang tumbuh di taman dengan perawatan ketat seorang tukang kebun ternyata lebih rentan menghadapi kesulitan, lebih cepat mati.

Ketahuilah, pepohonan hutan itu lebih kuat kayunya dan bunga-bunga hijau yang indah itu lebih tipis kulitnya. Tanaman di gurun lebih tahan bahannya dan lebih lama hangusnya. Al-Quran al-Karim mengatakan: Aku uji kalian dengan ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, serta buah-buahan dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang bersabar. [QS. al-Baqarah: 155]

Jelasnya, ujian dan kesulitan merupakan hal-hal bermanfaat dan berdampak positif bagi orang-orang yang tegar dalam menghadapinya. Karenanya, mereka berhak mendapatkan berita gembira dan kebaikan. Untuk mengajar dan mendidik jiwa manusia, Allah Swt menyiapkan dua program; program tasyri [berdasarkan syariat] dan takwini [sesuai kodrat alam]; kesulitan dan kesukaran memiliki tempat dalam kedua program itu.

Dalam program tasyri, berbagai jenis ibadah diperintahkan dan dalam program takwini pelbagai kesulitan di jalan manusia pumln ditetapkan; ibadah puasa, haji, jihad, infak, dan salat, semuanya merupakan kesulitan yang muncul dari kewajiban syariat; sedangkan kesabaran dalam menghadapinya serta istiqamah sewaktu melaksanakannya niscaya akan menyempurnakan jiwa dan melanjutkan persiapan-persiapan luhur manusia. Adapun lapar dan takut terkait kerugian material dan kehilangan nyawa adalah kesulitan-kesulitan yang diciptakan hukum takwini yang mau tidak mau harus dihadapi oleh semua manusia.

Ustadz Murthadha Muthahari, Keadilan Ilahi

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *