Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Mukhtar al-Tsaqafi, Penuntut Darah Karbala

Mukhtar al-Tsaqafi, Penuntut Darah Karbala

Mukhtar al-Tsaqafi, Penuntut Darah Karbala

Mukhtar al-Tsaqafi (1 H – 67 H)  adalah tabi’in dari penduduk Thaif yang masyhur dengan kebangkitannya demi membalas dendam darah Imam Husain as. Dia menjadi tuan rumah Muslim bin Aqil di Kufah dan bekerja sama denganya hingga akhir pergerakan. Tetapi saat terjadi peristiwa Karbala ia berada dalam penjara Ubaidillah bin Ziyad. Pada peristiwa kebangkitan Mukhtar, sejumlah besar dari para algojo dan pembunuh dalam peristiwa Asyura mati terbunuh. Sebagian ahli sejarah meyakini bahwa kebangkitan Mukhtar diizinkan oleh Imam Ali Zainal Abidin as. Setelah Mukhtar berkuasa selama 18 bulan di Kufah, ia gugur di tangan Mush’ab bin Zubair. Kuburannya terletak di samping masjid Kufah di dekat makam Muslim bin Aqil.

Mukhtar adalah putra Abi ‘Ubaid bin Mas’ud bin Amr bin Umair bin ‘Auf bin ‘Uqdah bin Ghirah bin ‘Auf bin Tsaqif al-Tsaqafi. Nama panggilannya Abu Ishak.  Mukhtar berasal  dari kabilah Tsaqif. Kakeknya, Mas’ud Tsaqafi, ayahnya, Abu ‘Ubaid al-Tsaqafi termasuk dari pembesar sahabat Nabi saw yang setelah Nabi wafat, ia terbunuh pada perang Jisr, salah satu perang Qadisiyah di zaman Umar bin Khattab. Ibunya adalah Dumah binti Amr bin Wahab yang disebut oleh Ibnu Thaifur sebagai ahli retorika dan bahasa.[10] Pamannya, Sa’ad bin Mas’ud al-Tsaqafi diangkat menjadi gubernur Madain oleh Imam Ali as.

Sa’ad bin Mas’ud Tsaqafi paman Mukhtar diangkat menjadi hakim Madain oleh Imam Ali as. Ketika Sa’ad berseteru dengan Khawarij ia mengangkat Mukhtar sebagai penggantinya di Madain dan keluar berperang melawan Khawarij.

Baca Muslim bin Aqil bin Abi Thalib, Wakil Imam Husain di Kufah

Pasca syahadah Imam Ali as, Imam Hasan as dalam satu peperangan melawan Muawiyah dan pengkhianatan sebagian sahabatnya, beliau berlindung ke Madain. Imam Hasan as pergi ke rumah Sa’ad bin Mas’ud al-Tsaqafi (paman Mukhtar). Sa’ad mendapatkan pemerintahan Madain dari pihak Imam as. Menurut sebuah penukilan, Mukhtar berkata kepada Sa’ad:

-Apakah Anda ingin kekayaan dan kemuliaan?
-Bagiamana caranya?
-Tangkaplah Hasan as dan serahkan kepada Muawiyah, saat itu ambillah segala apa yang Anda inginkan.
-Semoga Allah mengutukmu! Kau lelaki macam apa, bagaimana mungkin aku menyerahkan putra dari putri Muhammad saw kepada musuhnya? [Syahidi, Tārikh Tahlili Islām, hlm.159, dinukil dari Thabari]

Ayatullah Khui meyakini bahwa riwayat ini tidak bisa diterima disebabkan riwayat tersebut dinukil secara mursal. Dia menambahkan, dengan asumsi kesahihan sanadnya juga dapat dikatakan bahwa Mukhtar tidak serius dalam ucapannya, hanya dia ingin mengetahui pandangan pamannya. Sayid Muhsin al-Amin juga berkeyakinan bahwa Mukhtar bermaksud menguji pamannya.[A’yān al-Syiah, jld.7, hlm.230]

Muhammad bin Ahmad al-Dzahabi dalam kitab Siar A’lām al-Nubala jld.3, hlm.544 menerangkan kegiatan Mukhtar pada masa khilafah Muawiyah yang menguntungkan Imam Husain as. Dalam keterangan ini dimuat bahwa Mukhtar pada masa Muawiyah pergi ke Basrah dan mengajak masyarakat kepada Imam Husain as. Pada waktu ini Ubaidillah bin Ziyad yang diangkat sebagai hakim Basrah oleh Muawiyah menangkap Mukhtar dan mencambuknya 100 kali. Setelah itu Mukhtar diasingkan ke Thaif.

Peran Mukhtar pada Masa Revolusi Imam Husain as

Literatur-literatur historis melaporkan ketidakhadiran Mukhtar dalam peristiwa Karbala. Ketidakhadiran ini tidak disengaja (diluar ikhtiyar). Pada mulanya dia menjalin kerja sama dengan utusan Imam Husain as ke Kufah dan mengadakan pergerakan-pergerakan melawan Bani Umayyah.

  • Muslim di Rumah Mukhtar: Mukhtar termasuk di antara orang-orang yang segera membantu Muslim bin Aqil, dan Muslim saat memasuki Kufah pergi ke rumah Mukhtar.[24] Setelah Ubaidillah bin Ziyad mengetahui tempat Muslim, Muslim pindah tempat ke rumah Hani bin Urwah.[Mas’udi, jld.3, hlm.252]
  • Bersama Muslim: Laporan-laporan historis melaporkan bahwa Mukhtar berupaya membantu Muslim. Tetapi pada hari kesyahidan Muslim dia pergi ke Khatharniyah, sebuah daerah di luar Kufah untuk mengumpulkan pasukan, dan tatkala sampai di Kufah, Muslim dan Hani telah gugur sebagai syahid.
  • Hari Asyura dalam penjara: Setelah kesyahidan Muslim, Ibnu Ziyad hendak membunuh Mukhtar yang atas perantara Amr bin Harits dia mendapat perlindungan. Seketika itu Ibnu Ziyad memukuli mata Mukhtar dan melukainya serta menjebloskan ke dalam penjara. Mukhtar berada dalam penjara hingga akhir kebangkitan Imam Husain as.[Al-Muntazham, jld.6, hlm.29]
  • Melihat Kepala Imam Husain as: Tatkala para tawanan masuk Kufah, Ibnu Ziyad menghadirkan para tahanan termasuk di dalamnya Mukhtar untuk melihat para tawanan. Saat itu di antara Mukhtar dan Ibnu Ziyad terjadi perkelahian mulut. Setelah itu, dengan melihat kepala Imam Husain as Mukhtar menangis dan berduka serta memukuli kepala dan wajahnya.[a Karavāne Husaini, jld.5, hlm.140]

Pasca peristiwa Karbala, atas perantara Abdullah bin Umar di sisi Yazid dia dibebaskan. Sebab, saudari Mukhtar, yakni Shafiyah binti Abu ‘Ubaid menjadi istri Abdullah bin Umar. Tentu, Ubaidillah saat Mukhtar dibebaskan memberi syarat padanya supaya tidak menetap di Kufah lebih dari 3 hari, dan jika setelah 3 hari masih terlihat di Kufah maka darahnya akan ditumpahkan.[Al-Muntazham, jld.6, hlm.29]

Revolusi Mukhtar

Revolusi Mukhtar memiliki banyak pro dan kontra, namun Ayatullah Khui dalam ukjam al-Rijal, jld.18, hlm.100 dan Abdullah al-Mamaqani meyakini bahwa kebangkitan Mukhtar mendapat izin khusus dari Imam Ali Zainal Abidin as.  Imam Shadiq as menganggap pengiriman kepala Ubaidillah bin Ziyad dan Umar bin Sa’ad ke Madinah oleh Mukhtar sebagai penyebab kesenangan Ahlulbait dan beliau berkata: “Pasca peristiwa Asyura tak seorang pun dari wanita kami yang berhias diri sampai Mukhtar mengirim kepala terputus Ubaidillah bin Ziyad dan Umar bin Sa’ad kepada kami”. [Rijāl Kasyi, hlm.127]

Dalam pergerakan Tawwabin Mukhtar tidak ikut, sebab dia memandang pergerakan ini tidak bermanfaat dan menilai Sulaiman bin Shurad al-Khuzai tidak tahu strategi dan taktik-taktik perang. Atas ketidakhadiran Mukhtar, 4000 orang dari 16000 orang yang telah berbaiat kepada Sulaiman menarik kembali baiatnya sebab mereka melihat dia tidak pandai dalam taktik-taktik perang.[Tārikh Ibni Khaldun, jld.2, hlm.43]

Baca Kebangkitan dan Perlawanan Thawwabin Pasca Tragedi Asyura

Saat terjadi pergerakan Tawwabin dia masuk penjara dan setelah kekalahan pergerakkan Tawwabin, dari dalam penjara dia menulis surat kepada mereka yang masih hidup dan memberikan semangat. Para pemimpin Tawwabin bermaksud membebaskan dia dari penjara tapi Mukhtar mencegah mereka dan berkata bahwa ia akan cepat bebas dari penjara. Kali ini dia dibebaskan atas perantara Abdullah bin Umar pula.[Tārikh Ibni Khaldun, jld.2, hlm.44]

Pada 14 Rabiul Awal 66 H Mukhtar bangkit demi balas dendam darah Imam Husain as dan orang-orang Syiah Kufah menyertai dia dalam kebangkitan ini. Dia berulang kali berkata: Demi Tuhan, jika aku bunuh dua pertiga dari orang Quraisy maka satu jari dari Imam Husain pun belum terbalaskan.[al-Fakhri, hlm.122]

Dalam kebangkitan ini dia membunuh Syimr bin Dzil Jausyan, Khuli bin Yazid, Umar bin Sa’ad dan Ubaidillah bin Ziyad. Dalam kebangkitan ini Ibrahim bin Malik Asytar menjadi pemimpin pasukan dan dialah yang membunuh Ubaidillah bin Ziyad di Mosul.[Usdu al-Ghābah, jld.4, hlm.347]

Ketika Mukhtar mengirim kepala Ubaidullah bin Ziyad kepada Muhammad bin Hanafiyah, ia sedang makan dan berkata: Syukur kepada Allah ketika kepala al-Husain as dibawa ke Ibnu Ziyad ia sedang makan, dan kami dalam kondisi ini pula saat kepala Ibnu Ziyad dibawa kepada kami.[Affarinesy wa Tārikh, jld.2, 913]

Mukhtar dalam kebangkitan ini menggunakan dua slogan; “Ya Latsārātul Husain” (demi darah al-Husain) dan “Ya Manshural Ummah” (demi yang ditolong umat). Saat dia memakai pakaian perang, ia memberi aba-aba para pengikutnya akan permulaan kebangkitannya dengan dua slogan ini. Dia menggunakan slogan “Ya Manshural Ummah” pertama kali di perang Badar dan slogan “Ya Latsārātil Husain” di pergerakan Tawwabin. Saat Umar bin Sa’ad mati terbunuh, orang-orang Kufah menyiarkan slogan “Ya Latsārātil Husain” juga.

Setelah 18 bulan Mukhtar berkuasa dan berperang melawan tiga kelompok, yakni pasukan Marwan di Syam, Āl Zubair di Hijaz dan para bangsawan Kufah, akhirnya ia terbunuh di tangan Mush’ab bin Zubair pada 14 Ramadhan tahun 67 H pada usianya yang ke-67. Tangan Mukhtar diputus atas perintah Mush’ab dan digantung di dinding masjid Kufah. Ketika Hajjaj bin Yusuf menguasai Kufah, karena mereka berdua berasal dari kabilah Tsaqif, ia menyuruh supaya tangan itu dipendam.

Setelah Mukhtar wafat, para pendukungnya yang berjumlah 6000 orang, yang diblokade di istana menyerahkan diri. Akan tetapi Mush’ab mengeluarkan perintah eksekusi untuk mereka semua.[Akhbār al-Thiwāl, hlm.182] Tindakan ini begitu menyeramkan sehingga Abdullah bin Umar bin Khattab berkata kepada Mush’ab saat melihatnya: “Seandainya 6000 orang ini kambing-kambing ayahmu, maka engkau tidak boleh melakukan ini”.[Ansāb al-Asyrāf, jld.6, hlm.445]

Dalam sebuah laporan dimuat bahwa Mush’ab berkata pada ‘Amrah istri Mukhtar, apa pendapatmu mengenai Mukhtar? Ia menjawab: “Dia orang bertakwa dan setiap hari berpuasa”. Lalu Mush’ab memberi perintah supaya dia dibunuh. Dia adalah wanita pertama dalam Islam yang dipenggal lehernya. [Tārikh al-Ya’qubi, jld.2, hlm.246]

Source wikishia