Berita
NU Pulang Kampung Ke PKB?
Pemilu 9 April 2014 mengejutkan bukan saja karena telah menjungkir balikkan sejumlah hasil survei yang manyatakan bakal terdepaknya sejumlah partai Islam, tapi lebih dari itu ternyata malah ada peningkatan perolehan suara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) hingga 100 persen. Hal ini tentu saja membuat semua mata tertuju ke PKB dan bertanya-tanya, rumus dan strategi apa yang dipakai partai pimpinan Muhaimin Iskardar itu?
Berbagai spekulasi muncul. Ada yang mengatakan tingginya perolehan suara PKB sebagai efek keberadaan sejumlah tokoh yang sedang berlabuh di PKB saat ini. Namun ada juga yang berasumsi bahwa hal itu bisa dicapai karena warga NU kini telah balik kandang ke PKB. Sebagai salah satu tandanya menurut asumsi terakhir ini adalah adanya satu iklan kampaye PKB di televisi yang menampilkan Ketua Umum PBNU, Said Agil Siradj.
Bagi Aan Anshori, dari Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (LAKPESDAM NU), pencapaian PKB dalam Pileg kali ini lebih dikarenakan faktor tidak adanya Gus Dur. Kondisi itulah yang menurutnya dimanfaatkan penuh PKB dengan lebih leluasa memainkan manuver politiknya di Kramat Raya. Sebab kalau Gus Dur masih ada, pasti beliau akan menyeru warga NU untuk tidak mencoblos PKB. Hal itu sesuai dengan semangat khittah NU yang telah sepakat tidak akan terlibat secara langsung dalam ranah politik praktis.
Dia menyontohkan saat Pileg 2009, ketika Gus Dur menyerukan untuk tidak mencoblos PKB, perolehan suara PKB terpuruk hingga 4,94 persen dari 10,57 persen pada tahun 2004. Dari fakta itu Aan menyimpulkan bahwa ketiadaan Gus Dur adalah faktor paling dominan. Selain itu, harus diakui bahwa berkuasanya sayap politik NU juga telah berperan signifikan bagi PKB.
Mengapa warga NU (dalam tanda petik) “Pulang Kampung ke PKB”? Aan Anshori mengatakan karena mereka termakan kampanye PKB yang mengklaim sebagai penerus Gus Dur. Padahal menurutnya Gus Dur sendiri tidak mengijinkan PKB melakukan komersialisasi menggunakan namanya dalam kampanye PKB. Tapi larangan Gusdur itu tak dihiraukan PKB. “Warga NU itu, tahunya hanya Gus Dur saja,” ujarnya kepada ABI Press.
Beda dengan Aan Anshori, intelektual muda NU, Zuhairi Misrawi, menegaskan bahwa meroketnya perolehan suara PKB saat ini adalah buah dari kerja keras mesin partai. Ditambah lagi akhir-akhir ini tidak ada konflik internal yang terjadi sehingga PKB bisa mengoptimalkan kerja partai. Menurut Zuhairi, kerja keras Caleg juga menaikkan jumlah suara PKB saat ini sebab dalam pileg pemilih tidak hanya memilih partai tapi juga person caleg yang ada di partai itu.
Zuhairi menyimpulkan bahwa solidaritas kader partai, kualitas caleg dan kerja keras seluruh mesin PKB yang membuat perolehan suara PKB cukup tinggi saat ini. Sedangkan kharisma tokoh bisa dikatakan tidak terlalu besar lagi dampaknya. Buktinya menurut Zuhairi, tanpa Gus Dur, PKB mampu mendapatkan 10 persen.
“Hal ini membuktikan adanya perubahan perilaku politik masyarakat kita yang semakin rasional dalam memilih partai dengan caleg-caleg berkualitas,” tegas Zuhairi.
Sementara itu, Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Ikrar Nusa Bhakti tidak bisa memastikan bahwa meningkatnya perolehan suara PKB kemarin adalah karena warga NU “Pulang Kampung” ke PKB. Walaupun, Ikrar juga tidak menafikan faktor besar ke-NU-an yang mengangkat suara PKB saat ini. Namun dengan tegas Ikrar mengatakan bahwa perolehan suara PKB saat ini sama sekali bukan karena faktor Rhoma Irama Effect.
Ikrar menyebut pemilih saat ini memang sudah semakin rasional. Tepatnya semi rasional, sebatas melek urusan money politics saja. Jadi kadar rasionalitasnya belum sampai pada tingkatan kesadaran bahwa mereka hanya akan memilih caleg yang benar-benar berkualitas tanpa peduli dari partai atau afiliasi golongan mana dia berasal. Pemilih semi rasional ini pun belum mendasarkan pilihan mereka semata-mata melihat program-program yang ditawarkan apakah masuk akal atau tidak.
“Rasional dalam arti kata, kalau dikasih uang belum tentu yang ngasih itu pasti akan dipilih,” jelas Ikrar.
Di sisi lain menurutnya, warga NU masih tergolong pemilih emosional yang akan memilih karena faktor ikatan emosi itu. Karena itu, bagi golongan ini, adanya sejumlah tokoh NU di PKB menjadi daya tarik tersendiri untuk mengalirnya suara mereka ke PKB. Hal ini membuktikan bahwa faktor ketokohan bagi warga NU masih sangat berpengaruh dalam menentukan pilihan.
Maka masuk akal juga, bila klaim PKB sebagai penerus Gus Dur dianggap benar, tak mustahil warga NU akan menyatukan barisan untuk memberikan suaranya ke PKB, apalagi memang tidak sedikit tokoh NU yang berada di partai itu.
Mungkin ada benarnya juga bila saat ini banyak pihak menyebut bahwa “NU telah Pulang Kampung ke PKB.” (Lutfi/Yudhi)