Berita
Ambulan Ahlulbait Indonesia Tembus Puncak Kelud
Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Itulah pepatah yang pas untuk menggambarkan apa yang dilakukan DPW ABI Jawa Tengah. Bagaimana tidak? Berawal dari pemakaian ambulan untuk mengantar salah seorang guru pesantren Al Hadi Pekalongan, Sayyid Chatim Usman yang sedang sakit ke rumahnya di Jawa Timur, dalam perjalanan pulang mobil itu sekaligus dimanfaatkan untuk mengangkut bahan bantuan bagi korban bencana Kelud.
Rombongan yang berangkat Jumat (28/2) dan dipimpin langsung Ketua DPW ABI Jawa Tengah, Ustad Nurkholis itu akhirnya sampai di suatu titik sejauh 15 Km dari puncak Kelud pada Sabtu (1/3) kemarin. Tepatnya di wilayah Desa Pandansari, yang beberapa hari ini terdampak lahar hujan sehingga akses ke dusun lain menjadi terputus.
Akibat parahnya kondisi jalur menuju 6 dusun terdekat kaki gunung yang juga terisolir, akhirnya bahan bantuan dititipkan kepada rombongan relawan klub mobil Wilis yang kebetulan lewat. Ke enam dusun yang warganya enggan keluar rumah karena takut ancaman lahar hujan itu adalah dusun Munjung, Pahit, Klangon, Putut, Wales dan Wonorejo. Menjelang petang, kondisi semua dusun yang merupakan wilayah desa Pandansari kecamatan Ngantang Kabupaten Malang itu ibarat kota mati karena penghuninya lebih memilih berdiam di dalam rumah sampai pagi menjelang.
Saat siang, sejumlah warga tampak berusaha menyelamatkan hasil bumi mereka dengan cara memanen apa yang bisa dipanen dan segera dijual saat itu juga. Mungkin hal ini terpaksa mereka lakukan untuk meminimalisir kerugian hasil tani akibat erupsi Kelud. “Dalam perjalanan menuju puncak Kelud, saya lihat orang-orang memanen hasil bumi seperti bawang yang dimasukin dalam karung untuk dijual,” cerita Ustad Nurkholis kepada ABI Press.
Pada kesempatan ini, Ambulan DPW ABI Jawa Tengah juga membagikan bantuan beberapa kardus masker kepada anggota TNI yang sedang bertugas sebagai relawan di Desa Pandansari. Diakui Ustad Nurkholis, saat ini masker memang sangat diperlukan warga di wilayah itu. Karena bila pagi dan siang hari, hembusan angin sangat kencang menerbangkan abu erupsi di udara, dengan memakai masker setidaknya dampak buruk berupa gangguan pernapasan akan sedikit teratasi. (Lutfi/Yudhi)