Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Lailatul Qadar dalam Pandangan Ahlusunah dan Syiah

Malam Qadar atau Lailatul Qadr adalah malam diturunkannya Alquran dan malam ditakdirkannya segala urusan dalam setahun mendatang bagi umat manusia. Alquran mengisyaratkan tentang Lailatul Qadr dalam dua surah yaitu surah al-Qadr dan al-Dukhan. Dalam Alquran dan beberapa riwayat diyakini bahwa nilai malam lailatul Qadr lebih baik dari seribu bulan. Malam ini adalah malam yang paling utama dalam setiap tahunnya dan malam rahmat Ilahi dan malam diampunkannya dosa-dosa dan di malam ini, para malaikat berdatangan ke bumi.

Terjadinya Lailatul Qadar tidak bisa dikenali secara jelas bahwa malam ini berada di malam yang mana. Namun berdasarkan dari banyak riwayat, Malam Qadar terjadi pada bulan Ramadan dan kemungkinan besar berada pada salah satu malam dari malam-malam: 19, 21 dan 23 bulan ini. Kaum Syiah menegaskan bahwa Lailatul Qadar kemungkinan besar jatuh pada malam 23 Ramadan, sementara Ahlusunah lebih memungkinkan jatuh pada malam 27 Ramadan.

Kaum Syiah pada malam-malam ini dengan mengambil contoh dari para maksum as, sibuk menghidupkan malam-malam Qadar dengan membaca Alquran, berdoa dan melakukan amalan-amalan lainnya yang berkaitan dengan malam ini. Terpukulnya kepala suci Imam Ali as dengan pedang musuh dan kesyhahidannya pada malam-malam ini juga semakin menambah pentingnya Lailatul Qadar di kalangan Syiah dan duka cita untuk Imam mulia ini bersamaan dengan ritual malam qadar.

Penamaan

“Qadr” adalah sebuah kata dari bahasa Arab yang bermakna ukuran, takdir dan nasib. [1] Adapun terkait dengan mengapa malam ini dinamakan dengan malam Qadar terdapat beberapa alasan:

  • Sebagian berkata: Karena pada malam ini takaran dan ukuran para hamba tentang hal-hal yang akan terjadi selama setahun akan ditentukan, maka malam ini dinamakan Malam Qadar.[2]
  • Sekelompok orang meyakini jika seseorang menghidupkan malam ini, dia akan memiliki kadar kemuliaan dan kedudukan (di sisi Allah swt). [3]
  • Sekelompok lainnya juga meyakini bahwa: Alasan penamaan, kemuliaan dan kadar tingginya malam ini.[4]
    Lailatul Qadr juga disebut dengan nama-nama seperti “Lailatul Azhamah” (malam yang sangat agung) dan “Lailatus Syaraf” (malam yang sangat mulia)[5]

Dalam budaya Islam, Lailatul Qadar paling agung dan paling pentingnya malam di setiap tahunnya.[6] Berdasarkan sebuah riwayat dari Rasulullah saw, Lailatul Qadar merupakan karunia dan anugerah dari Allah swt kepada umat Islam yang mana anugerah dan karunia ini tidak diberikan kepada umat-umat sebelumnya.[7] Dalam Alquran Al-karim, terdapat sebuah surah yang lengkap yang secara khusus menyifati dan menyunjung malam Qadar dan disebut dengan nama ini (surah Al-Qadr).[8] Dalam surah ini, nilai Lailatul Qadr diyakini lebih baik dari seribu bulan. [9] Ayat pertama sampai ayat keenam surah Ad-Dukhan juga menjelaskan tentang kepentingan dan peristiwa-peristiwa malam Qadar.[10]

Dimuat dalam sebuah riwayat dari Imam Shadiq as bahwa sebaik-baiknya bulan, adalah bulan Ramadan dan jantung bulan Ramadan adalah malam Lailatul Qadr. [11] juga dinukil dari Nabi Muhammad saw bahwa malam Qadar adalah penghulu malam-malam.[12] Berdasarkan sumber riwayat fikih, hari-hari Qadar juga memiliki kedudukan yang sama sebagaimana malam-malamnya sangat dihormati dan diutamakan. [13]

Pandangan Syiah

Para mufassir Syiah, dengan bersandar pada ayat-ayat surah al-Qadr berkeyakinan bahwa Lailatul Qadar tidak dikhususkan pada malam diturunkannya Alquran di zaman Rasulullah saw, akan tetapi akan berulang di setiap tahunnya. Banyak juga riwayat yang menegaskan hal ini bahkan menurut sebagian sampai batas mutawatir.[14] Namun dengan begitu tetap tidak jelas masa kapan terjadinya malam Qadar dan tidak ada dalam ayat atau riwayat yang menjelaskan kapan dan pada malam ke berapa terjadinya Lailatul Qadr. Namun banyak riwayat yang menegaskan bahwa malam Qadar terjadi di bulan Ramadhan.

Dalam riwayat-riwayat Syiah menganjurkan dengan tegas untuk menghidupkan tiga malam, malam 19, 21 atau 23 bulan Ramadhan dan dari tiga malam ini juga lebih diutamakan untuk lebih memperhatikan malam ke-23 dibandingkan dengan malam-malam lainnya.[15] Dan menurut riwayat lainnya, pada malam ke-19, segala takdir ditulis dan pada malam ke-21 ibram (penegasan akan hal-hal yang telah ditakdirkan) dan penandatangannya pada malam ke-23. [16]

Pandangan Ahlusunnah

Kebanyakan Ahlusunnah dengan bersandarkan pada hadis nabawi berpandangan bahwa malam Qadar adalah satu malam dari malam-malam kesepuluh terakhir bulan Ramadan dan kemungkinan malam lailatul Qadar terjadi pada malam ke 27 sangat besar dibandingkan malam-malam lainnya, oleh karena itu, pada malam ini mereka sibuk berdoa dan tetap terjaga hingga Subuh untuk beribadah.[17] Sebagian Ahlusunah lainnya juga berpandangan bahwa Lailatul Qadr hanya ada dan terjadi pada masa hidup Nabi Muhammad saw yang akan terulang di setiap tahunnya, namun sepeninggal Nabi malam Qadar tidak ada lagi .[18] Menurut sebagian yang lain, Lailatul Qadar kapan saja bisa terjadi sepanjang setahun dan malam-malam itu tidak ditentukan. [19] Sebagian lagi meyakini bahwa malam Qadar, pernah terjadi pada tahun Bi’tsah, pada bulan Ramadan, namun pada tahun-tahun yang lainnya mungkin saja terjadi pada bulan-bulan lainnya. [20]

Malam Lailatul Qadar hanya terjadi pada satu malam dari malam-malam yang ada di setiap tahunnya [21] Adapun perbedaan ufuk negara-negara (seperti ufuq Iran dan Arab Saudi) hal ini akan menyebabkan perbedaan zaman dan waktu dimulainya bulan Ramadan di pelbagai kawasan dan mau tidak mau akan menjadikan perbedaan waktu malam-malam 19, 21 dan 23 bulan Ramadan juga.[22] Fukaha mengenai kontradiksi ini berkata: Perbedaan ufuk setiap negara tidak menunjukkan berbilangnya malam Qadar dan masyarakat di setiap belahan dunia harus menentukan satu waktu untuk malam Qadar dan waktu-waktu lainnya seperti Idul Fitri atau Idul Adha sesuai dengan ufuk mereka.[23] Menurut pandangan Ayatullah Makarim, malam adalah bayangan setengah dari bulatan bumi atas setengahnya yang lain dan bayangan ini bersamaan dengan putaran bumi selalu bergerak dan putaran sempurnanya adalah sepanjang 24 jam.[24] Oleh karena itu, mungkin saja malam Lailatul Qadar, merupakan putaran sempurna dari gerakan alami bumi untuk dirinya sendiri; yaitu waktu 24 jam kegelapan yang akan menutupi seluruh titik bumi. Dengan demikian, malam Lailatul Qadar akan dimulai dari satu kawasan dan akan terus berlanjut sampai 24 jam dan seluruh putaran bumi akan mendapatkan Lailatul Qadar.[25]

Source: wikishia

Catatan Kaki
1. Syakir, Syabi Bartar az Hezar Mah (Satu malam lebih utama daripada seribu bulan), hlm. 48; Qarisyi, Qamus Quran, jld. 5, hlm. 22-227.
2. Thabathabi, Tafsir al-Mizan, jld.20, hlm.561.
3. Qadamyari, Syabe Qadr dar Ghazaliyate Hafez (Malam Qadar dalam Syair Hafiz), hlm.180.
4. Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld.27, hlm.188.
5. Majidi Khameneh, Syabhaye Qadr dar Iran (Malam-malam Qadar di Iran), hlm. 1.
6. Turbati, Hamrah ba Ma'shuman dar Syabe Qadr (Bersama maksumin as di malam Qadar), hlm. 33.
7. Makarim Syirazi, Nasir, Tafsir Nemuneh, jld. 27, hlm. 190.
8. Makarim Syirazi, Nasir, Tafsir Nemuneh, hlm. 178.
9. QS. Al-Qadr, ayat: 2.
10. QS. Ad-Dukhan, ayat: 1-6.
11. Huwaizi, Tafsir Nur al-Tsaqalian, jld.5, hlm. 918.
12. Majlisi, Bihar al-Anwar, jld.4, hlm. 54.
13. Syaikh Thusi, al-Tahdzib, jld. 4, hlm. 331, hadis. 101.
14. Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, jld.27, hlm.190.
15. Shaduq, al-Khisal, hlm.519.
16. Kulaini, Ushul Kāfi, jld. 2, hlm. 772.
17. Thabathabai, Tafsir al-Mizan, jld.20, hlm. 566.
18. Al-Qasimi, Tafsir al-Qasimi, jld.17, hlm. 217.
19. Ibnu Al-Miftah, Abdullah, Syarh al-Azhar, jld. 1, hlm. 57.
20. Thabathabai, Tafsir al-Mizan, jld.20, hlm. 566.
21. QS. Al-Qadr, ayat: 1 ; Syaikh Thusi, al-Tahdzib, jld. 3, hlm. 85.
22. Mukhtari dan Shadiqi, Ridha dan Muhsin, Ru'yate Hilal, jld. 4, hlm. 2972.
23. Makarim Syirazi, Istiftaat Jadid, jld.3, hlm.103.
14. Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, hlm.192.
25. Makarim Syirazi, Tafsir Nemuneh, hlm.192.
Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *