Berita
Sosok Fatimah az-Zahra Menurut Para Aktivis Perempuan Indonesia
Muslimat Ahlulbait Indonesia (MAI) sebuah lembaga otonom di bawah ormas Islam Ahlulbait Indonesia (ABI) yang konsen di bidang pendidikan, keluarga, dan perempuan mengadakan talk show dengan tema ‘Fathimah a True Woman of Dignity’ yang dilangsungkan di Auditorium Nurcholish Madjid – Universitas Paramadina, Minggu, 21 April 2019 berbarengan dengan Hari Kartini.
Talk show dimoderatori oleh Nina al-Hamid dan sebagai pembicara, Fikria Zaini (Koordinator Nasional Aktivis Filsafat Islam Jakarta (JAKFI), Santi Deliani (Koordinator National Saving Next Generation Institute), dan Rosita Rivai (Sekretaris PP Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia). Masing-masing dari mereka menceritakan pengalamannya dalam kiprahnya sebagai aktivis dan juga aktivitasnya sehari-hari. Mereka mencoba memberikan inspirasi dan menularkan pengalaman berharganya kepada para peserta yang hadir yang kebanyakan para generasi milenial. Masing-masing para wanita hebat ini memberikan testimoninya akan kemuliaan dan keagungan Sayyidah Fatimah yang begitu menginspirasi.
Menurut Dokter Rosita Rivai, spirit Fatimah sampai sekarang terus menginternal, terutama buat kaum muslimah. Sosok Fatimah bagi saya sangat menginspirasi bagaimana ia berperan, di saat ibunya (Khadijah) meninggal dia seolah menjadi sosok ibu bagi ayahnya (Muhammad Saw) sehingga beliau digelari ummu abiha (ibu dari ayahnya), dan saat beliau berperan sebagai istri, Ia membantu suaminya dan tetap bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, bahkan pada saat perang beliau membantu ayah dan kaum muslimin. Jadi perannya sebagai wanita memang sangat utuh, dia bisa tetap eksis sebagai perempuan tetapi tidak melupakan tugasnya sebagai seorang anak dari Muhammad Saw, Istri dari Ali dan Ibu bagi anak-anaknya tetap berjalan dengan sanfat baik. Saya harap kita semua dapat terinspirasi dengan spirit beliau.
Sosok Fatimah adalah jawaban dari Allah Swt melalui Rasulullah Saw bagaimana Islam menempatkan perempuan itu sejajar sama dengan laki-laki. Waktu itu jaman jahiliyah yang di mana mempunyai anak perempuan adalah aib tetapi Nabi Muhammad Saw menempatkan Fatimah dengan kemuliaan dan menempatkan perempuan itu penting. Semua orang datang dengan zamannya, untuk menjawab zamannya, waktu itu Fatimah datang melampaui zamannya, beliau menjawab tantangan zaman dengan fungsi dan keberadaannya. Buat saya sosok Fatimah ini tidak lekang oleh zaman.
Santi Deliani, Koordinator National Saving Next Generation Institute mengatakan bahwa sosok Fatimah memberi teladan pada setiap perempuan, walaupun perempuan pada masa itu dianggap memalukan dan dihilangkan perannya, tetapi dengan beliau menjadikan Rasul Saw sebagai figur yang didolakan dan beliau meneladani seluruh akhlak mulia ayahnya (Rasulullah Saw) itu diimplementasikan secara nyata oleh Sayidah Fatimah sehingga pada akhirnya beliau dijadikan referensi bagi Rasul sendiri di saat memberikan ceramah, Rasulullah memperkenalkan hal-hal yang dilakukan Sayidah Fatimah tentang pelayanannya terhadap orangtua, suami, dan kepada yang lainnya (umat). Fatimah berasal dari Rasulullah, maka segala sesuatu yang ada pada dirinya tidak ada yang jelek di dalamnya, semuanya luar biasa.
Fikria Zaini menambahkan kita harus mengenali Fatimah bukan hanya sekedar dogma-dogma bahwa ia baik tetapi kita harus tahu kenapa Sayidah Fatimah bisa begitu, kita harus tahu alasannya. Jadi kalau kita tahu kita memiliki role model yang jelas karena dalam diri kita tidak bisa lepas dari yang namanya model, otomatis kita ingin model yang paling baik, mencari yang terbaik yaitu Fatimah. Kita ingin sempurna seperti Sayidah Fatimah tapi kan kita lahir dengan rahim yang berbeda dengan beliau, itu menjadi alasan banyak orang “aku kan bukan Fatimah, gak mungkin aku menjadi Fatimah”. Mungkin, mungkin sedikit-sedikit kita menerapkan nilai-nilai yang dibawa Fatimah dalam kehidupan kita sehari-hari.
Untuk ibu rumah tangga mereka terkadang bukan tidak mau meneladani Fatimah, untuk memikirkannya saja sudah susah, tetapi untuk milenial, pastikan mereka banyak baca buku, mendiskusikannya, dan mencari alasannya kenapa kita harus mengidolakannya dan kalo itu sudah dapat kita tanamkan dalam diri kita, yakin kita pun menjadi Fatimah dengan versinya sendiri.