Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Tantangan Pendekatan Mazhab dan Persatuan Islam [2]

Kebijakan imperialisme dan arogansi

Pada masa lalu, hanya penguasa lokal yang mengadu-domba umat atas nama agama atau karena kebodohannya atau karena fanatisme dan kepentingan. Namun, dalam dua-tiga abad lalu dan sejak Eropa menginjakkan kakinya di dunia Islam untuk menjarah sumber daya dan kekayaan negeri-negeri Muslim, faktor lain juga memasuki arena pemecahan umat Islam. Faktor baru ini mempertontonkan kejahatan yang paling keji dalam menguasai dan menjarah kekayaan Muslim.

Perbedaan fundamental antara pendatang baru ini dan penguasa lokal pada masa lalu adalah mereka mamasuki dunia Islam penuh perhitungan dan melibatkan sejumlah ilmuan dengan bendera orientalis. Mereka mengacak-acak umat Islam dengan berbagai trik dan konspirasi. Mengingat mereka sama sekali tidak punya hubungan emosional, keagamaan, dan nasionalisme dengan umat Islam, maka tak segan-segan pendatang baru ini melakukan berbagai kejahatan dan menciptakan malapetaka di dunia Islam demi menguasai kekayaan umat yang agung ini.

Beberapa metode baru yang digunakan imperialis dan terutama Inggris untuk menciptakan konflik di tengah umat Islam adalah sebagai berikut:

  • Membentuk sekte dan sempalan baru.
    Sejak dulu, kebijakan imperialis Inggris didasari pada pembentukan sekte baru dan kelompok politik sesat. Contoh pembentukan mazhab politik baru adalah mewujudkan paramisioner dan juga partai-parti afiliatif. Dalam bidang agama, mereka membentuk sekte-sekte sesat seperti Baha’i, Qadiyan, Shaikhan dan lain-lain. Tujuannya adalah menyimpangkan ajaran Islam dan memantik perpecahan umat. Metode lain Inggris adalah memanfaatkan agen-agenya di dunia Islam untuk kepentingan mata-mata dan aksi spionase.

    Puncak penyimpangan intelektual yang diciptakan oleh imperialis adalah menghapus hukum esensial dalam Islam seperti, jihad, amar makruf dan nahi munkar, mengganti sekularisme, dan juga konsep nabi terakhir, serta mempromosikan penafsiran-penafsiran keliru tentang qadha dan qadar, kepasrahan, irfan, dan tasawuf.

    Kebijakan imperialistik ini masih memanfaatkan unsur-unsur yang menyimpang dan memperkuat penyimpagan pemikiran beberapa mazhab. Mereka juga mengerahkan antek-anteknya ke berbagai negara Islam untuk melancarkan praktek pengkafiran, tudingan bid’ah, dan fasik kepada seluruh umat Islam. Anasir-anasir ini telah menaburkan benih-benih perpecahan dan perselisihan di tengah umat Islam.

    Kini, mungkin saja era membentuk sekte-sekte sempalan telah berakhir, meski para imperialis masih memanfaatkan senjata ini dalam beberapa peristiwa. Namun, pembentukan gerakan pemikiran dan ideologi modern, partai-partai afiliatif, tokoh-tokoh revolusioner palsu dan penyeru kebebasan, merupakan metode baru arogansi dunia untuk menguasai dunia Islam. Mereka menyebarkan pemikiran-pemikirannya dengan memanfaatkan sarana komunikasi dan kemajuan teknologi. Imperialis global juga berupaya memisahkan masyarakat Islam dari Islam murni dan revolusioner dengan tujuan melemahkan mereka dari dalam. Kewaspadaan terhadap trik baru ini, yang diprioritaskan terhadap pusat-pusat pendidikan, media, dan universitas, adalah tugas generasi baru dan harapan masa depan umat Islam.

  • Meruntuhkan dunia Islam dan disintegrasi negara Muslim.
    Pada zaman dulu, kekuatan-kekuatan besar menancapkan kekuasaannya atas dunia Islam dengan segala kelemahan dan penyimpangan yang mungkin, tetapi perwakilan kekuatan politik umat Islam bangkit melawan musuh-musuh Islam dan mempertahankan integritas teritorial wilayah Muslim dari rongrongan musuh. Dinasti Ottoman telah mendirikan sebuah pemerintahan yang kuat dan mencakup Timur Tengah, Afrika Utara dan sebagian besar dunia Ahlusunnah. Sementara pusat pemerintahan mereka bertempat di Turki. Di sisi lain, Syiah juga membentuk pemerintahan yang tangguh di bawah dinasti Safawi dan kemudian berdiri pemerintahan Qajar.

    Salah satu pengkhianatan besar penjajah dunia Islam dan umat Islam adalah memperlemah pemerintahan Syiah di Iran dan pendudukan terhadap sejumlah kota dan provinsi di negara itu. Kaum imperialis memecah-mecah negara-negara Islam dan menciptakan negara-negara kecil di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Konspirasi ini mempermudah imperialis untuk melakukan invasi militer ke negara-negara Islam.

    Konspirasi tersebut merupakan pukulan terberat terhadap kemuliaan dan kedigdayaan Muslim. Barat semakin leluasa menebarkan benih-benih permusuhan dan perpecahan serta menciptakan sekte-sekte baru di tengah umat Islam. Pada masa sekarang, Barat juga berupaya membentuk Timur Tengah baru, membagi Irak dan secara keseluruhan dunia Islam. Amerika Serikat, Eropa dan rezim Zionis Israel mempersiapkan peta baru untuk memecah negara Islam. Konspirasi dan Peta Jalan ini kiranya dapat digagalkan dengan kewaspadaan dan persatuan umat Islam.

  • Invasi militer dan pendudukan.
    Fenomena ini juga dilakoni oleh kolonialis di beberapa belahan dunia Islam seperti, anak benua India sepanjang tiga abad lalu dan dunia Arab di Timur Tengah dan Afrika Utara, pasca runtuhnya Dinasti Ottoman. Masalah ini telah menjadi sumber sengketa garis perbatasan, politik, sektarian dan suku serta menghalangi persatuan dan kerjasama antar umat Islam.
  • Pembentukan pemerintah boneka.
    Para kolonialis Barat menempatkan beberapa antek-anteknya di negara-negara Muslim yang tidak berhasil mereka taklukkan. Mereka ditempatkan melalui konspirasi dan kudeta untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan imperialis dan penjaga kepentingan Barat di dunia Islam serta pemicu perpecahan dan konflik di tengah umat Islam. Konspirasi busuk ini dilancarkan di Iran dan Turki pada permulaan abad ke-20 dan mereka menempatkan antek-anteknya seperti Reza Khan dan Kemal Ataturk untuk menjalankan misi imperialis.

Menciptakan sekat di tengah umat Islam.

Komunikasi, kontak dan interaksi antara umat Islam serta dialog untuk mengenal akidah satu sama lain, akan mengikis sejumlah besar kesalahpahaman dan membantu pemahaman antar sesama.

Pada masa lalu di mana sarana komunikasi masih terbatas, berbagai rumor dan kesalahpahaman mendominasi kaum Muslim yang dipisah oleh jarak, tapi sekarang, umat Islam bisa memahami dengan baik pemikiran-pemikiran saudaranya dan terlibat dalam berbagai seminar dan konferensi. Kini, mereka memahami bahwa kebanyakan perbedaan itu adalah bagian dari sengketa verbal dan bersifat parsial. Sementara ada banyak unsur kolektif yang akan menghubungkan mereka satu sama lain dan perbedaan sangat minim jika dibandingkan dengan persamaan yang mereka miliki.

Pelaksanaan ibadah haji, yang termasuk ibadah agung Islam dan poros tauhid serta solidaritas Muslim, memiliki peran yang sangat besar dalam menciptakan keakraban di tengah umat Islam. Jika ritual ini dikelola dengan baik, maka akan sangat membantu misi pendekatan mazhab dan persatuan Islam. (alhassanain)

Oleh: Hujjatul Islam Mir Aghaei 
(Penasehat Sekjen Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam (FIPMI).

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *