Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Kepribadian Imam Hassan al-Mujtaba as

Kemuliaan dan Kehormatan Imam Hassan as

Suatu hari, seorang kakek melalukan wudhu. Cara wudhu kakek tersebut sia-sia dan tidak benar. Imam Hassan as hendak memberitahukan kepadanya kesalahannya tetapi dengan cara yang tidak menyinggungnya. Jika Imam berbicara kepadanya salah mungkin kakek itu akan sakit hati dan menghiraukannya dan tidak menyetujuinya. Imam Hassan as bersama dengan Imam Husain as memutuskan untuk membuat sandiwara dan meminta kakek itu untuk membuat keputusan. Imam Hassan as menunjukan Imam Husain as dan berkata “saya melakukanya lebih baik dari yang kamu lakukan.” Mereka berdua mendekati kakek itu dan berkata, “Kamu datang dan liat wudhu kami dan putuskan siapa yang melakukanya dengan benar.” Mereka berdua sibuk melakukan wudhu dan mengakhirinya dengan benar dan cara yang baik. Kakek itu mengetahui sandiwara mereka dan mengeti apa maksud mereka yaitu memberi tahukan kesalahan kakek itu, dengan cara ini.

Baca juga Biografi Singkat Imam Hasan Al-Mujtaba as

Lalu dia berkata kepada mereka, “Wudhu yang dilakukan kalian benar, Saya hanya orang tua, yang tidak tahu bagaimana cara wudhu dengan benar. Kamu membuat saya sadar akan kesalahan saya. Saya berterimakasih kepada kamu.”

Kealiman dan Kemuliaan Imam Hassan as

Imam Hassan as adalah seorang yang saleh, tulus dan khusuk dalam beribadah dan mentaati perintah Allah SWT. Bagaimanapun juga dia pergi ke Mekkah untuk haji, dia melakukanya dengan jalan kaki. Ketika dia melakukan wudhu untuk salat dia melihat rahmat Allah dan tubuhnya mulai bergetar, dia berkata, “Waktunya telah tiba untuk ku memenuhi panggilannya.”

Ketika dia datang ke masjid, dia selalu mengangkat kepala dalam tempat salat, melihat ke langit dan berkata, “Oh Tuhanku ini adalah tamu-Mu berdiri di rumah-Mu. Hamba-Mu lalai ini telah datang menghadap-Mu. Dan harapannya kau mengampuni perbuatan buruknya, dengan rahmat dan pengampunan-Mu.”

Ketabahan dan Kesadaran Imam Hassan as

Suatu hari ketika Imam Hassan as melewati jalan dengan menaiki kudanya. Dalam perjalanannya itu lewat seorang yang merupakan teman “Muawiyah”. Ketika ia mengetahui itu adalah Imam Hassan, dia mulai berkata dengan tidak sopannya. Imam Hassan as berhenti dan mendengarkannya dan menatapnya seraya berkata, “Saya pikir kamu adalah orang asing dan bukan penduduk lokal. Kamu telah dipengaruhi oleh musuh tentang kami dan kesalahan perkataan mereka kepada kami membuat kamu sinis dan pesimis tentang kami. Jika kamu punya keperluan Saya akan penuhi. Jika kamu lapar, saya akan berikan kamu makan. Jika kamu butuh pakaian saya akan berikan kamu pakaian. Jika kamu tidak punya tempat tinggal saya akan ajak kamu ke rumah saya. Ketika orang itu mendengar kata-kata Imam Hassan as dia menjadi malu dan menyesal. Dia sangat sedih dan tidak mudah untuk meminta maaf atas apa yang telah dia katakan dan dia berkata, “Perkataan musuhmu telah mempengaruhi saya. Sebelum ini kamu dan ayahmu adalah musuh terbesar kami di antara semual orang. Tetapi sekarang saya telah menyaksikan kehormatan-mu dan kebaikanmu kepada saya lebih dari orang yang saya kenal.

Saya menjadi sadar kamu adalah keluarga yang mewarisi akhlak Nabi Muhammad saw. Selama saya tinggal saya akan menjadi temanmu dan pengagummu dan akan menjaga hakmu.” Lalu dia lakukan apa yang telah dia katakan.

Kedermawanan dan Kasih Sayang Imam Hassan as

  • Seseorang datang kepada Imam Hassan as dan berkata, “kemiskinan dan kesialan menyiksaku. Kamu adalah keluarga suci, murni, dan sempurna. Selamatkan saya dari mush yang kejam ini?” Imam Hassan memanggil pembantunya dan berkata: “Berapa banyak uang kamu inginkan?” Dia menjawab, “Lima ribu dinar.” Imam berkata, “Berilah semua uang ini kepada orang ini mungkin itu akan menjadi modal untuk usahamu dan kehidupanmu dan dia mungkin akan membebaskan dirinya dan menghilangkan kemiskinan dan ketidakpunyaanya.”
  • Suatu hari, Imam Hassan as pergi ke rumah Allah. Dalam setiap kondisinya ketika sibuk beribadah Imam mendengar seorang laki-laki menghadap Allah dan berkata, “Oh Tuhan, Saya butuh sepuluh ribu dirham untuk mendapat menjalankan usahaku untuk hidupku dan Kau Maha Pengasih pemberi kegembiraan dan rahmat.” Imam Hassan as langsung kembali ke rumahnya, dia memberikan uang sejumlah yang orang tersebut minta.
  • Seorang miskin dan susah datang kepada Imam Hassan as dan membacakan syair dengan arti, “Saya tinggal tanpa apapun, tidak satu dirhampun. Kamu bisa mengerti kondisi saya dan mengetahuinya. Saya tidak mempunyai apapun yang ada padaku untuk dijual kecuali kehormatanku. Saya tahu kamu pembeli dan pembelinya.” Imam Hassan as seketika memangil pembantunya dan berkata, “Berapapun uang yang kamu dapatkan, berikan itu kepada orang ini.”Pembantu itu memberikan sepuluh ribu dirham kepadanya. Imam Hassa as meminta kepada pembantunya untuk meminta maaf karena dia tidak pnya uang lebih dari itu. Beliau menyarankan kepada orang tersebut untuk mengambil dan menggunakan uang itu untuk kehidupannya dan lari dari kemiskinan dan mungkin bisa membuang kemiskinan dan kesusahan.

Cerita yang sedikit ini memperlihatkan Imam Hassan as adalah seorang yang bijaksana dan memperhatikan hari pembalasan tiap-tiap orang, dia memperhatikan kesusahan orang-orang, dia sangat peduli dan memperhatikan kehidupan dunia mereka, untuk menghubungkan dunia dan menutupi dengan keadilan di akhirat. Kelaparan dan kemiskinan yang melanda manusia membuat mereka tidak dapat berpikir tentang hari pembalasan ini. Kita seharusnya tahu pertolongan dan bantuan para Imam kepada orang-orang merupakan usaha yang tidak mudah dilakukan. (alhassanain)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *