Berita
Gus Zuhairi Misrawi: Indonesia Harus di Garda Terdepan dalam Menyusun Proposal Kemerdekaan Palestina!
Setiap hari Jumat terakhir di bulan Ramadhan adalah hari Quds yang diperingati secara international, peringatan ini diadakan dengan berdemonstrasi untuk menentang rezim Zionis Israel yang menjajah negeri Quds Palestina yang diprakarsai oleh Imam Khomeini. Hari Quds adalah hari kebangkitan dan hari persatuan kaum Muslimin dalam menghadapi rezim ilegal zionis yang didukung kekuatan hegemoni AS. Berbeda dengan peringatan tahun-tahun sebelumnya, peringatan tahun ini karena adanya pandemi global dan untuk mencegah penularannya, Yaumul Quds dilaksakan secara virtual dan serentak di seluruh dunia.
Kebijakan pembatasan sosial dan larangan berkerumun di seluruh Indonesia tidak menyurutkan semangat kelompok relawan yang tergabung dalam “Komite Solidaritas untuk Palestina dan Yaman” (KOSPY) yang bekerjasama dengan Ormas Ahlulbait Indonesia, Maula TV dan berbagai lembaga lain untuk menyuarakan pembelaan terhadap bangsa Palestina dan menentang kolonialisme Israel dan AS dalam peringatan tahunan Hari Al Quds Sedunia (International Quds Day), yang biasanya diwarnai dengan aksi unjuk rasa di jalanan. Tahun ini, KOSPY menyusun program kampanye media sosial untuk menggaungkan pembebasan Palestina dengan mendorong agar seluruh masyarakat Indonesia memviralkan hastag #FreePalestine dan #HariAlquds2020 serta mengunggah sebanyak-banyaknya foto bertema Palestina secara serentak pada Jumat terakhir bulan Ramadhan pada 22 Mei 2020.
Selain kampanye medsos, KOSPY juga akan menayangkan siaran langsung diskusi tentang Hari Al Quds di chanel YouTube Maula TV yang diisi oleh Ustadz Zahir Yahya (Ketua Umum DPP ABI), Gus Zuhairi Misrawi (Intelektual Muda NU), Dede Azwar (Jurnalis Senior), dan dimoderatori oleh Zaid Ali. Berikut di antara petikan wawancara dengan Gus Zuhairi Misrawi.
Isu Palestina kesannya semakin tenggelam, khususnya di Indonesia. Betulkah seperti itu?
Kalau kita melihat memang isu Palestina menurut sebagian orang adalah isu yang musiman, dia belum menjadi satu isu prioritas, berbeda ketika dulu Bung Karno pada tahun 1955 menggelar Konferensi Asia Afrika dan menjadikan isu Palestina sebagai isu yang mendorong lahirnya kekuatan baru untuk melawan imperialisme, sehingga kalau kita melihat sejarah yang mengakui kemerdekaan Indonesia pertama kali adalah rakyat Palestina. Yang betul-betul melihat ada harapan di Asia itu Syekh Muhammad Husaini yang menetap di Jerman mendukung kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan oleh Bung Karno dan Bung Hatta sehingga Bung Karno memiliki kesadaran itu bahwa jasa Palestina kepada Indonesia itu begitu besar mengakui kemerdekaan kita.
Oleh karena itu Indonesia sejak tahun 1955 melalui Konferensi Asia-Afrika itu menjadikan agenda kemerdekaan Palestina menjadi agenda yang utama, nah sayangnya kita terutama pemerintah tidak memiliki satu agenda yang terencana tentang bagaimana menuju kemerdekaan Palestina ini. Jadi ketika diserang baru kita bersuara, jika Amerika mengeluarkan kebijakan yang tidak adil baru kita bersuara, sehingga masyarakat kita itu tidak punya satu pandangan yang komprehensif tentang bagaimanaa peta jalan menuju kemerdekaan palestina.
Nah kita tahu bahwa kelebihan Indonesia adalah secara geografis kita jauh dengan Palestina sehingga kita tidak terlibat dalam pertarungan peta geopolitik Timur Tengah, Indonesia dianggap mempunyai objektivitas ditengah kenetralan peta geopolitiknya, ini yang sangat disayangkan tidak digunakan oleh pemerintah Indonesia untuk mengambil langkah-langkah yang serius dalam mendukung kemerdekaan Palestina, dan saya melihat juga sikap Indonesia terhadap kebijakan kebijakan luar negeri Amerika tentang Palestina itu tidak menunjukkan satu perlawanan atau garis deferensiasi yang tegas, belum lagi kita melihat isu Palestina hanya dijadikan isu politik yang digunakan oleh berbagai kekuatan politik Indonesia yang menyebabkan isu Palestina menjadi isu yang pasang surut, menjadi naik dan tenggelam, dan tentu kita berterima kasih kepada Imam Khomeini yang mengingatkan kita bahwa di Jumat akhir bulan Ramadan ini kita harus menyuarakan tentang kemerdekaan dan kedaulatan Palestina, sehingga setiap tahun kita selalu mengingat bahwa ada hutang kita (bangsa Indonesia) yang belum dibayar yaitu hutang kepada rakyat Palestina untuk meraih kemerdekaannya.
Seberapa penting kemerdekaan Palestina bagi Indonesia?
Penting sekali, karena bagaimanapun Palestina itu adalah simbol dari adanya penjajahan yang dilakukan oleh Israel. Karena bagaimanapun kita tahu kedaulatan Palestina itu dirampas oleh Israel, dan yang kedua kita mempunyai satu tempat yang sangat Suci yaitu Masjidil Aqsa atau Al quds yang merupakan kiblat umat Islam di masa lalu dan juga tempat Rasulullah melakukan Mi’raj dalam peristiwa Isra dan Mi’raj, jadi kita tidak ingin Masjidil Aqsa atau Al Quds yang merupakan simbol kesucian, kekudusan umat Islam itu dijajah oleh Israel. Tetapi pada intinya bahwa Palestina harus Merdeka, Palestina tidak boleh dijajah, Palestina harus menentukan masa depannya. Masa depan Palestina di tangan rakyat Palestina bukan di tangan Amerika, bukan di tangan Israel, maka kita menuntut akhiri segera penjajahan terhadap Palestina ini. Mari kita Membentangkan jalan Kemerdekaan bagi Palestina dan oleh karena itu Indonesia harus bersuara, kalau bisa menjadi negara yang berada di garda terdepan dalam menyusun proposal kemerdekaan Palestina. Proposal kemerdekaan itu kan sampai sekarang belum ada, Indonesia bisa mengambil alih peran kemerdekaan Palestina ini, sehingga negara-negara di Timur Tengah yang terlibat dalam peta geopolitik, misalnya ketika Saudi Arabia, Uni Emirat, dan Mesir berpihak ke Israel, maka ketika Indonesia mengambil peran ini maka nanti akan terjadi satu kemufakatan bahwa yang dibutuhkan sekarang adalah proposal kemerdekaan Palestina.
Mengapa pemerintah Indonesia sampai sekarang belum ada inisiatif, masih menggaungkan two state solution, itupun seperti setengah hati, tidak diikuti dengan langkah serius?
Saya sangat menyayangkan karena proposal kemerdekaan itu kan menjadi dokumen resmi negara, dalam Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 itu menjadi dokumen resmi negara. kelihatannya pemerintah itu takut untuk mengambil langkah progresif, ada semacam ketakutan kepada Amerika Serikat dan setengah hati, padahal saat ini Indonesia tengah menjadi anggota PBB yang bisa menginisiasi proposal kemerdekaan. dan ketakutan ketakutan kepada AS inilah yang kemudian menjadikan diplomasi kita terkait Palestina itu setengah hati. Maka dalam suasana Yaumul Quds ini saya meminta kepada pemerintah untuk betul-betul menyusun secara resmi peta jalan menuju kemerdekaan Palestina, karena dukungan dari rakyat itu sudah sangat besar, dalam konstitusi kita sangat jelas bahwa penjajahan di atas muka bumi tidak dibenarkan, artinya sejak tahun 1955 pada Konferensi Asia-Afrika sampai sekarang itu adalah hutang yang harus dibayar oleh kita terhadap Palestina.
Masalah kemerdekaan Palestinaa kalau dalam pandangan Gus Mis sendiri seperti apa?
Kalau kita melihat satu proposal yang diajukan oleh Israel dan Amerika dalam Deal of century itu sudah jelas bahwa hanya ada satu negara di kawasan Palestina, hanya ada negara Israel tidak ada negara Palestina. Tetapi kalau kita melihat jika Amerika dan Israel terus memaksakan ini, maka akan muncul perlawanan yang lebih besar. Karena sangat tidak realistis Deal of Century ini, itu betul-betul Penjajahan dalam arti yang sebenarnya, mereka ingin menghapus Palestina dalam peta, sehingga nanti hanya akan menjadi negara Israel yang di mana Yerusalem dikuasai sepenuhnya oleh Israel. Nah ini yang menurut saya yang akan menimbulkan satu respon yang besar, terakhir pada pertemuan Liga Arab. Palestina rancananya akan mendapat kompensasi sebesar 50 miliar USD untuk infrastruktur pembangunan menyambungkan dari Tepi Barat ke Gaza tetapi ditolak. Mahmud Abbas mengatakan kami tidak ingin uang, kami ingin kemerdekaan Palestina.
Jadi kita tahu bahwa langkah-langkah atau proposal yang diajukan oleh Kushner dan Trump itu mendapat penolakan yang pada akhirnya Arab Saudi juga Uni Emirat menolak, yang awalnya mendukung proposal Jared Kushner. Kenapa? kalau Saudi, Uni Emirat dan Mesir mendukung maka rezim itu akan jatuh, karena isu Palestina itu isu yang betul-betul menyentuh kesadaran atau nurani dari umat Islam di seluruh dunia. Jadi saya melihat bahwa langkah-langkah yang diambil oleh Kushner dan Trump ini menjadi langkah-langkah yang sia-sia belaka. Kalau itu dipaksakan maka akan menimbulkan suatu reaksi balik negara-negara di Timur Tengah dan dunia Islam akan bersatu, ditambah dengan negara-negara Eropa yang sebenarnya sekarang juga cenderung pada kemerdekaan Palestina.
Maka sekali lagi proposal Deal of Century itu harus ditandingi dengan proposal kemerdekaan Palestina. Kita sudah melihat bahwa bendera Palestina dikibarkan di markas PBB, mereka sudah mengakui, tinggal pengesahan resmi dari PBB sebagai negara yang berdaulat yang didalamnya termasuk teritorial tahun 1969 atau 1976 yaitu dimana Tepi Barat dan Gaza merupakan kedaulatan dari Palestina.
Joe Biden (Capres AS yang menjadi lawan Trump pada pemilu yang akan akan datang) mengatakan jika menang akan membatalkan seluruh proposalnya Jared Kushner itu (Deal OF Century) tetapi sampai sekarang itu belum ada proposal untuk menuju kemerdekaan Palestina. Ini yang memang harus diambil oleh Indonesia, sehingga peran Indonesia sama dengan peran yang dimainkan oleh Bung Karno pada tahun 1955. Sudah lama sekali hampir 50 tahun kita mengabaikan kesepakatan yang menjadi dokumen resmi negara hasil dari Konferensi Asia-Afrika itu. Maka mari kita gaungkan proposal kemerdekaan Palestina itu.
Yang pertama itu adalah kedaulatan teritorial Palestina harus dikembalikan, terutama Tepi Barat yang 30 persennya sudah diambil oleh Israel ,pembangunan ilegal itu dikembalikan ke Palestina. Yang kedua Palestina adalah orang-orang Palestina yang berada di pengasingan punya hak untuk kembali ke negaranya karena mereka punya tanah di sana yang dicaplok oleh Israel, yang ketiga Palestina mempunyai kedaulatan untuk mengelola negaranya termasuk mempunyai militer untuk menjaga diri, baru setelah itu kita berfikir tentang pembangunan infrastruktur. AS mengajukan pembangunan infrastruktur dulu baru kemudian kemerdekaan, yang kita inginkan adalah kemerdekaan dulu, kedaulatan teritorial, nasib pengungsi, untuk menjaga kedaulatannya dengan militer tadi itu, baru kita berpikir yang terkait dengan pembangunan infrastruktur. Terkait pembangunan infrastruktur sebenarnya kalau dunia Islam bersatu selesai kita, tidak perlu melibatkan Amerika, dunia islam bisa, kita patungan seluruh dunia islam, patungan membangun Palestina itu akan mudah sekali terutama dari negara-negara Teluk akan membantu, kita Indonesia akan membantu dan menurut kita sekarang belum ada satu proposal untuk kemerdekaan Palestina ini yang harus diambil oleh Indonesia. Indonesia memainkan peran sebagai pengusung utama proposal kemerdekaan Palestina.
Bagaimana dengan nasib wilayah Palestina secara historis yang mana kita tahu bahwa sebagian orang-orang yang menjadi pengungsi terpaksa tinggal di Yordania, Gaza, Tepi Barat, kampung halaman mereka di wilayah yang sekarang dikuasai oleh Israel. Bagaimana dengan hak mereka itu untuk kembali. Lalu bagaimana dengan rasa keadilan terhadap pengungsi Palestina yang terusir dari kampung halaman mereka yang sekarang kampung halamannya itu berada di dalam wilayah Israel itu?
Ya memang untuk sekarang bahwa teritori tahun 1976 tadi itu adalah teritori yang paling masuk akal, itu ada dokumennya di dalam PBB dan itu dulu yang mesti dilakukan sambil lalu kita beranjak kepada kesepakatan, misalnya menghargai kedua negara, melakukan gencatan senjata dalam rentang waktu yang panjang 10 tahun, 100 tahun, tidak boleh kedua belah pihak saling menyerang karena itu kesepakatan, baru kita berbicara tentang two state solution. Tetapi saya pribadi mengatakan bahwa yang paling utama adalah kemerdekaan Palestina. Karena Palestina tidak bisa merepresentasikan dirinya tanpa kemerdekaan, jadi itu langkah selanjutnya setelah Palestina mendapatkan kedaulatannya maka Israel harus patuh terhadap resolusi yang sudah dikeluarkan oleh PBB.
