Berita
Syiah, Indonesia dan Iran [Bag 2]
Syiah, Indonesia dan Iran [Bag 2]
Komunitas dan Ormas Syiah
Pembahasan sebelumnya Syiah, Indonesia dan Iran [bag 1]
Sebagai bagian dari prinsip keyakinan pilihan, identitas keyakinan merupakan oksigen intelektual dan spiritual bagi penganut. Mempertahankan eksistensi komunal dalam mozaik bangsa yang bhinneka juga merupakan kebutuhan natural yang tak bisa ditawar.
Mempertahankan identitas keyakinan teologis yang berbeda dengan identitas keyakinan teologis sekaligus mengintegrasikan diri dalam sebuah identitas besar kebangsaan merupakan dilema tantangan berat yang harus di atasi dengan menghadirkan sebuah konsep komprehensif yang dapat membangun harmoni keumatan dan kebangsaan.
Sembari memupuk hubungan yang baik dengan instansi-instansi Pemerintah dan silaturahmi dengan seluruh ormas Islam, Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, melalui beragam sarana dan cara serta sambil menanti respon positif dari Pemerintah, sebagian besar individu dalam komunitas ini memformalkan identitas kesyiahannya dengan bernaung di bawah dua organisasi nasional yang hadir dengan ciri khasnya masing-masing dengan terus saling mendukung dalam aneka agenda bersama, IJABI dan ABI.
Ormas ABI
Meski telah berdiri dan berusia lebih dari 10 tahun, tak bisa dipungkiri sebagian individu dalam komunitas Syiah di Indonesia tidak mengenal atau salah paham bahkan cenderung bersikap negatif karena minimnya info atau lainnya meski sarana untuk klarifikasi cukup tersedia, seperti situs resminya dan sejumlah individu yang terkait secara formal dengannya.
ABI berupaya keras melakukan konsolidasi demi penguatan eksistensinya dalam internal anggota dan eksternal (komunitas Syiah di luar ABI) dengan beragam agenda, antara lain menerbitkan buku klarifikasi Syiah Menurut Syiah dan buku Manifesto ABI.
Sebagai organisasi yang berdiri di atas prinsip keumatan (Ahlulbait sebagai manifestasi kewenangan vertikal teologis) dan prinsip kebangsaan (Indonesia sebagai manifestasi kewenangan konstitusional), ABI merupakan organisasi kemayarakatan yang menaungi para anggotanya dengan kepatuhan vertikal melalui Dewan Syura sesuai ajaran Ahlulbait dan kepatuhan horisontal melalui DPP, DPW dan DPD sesuai AD/ART dan peraturan lainnya.
Ada beberapa hal yang dianggap perlu dijelaskan tentang organisasi ini yang dapat dibagi dalam dua kelompok subjek, yaitu pertama adalah ide-ide yang menjadi pandangan dunia, paradigma dan prinsip-prinsipnya, dan kedua adalah produk-produknya berupa visi, misi, dan lainnya yang tertuang dalam anggaran dasar, anggaran rumah tangga, pedoman dan semua regulasi formal yang berlaku di dalamnya.
Sebagai lembaga bercirikan Syiah yang kerap dihubung-hubungkan dengan pihak di luar Indonesia dan posisinya sebagai salah satu elemen formal dalam masyarakat majemuk Indonesia, ABI pada tahap ini perlu menjelaskan eksistensi dan identitasnya serta anatominya kepada pihak internal, yaitu komunitas Syiah Imamiyah di Indonesia dan kepada pihak luar komunitas, umat Islam dengan semua ormas dan kelompoknya, masyarakat umum dengan semua keragamannya dan Pemerintah beserta seluruh institusi di dalamnya.
Bersambung…
Ustaz Muhsin Labib Assegaf (Ketua Komisi Bimbingan dan Dakwah Dewan Syura ABI)
Baca juga : Syiah, Indonesia Dan Iran [Bag 3]