Berita
Kehidupan Akhirat [3/3]
Setelah Mati
Apakah setelah mati manusia langsung ke tahap kebangkitan, dan perihal dirinya kemudian akhirnya ditentukan di sana? Atau apakah manusia, selama periode antara kematian dan kebangkitan, melewati suatu dunia khusus untuk dibangkitkan kembali pada Hari Kebangkitan? Kita tahu bahwa hanya Allah SWT sajalah yang tahu kapan Hari Kebangkitan itu. Bahkan para nabi pun menyatakan tidak tahu tentang hal itu.
Dari Alquran dan dari banyak riwayat sahih yang sampai ke kita, dari Nabi saw dan para imam dapat disimpulkan bahwa setelah mati manusia tidak langsung ke tahap kebangkitan, karena pada tahap itu terjadi begitu banyak kehebohan, pergolakan, dan perubahan revolusioner pada segala yang kita tahu, seperti gunung, lautan, bulan, matahari, bintang dan galaksi. Pada saat itu tak ada yang tetap utuh. Lagi, pada saat kebangkitan, semua manusia masa lalu maupun masa sekarang akan dihimpun. Namun kita tahu bahwa dunia ini belum akan hancur dan barangkali akan tetap demikian untuk miliaran tahun lagi. Sementara itu masih akan lahir manusia-manusia yang tak terhingga jumlahnya.
Disimpulkan dari ayat terdahulu dan banyak ayat lainnya bahwa selama periode antara kematian dan Kebangkitan tak ada yang tetap mati dan tak sadar. Dengan kata lain, manusia tetap aktif, dia dapat merasa senang dan sakit. Setelah mati, manusia memasuki tahap baru kehidupan, dalam tahap baru ini manusia dapat merasakan segala sesuatu. Hal-hal tertentu membuatnya senang, dan hal-hal tertentu lainnya membuatnya sakit. Namun senang dan sakitnya berkaitan dengan perilakunya di dunia fana. Tahap ini akan berlanjut sampai terjadinya kebangkitan. Pada saat itu dunia akan dilanda sedemikian banyak kehebohan, pada saat itu dari bintang-gemintang paling jauh sampai bumi kita segalanya akan mengalami revolusi. Dengan terjadinya tahap ini maka alam yang merupakan tahap perantara antara dunia ini dan kebangkitan akan berakhir.
Jadi dari sudut pandang Alquran, alam pasca-kematian memiliki dua tahap atau, lebih tepatnya, setelah kematiannya manusia melalui dua alam. Alam yang akan berakhir seperti dunia fana ini disebut barzakh. Alam lainnya yaitu alam pasca-kebangkitan yang tak akan pernah berakhir. Man kita bahas dua alam ini secara ringkas.
Barzakh
Sesuatu yang menjadi perintang di antara dua benda dan memisahkan dua benda itu disebut barzakh. Alquran menggunakan kata ini untuk menunjukkan kehidupan antara kematian dan Kebangkitan. Alquran mengatakan: (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu): Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. ” Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (QS. al-Mukminun: 99-100)
Inilah satu-satunya ayat yang menyebut barzakh untuk interval antara kematian dan kebangkitan. Para ulama meminjam kata ini dari sini dan menyebut barzakh untuk alam antara kematian dan kebangkitan. Mengenai kesinambungan kehidupan setelah mati, ayat ini hanya mengatakan bahwa manusia setelah mati menyesal dan minta dikembalikan ke dunia fana, namun permintaan mereka ditolak. Ayat ini menunjukkan bahwa ada semacam kehidupan bagi manusia setelah matinya. Itulah sebabnya manusia minta dikembalikan ke dunia fana, meskipun permintaannya ditolak.
Banyak ayat yang menunjukkan bahwa manusia selama periode ini, yaitu periode antara kematiannya dan Kebangkitan, berada dalam suatu kehidupan. Dalam kehidupan ini dia bicara, merasa senang dan sakit, dan dapat hidup bahagia. Ada sekitar lima belas ayat yang bicara tentang suatu proses kehidupan. Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa antara periode kematian dan kebangkitan manusia berada dalam suatu kehidupan yang matang. Ayat-ayat ini dapat dibagi menjadi beberapa golongan.
(1) Ayat-ayat yang mengutip percakapan antara orang takwa atau orang keji di satu pihak, dan para malaikat di lain pihak. Percakapan ini terjadi setelah kematian. Ayat seperti ini banyak jumlahnya. Sudah kami kutip ayat 97 dari Surah an-Nisâ’ dan ayat 100 dari Surah al-Mukminun.