Begitu banyak resolusi yang dikeluarkan PBB tetapi Israel selalu melanggar, karena itu kemudian penjajahan Israel sudah diajukan ke Mahkamah Internasional dan ini sedang dalam proses, karena begitu banyak resolusi-resolusi yang dilakukan oleh PBB tetapi tidak dihormati oleh Israel, persoalan kenapa Israel selalu menunda-nunda berbagai hasil resolusi karena Israel tidak setuju dengan kemerdekaan Palestina. Ketika Palestina merdeka maka Israel tidak bisa memperluas kawasannya.
Kalau kita pernah datang ke Yerusalem kita tahu betul bahwa di Israel sendiri banyak orang Palestina, mereka juga punya anggota di parlemen, orang-orang Palestina jumlahnya besar antara 1,5 juta sampai 2 juta. Nah ketika mereka Palestina merdeka, memang Israel terancam. Maka kalau Israel Merdeka itu akan menjadi tekanan kepada Israel, kalau Palestina Merdeka akan menjadi tekanan bagi Israel. Maka kita harus mengajukan proposal kemerdekaan Palestina, sebab kalau Palestina merdeka Palestina akan bisa mengatur kedaulatan negaranya dan yang terpenting dari itu adalah Palestina tidak lagi terpecah-belah. Terpecah-belahnya mereka adalah politik, itu sengaja dimainkan oleh Israel dan Amerika supaya Palestina tidak merdeka. Dalam situasi ini muncul kesadaran di dalam masyarakat Palestina sendiri di mana Palestina harus bersatu mewujudkan kedaulatan Palestina. Di akhir masa Obama muncul rumor bahwa Obama akan mengambil langkah berani untuk mengakui kemerdekaan Palestina tetapi Obama ditekan oleh lobi-lobi Israel yang di Amerika sehingga satu langkah sejarah yang besar mengalami kegagalan. Maka kalau kita mengharapkan dari Amerika tidak mungkin, karena Amerika akan berpihak mengambil langkah-langkah unilateral terhadap segala kemauan Israel, maka sekarang harus mengambil langkah lain bahwa kemerdekaan itu kata Bung Karno jangan menanti pemberian Amerika, kemerdekaan itu harus direbut dengan berbagai cara baik dengan cara diplomasi di PBB maupun dengan cara-cara perlawanan menekan Israel untuk menghargai kedaulatan Palestina. Jadi menurut saya memang kita perlu merefleksikan proposal kemerdekaan Palestina ini.
Apakah benar bahwa adanya pembusukan terhadap pembelaan Palestina, termasuk di Indonesia sendiri bahwa suara-suara untuk Palestina ini dicap sebagai suatu gerakan yang radikal, intoleran dan sebagainya. Upaya pembusukan itu di seluruh dunia, Inggris misalnya kita lihat bahwa pembelaan terhadap Palestina dan kritikan terhadap Israel disebut sebagai anti-semit.
Bahwa isu Palestina itu digunakan secara politis untuk kepentingan mereka, sehingga ketika isu Palestina naik maka itu dianggap sebagai isu yang dimainkan oleh kelompok teroris, maka oleh karena itu kita harus mengambil langkah yang jauh lebih maju, meletakan peta jalan kemerdekaan Palestina, sehingga isu Palestina tidak menjadi isu musiman, kita harus berbicara dalam skala agenda-agenda yang jelas, apa langkah-langkah yang bisa diwujudkan untuk mewujudkan kemerdekaan Palestina. Sehingga kalau kita punya proposal ini maka kelompok-kelompok radikal tidak bisa memainkan isu Palestina. Alhamdulillah sekarang sudah mulai muncul kesadaran masyarakat bahwa mana yang betul-betul membela Palestina. Mana yang menggunakan isu Palestina untuk tujuan politik, untuk tujuan ideologi ekstrimisme dan terorisme, jadi saya kira memang mari kita berbicara dalam konteks yang jauh, yang lebih objektif, jauh lebih konstruktif, mari kita mulai dalam yang hal ini betul-betul memperjuangkan kemerdekaan Palestina, sehingga berbagai upaya yang dilakukan oleh dunia Islam mempunyai satu kekuatan politik yang dan moral yang kuat. Isu Palestina bisa menjadi titik temu karena hampir seluruh dunia Islam plus Eropa memiliki kesadaran yang sama, bahwa Palestina harus merdeka, setelah itu baru kita berbicara two state solution. Apa yang menjadi kesepakatan kesepakatan two state solution tidak akan dapat diwujudkan tanpa melalui proses kemerdekaan Palestina. Jadi mari kita betul-betul menjadikan isu Palestina sebagai isu yang murni isu kemerdekaan dari penjajah.