Berita
Indonesia Kecam Serangan Zionis Terhadap Warga Sipil Palestina di Jalur Gaza
Pemerintah Indonesia mengecam serangan militer Israel ke Jalur Gaza. Serangan teresebut diketahui telah menyebabkan sedikitnya 34 warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak.
“Indonesia sedari awal telah mengecam serangan Israel yang menyasar warga sipil di Jalur Gaza dan Indonesia juga menyerukan kepada semua pihak untuk melakukan deeskalasi,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah kepada Republika.co.id, Ahad (17/11).
Indonesia menyerukan semua pihak menghentikan penggunaan kekerasan dan beranjak menuju gencatan senjata. “Penyerangan terhadap warga sipil tidak bisa dibenarkan atas dasar apa pun,” ujar Teuku.
Dilansir dari Press TV Pada Kamis (14/11) pagi, sejumlah pesawat tempur Israel telah mengebom rumah keluarga Sawarkah yang menyebabkan delapan orang anggota keluarga termasuk lima orang anak meninggal dunia. Militer Israel mengaku telah melakukan kesalahan saat menargetkan kediaman keluarga Palestina dan percaya jika itu adalah bangunan kosong. Pembantaian delapan anggota keluarga Sawarkah menambah jumlah korban agresi Israel ke Jalur Gaza menjadi 34 orang.
Menurut laporan reporter Press TV, Ashraf Shannon, menyebut serangan itu terjadi beberapa jam sebelum genjatan senjata diberlakukan pada Kamis pagi.
Serangan Israel ke Gaza bermula dari syahidnya komandan militer Jihad Islam, Baha Abu Al Atta, pada Selasa pagi. Meninggalnya komandan Al Atta memicu kemarahan kelompok Jihad Islam dan mereka mulai meluncurkan puluhan roket ke wilayah-wilayah di Israel. Merespon roket-roket tersebut, Israel terus menyerang Gaza, 100 warga Palestina dikabarkan terluka, termasuk lusinan anak laki-laki dan perempuan.
Berbagai kelompok HAM telah lama menuduh rezim Israel sengaja menargetkan warga sipil Palestina. Mereka menyeru komunitas internasional untuk meminta pertanggungjawaban atas berbagai kejahatan rezim Tel Aviv kepada orang-orang Palestina.
Sementara itu, puluhan jurnalis Palestina di Tepi Barat terpaksa menghirup gas air mata usai pasukan Israel menembakkan gas tersebut dalam skala besar ke arah mereka. Sumber-sumber lokal yang enggan disebutkan namanya menyatakan bahwa pasukan Israel telah menembakkan sejumlah besar tabung gas air mata ke arah sejumlah jurnalis.
Para jurnalis ini berkumpul pada Minggu (17/11) di gerbang sebelah utara Bethlehem, 10 kilometer sebelah selatan Yerussalem al-Quds, untuk menunjukkan solidaritas mereka kepada seorang jurnalis, Muaadh Amarneh, yang kehilangan satu mata akibat tembakan pasukan Israel saat hendak meliput bentrokan antara para pemuda dengan pasukan Israel di Kota Surif.
Sumber-sumber yang sama menyebutkan, pasukan Israel juga telah menangkap dua orang jurnalis, Hamad Taqateqa dan Ahmed Tannouh, yang dikabarkan terlibat dalam aksi solidaritas tersebut. Menurut laporan dari Sindikat Jurnalis Palestina (PJS), pasukan Israel telah berulangkali melakukan aksi semena-mena terhadap para jurnalis.
Laporan itu menyebut, terhitung sejak Oktober 2018 hingga Oktober 2019, pasukan Israel telah menembak 60 jurnalis dan menyebabkan luka serius. 43 Jurnalis terkena serangan granat suara yang dilemparkan langsung ke arah mereka. Lebih jauh laporan itu menyebutkan 10 jurnalis kembali ditahan, menambah daftar jurnalis di penjara Israel yang kini mencapai 18 orang. (Republika/Press/Liputan Islam)