(2) Menurut beberapa ayat lainnya, para malaikat berbicara dengan orang takwa, dan mengatakan kepada mereka bahwa sejak saat itu mereka menikmati karunia-karuni Allah SWT. Para malaikat tidak membuat mereka menunggu Hari Kebangkitan. Dua ayat berikut ini mengandung poin ini:
-Mereka diterima oleh para malaikat rahmat dengan ucapan: “Salamun ‘alaikum! Masuklah, surga sebagai balasan untuk amal baikmu.” (QS. an-Nahl: 32)
-Dikatakan kepadanya (setelah kematiannya): “Masuklah surga.” Katanya: “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku, dan menjadikan aku termasuk orang yang dimuliakan.” (QS. Yasin: 26-27)
Dalam ayat-ayat sebelum ayat ini dikutip percakapan orang beriman ini dengan kaumnya. Dia mengajak kaumnya untuk mengikuti para nabi yang menyeru mereka kepada tauhid di Antiochia (Antakiyah). Dia mempermaklumkan imannya, dan minta kaumnya untuk mendengarkan dan mengikuti langkahnya. Namun kaumnya tidak mau mendengarkannya sampai dia meninggal (pergi ke alam lain). Ketika dia tahu bahwa dirinya mendapat ampun dari Allah SWT dan dimuliakan-Nya, dia berharap kaumnya yang masih di dunia tahu betapa bahagia dirinya di alam lain. Jelaslah, semua ini terjadi sebelum kebangkitan,
karena setelah kebangkitan tak ada apa-apa lagi di muka bumi.
Dapat dicatat bahwa bagi orang saleh, setelah dia mati, ada beberapa surga, bukan hanya satu surga. Di akhirat surga itu beragam sesuai tingkat kedekatan kita dengan Allah SWT.Selain surga-surga ini, ada beberapa surga lagi, seperti diriwayatkan oleh orang-orang pilihan keturunan Nabi saw, yang berkaitan dengan alam barzakh, bukan dengan Hari Pengadilan. Karena itu surga yang disebutkan dalam dua ayat di atas tentunya bukan surga yang berkaitan dengan Hari Pengadilan.
(3) Kelompok ayat ketiga tidak memberitakan percakapan antara para malaikat dan manusia. Ayat-ayat ini hanya menggambarkan kehidupan bahagia orang saleh dan kehidupan sengsara orang jahat selama periode antara kematian dan Kebangkitan. Dua ayat berikut ini termasuk dalam kelompok ini:
-Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakangyang belum menyusul mereka. (QS. Ali ‘Imran: 169-170)
-Dan Fir’aun beserta kaumnya dikepung azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. Dikatakan kepada malaikat: “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras.” (QS. al-Mukmin: 45-46)
Ayat ini menyebutkan dua jenis hukuman terhadap pengikut Fir’aun. Jenis pertama adalah hukuman pra-kebangkitan yang digambarkan sebagai azab yang amat buruk. Kepada para pengikut Fir’aun dinampakkan neraga dua kali setiap hari. Hukuman lainnya adalah hukuman pasca-Kebangkitan yang digambarkan sebagai azab yang sangat keras.
Pada Hari Pengadilan orang-orang ini akan diperintahkan untuk dilemparkan ke dalam neraka. Hanya mengenai hukuman pertama, disebutkan waktu pagi dan petang. Menafsirkan ayat ini Imam Ali as mengatakan bahwa hukuman pertama diberikan di barzakh, di barzakh berlaku sistem yang sama dengan di dunia seperti ada pagi, petang, bulan dan tahun. Hukuman kedua berkaitan dengan alam pasca-kebangkitan, di alam ini tak ada pagi, tak ada petang, tak ada minggu, tak ada bulan dan tak ada tahun. Dalam riwayat-riwayat yang sampai ke kita dari Nabi saw, Imam Ali as dan para imam lainnya mengenai barzakh, banyak digaris-bawahi soal kehidupan orang beriman dan orang keji selama mereka berada di barzakh.
Selama Perang Badar sejumlah pemimpin terkemuka Quraisy terbunuh. Ketika pertempuran usai, Nabi saw memerintahkan agar tubuh-tubuh mereka dimasukkan ke dalam sumur dekat Badar. Kemudian Nabi saw sendiri menuju ke sumur itu, lalu melongok ke dalam sumur itu untuk berkata kepada mayat-mayat di sana, “Kami mendapati bahwa janji Allah kepada kami telah terbukti. Apakah kalian juga mendapatkan apa yang sudah dijanjikan Allah kepada kalian?” Sebagian sahabat Nabi saw berkata, “Wahai Nabi Allah, apakah Anda bicara dengan mereka yang terbunuh dan sudah mati? Apakah mereka mendengar apa yang Anda katakan?” Nabi saw menjawab, “Sekarang ini mereka lebih mendengar dari-pada kalian.” Dari riwayat ini dan riwayat lain serupa dapat kita lihat bahwa meskipun dengan terjadinya kematian maka tubuh dan jiwa jadi terpisah, namun jiwa tidak sepenuhnya putus hubungan dengan tubuh yang sudah bertahun-tahun bersatu dengannya.
Pada 10 Muharam Imam Husain as salat subuh berjamaah. Kemudian Imam Husain as berpaling ke sahabat-sahabatnya, dan menyampaikan pidato pendek. Imam Husain as mengatakan:”Tenang dan sabarlah sebentar. Kematian tak lain adalah jembatan, lewat jembatan ini kalian meninggalkan tepi kepedihan menuju tepi kebahagiaan, kemuliaan dan surga yang amat luas.”
Ada sebuah riwayat yang mengatakan bahwa orang hidup itu sebenarnya tengah terlelap. Begitu mereka mati, sesungguhnya mereka terbangun. Itu artinya bahwa tahap kehidupan setelah mati lebih tinggi dibanding tahap kehidupan sebelum mati. Selama terlelap, kesadaran manusia jadi lemah. Tidur merupakan keadaan antara hidup dan mati. Ketika manusia bangun tidur, hidupnya lebih sempurna. Kehidupan di barzakh pada tingkat tertentu juga lebih sempurna dibanding kehidupan di dunia. Ada dua poin yang patut disebutkan di sini:
(1) Menurut riwayat-riwayat dari para imam, di barzakh manusia ditanya tentang imannya saja. Pertanyaan lainnya ditanyakan pada Hari Kebangkitan.
(2) Amal saleh yang dilakukan keluarganya dengan niat supaya pahalanya diberikan kepada si almarhum, membuat si almarhum jadi bahagia dan membawa keuntungan baginya. Jika sedekah dan amal saleh, entah bentuknya wakaf atau lainnya, dilakukan dengan niat agar pahalanya diberikan kepada si almarhum ayah, ibu, sahabat, guru atau lainnya, maka alam saleh ini dapat dianggap sebagai pemberian kepada si almarhum bersangkutan. Amal saleh tersebut membuat si almarhum jadi bahagia. Begitu pula dengan doa memohonkan ampunan Allah SWT, berhaji, tawaf dan berziarah ke tempat suci lainnya, yang dilakukan atas nama si almarhum. Anak, yang ketika kedua orang tuanya masih hidup berbuat tidak menyenangkan kedua orang tuanya, dapat berbuat sesuatu yang menyenangkan mereka setelah mereka jadi almarhum. Yang sebaliknya juga bisa terjadi.
Kebangkitan
Tahap kedua dari kehidupan abadi adalah kebangkitan yang, tak seperti barzakh, bukanlah urusan individual melainkan melibatkan seluruh manusia dan alam semesta. Dengan kebangkitan, alam semesta memasuki tahap baru dan fase baru kehidupan. Seluruh sistem mengalami perubahan. Kalau Alquran berkata tentang peristiwa luar biasa ini, dikatakannya bahwa pada waktu Kebangkitan bintang-gemintang akan pudar dan hilang, matahari akan berhenti bersinar,lautan akan jadi kering, segalanya akan hancur, gunung akan hancur, dan semuanya akan menjerit, berteriak dan akan terjadi ledakan dahsyat di seluruh dunia yang diikuti perubahan-perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Yang dapat diketahui dari Alquran adalah bahwa alam semesta akan hancur, dan segalanya akan musnah. Kemudian akan lahir sebuah dunia baru yang pada dasarnya beda dengan dunia yang ada ini. Hukum dan sistem dunia baru itu mutlak beda, dan dunia baru itu akan terus eksis untuk selamanya.
Dalam Alquran, kebangkitan disebutkan dengan berbagai nama, masing-masing nama menunjukkan karakteristik tertentunya. Karena Kebangkitan merupakan masa ketika seluruh umat manusia dikumpulkan, maka disebut Hari Berkumpul dan Hari Pertemuan. Karena pada hari itu semua rahasia akan disingkapkan dan semua realitas akan dibeberkan, maka disebut hari penyingkapan dan hari ketika pikiran-pikiran rahasia akandiperlihatkan. Karena merupakan masa yang akan berlangsung selamanya, maka disebut hari keabadian. Karena merupakan masa ketika manusia kecewa dan menyesal, maka disebut hari kepedihan dan hari kekecewaan. Dan karena kebangkitan merupakan peristiwa dan berita paling besar, maka disebut “Kabar Besar”.
Ayatullah Syahid Muthahari, Manusia dan Alam Semesta