Berita
Jingle IBF: Silaturahmi & Toleransi Runtuhkan Dinding Perbedaan
Banyak hal menarik yang kami temukan dalam ajang Islamic Book Fair tahun ini. Hal paling utama tentu saja dimanjakannya semua pengunjung dengan melubernya buku-buku berkualitas mulai dari yang klasik hingga yang terbaru, termasuk buku anak dan bestseller lain yang mudah didapat dengan harga miring.
Selain itu, dengan mengakses situs www.islamic-bookfair.com, kita dapat mendownload jingle IBF yang sarat pesan ukhuwah islamiyah. Lagu yang pernah diputar berulang-ulang saat pembukaan Islamic Book Fair itu di salah satu liriknya menekankan pentingnya silaturahmi dan toleransi. Lirik berbunyi: “Jalin indahnya silaturahmi, jaga indahnya toleransi, bersama satukan tujuan, leburkan dinding perbedaan..” Itu terasa sangat pas dengan semangat kebangsaan untuk mengokohkan persatuan. Lirik yang sesuai bagi Indonesia dengan bermacam suku dan aneka bahasa. Begitupun bagi penduduknya yang mayoritas Islam, dengan berbagai mazhab dan beragam perbedaan, agar tetap mampu menjalin silaturahmi dan melestarikan budaya toleransi.
Sayangnya, di tengah ajang promosi nilai-nilai intelektual islami itu masih saja ada beberapa pihak yang sepertinya tetap berkeras ingin memaksakan kehendak dan tak rela meleburkan sekat perbedaan, bahkan memperuncingnya. Terbukti, di antara sekian banyak buku dalam pameran kali ini, masih saja terdapat jenis buku yang isinya mendiskreditkan pihak atau mazhab tertentu dalam Islam. Bukan cuma buku yang isinya menjelekkan Syiah, hujatan dan stigma negatif sepihak itu juga diwujudkan dalam bentuk tulisan pada material souvenir, berupa pin maupun t-shirt ‘Anti Syiah.’ Hal itu sangat disayangkan Ketua IKAPI DKI Jakarta, H.E. Afrizal Sinarno, yang merupakan salah seorang panitia pameran buku terbesar se-Asia Tenggara itu.
“Secara pribadi, saya juga menyayangkan jika ada temen-temen peserta pameran yang melakukan hal negatif semacam itu. Rasanya kalau kita benar-benar mengaku umat Islam yang satu dan bersama-sama ingin menyatukan tujuan, sudah seharusnya itu tidak boleh terjadi,” ungkapnya menyitir makna lirik jingle IBF saat kami temui di ruang Panitia Islamic Book Fair, Istora Senayan Jakarta.
Padahal semestinya ada tradisi intelektual dan etika yang harus senantiasa dibangun antara sesama kaum Muslim. Misalnya dengan memaparkan sejumlah perbedaan apa adanya, tanpa perlu masuk ke arena hujat-menghujat dan penghakiman sepihak. Setelah itu biarkanlah pembaca sendiri yang secara cerdas akan menilai dan memutuskan, manakah di antaranya yang benar atau salah sesuai akal sehat mereka.
“Kalau isi sebuah buku sudah memvonis apa yang terkandung di dalamnya sebagai pendapat yang paling benar dan pada saat yang sama menganggap selainnya adalah pasti salah, menurut saya sih itu salah satu bentuk kesombongan, ya. Mestinya hal seperti itu jangan sampai terjadi, lah. Berdakwah itu kan harus dilakukan dengan cara bijaksana dan santun. Rasulullah saja mengajarkan seperti itu,” pungkas Afrizal. (Lutfi/Yudhi)