Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Master Guru Sekolah MASTER

Master Guru Sekolah MASTER

Siti Arwah Nasution relawan Sekolah MASTERSiti Arwah Nasution adalah salah seorang relawan sekaligus guru sebuah sekolah anak jalanan bernama MASTER. Sekolah yang telah dirintis sejak 13 tahun lalu ini, berada di bawah naungan Yayasan Bina Insan Mandiri. Nur Rokhim, pendiri sekolah yang bertempat di Depok, Jawa Barat ini menceritakan asal-muasal nama MASTER. “Karena awalnya sekolah ini berada di emperan masjid terminal, makanya kami namai MASTER, yang artinya Masjid Terminal,” tuturnya.

Di sekolah gratis yang terbuka untuk umum, terutama anak-anak jalanan ini telah tersedia jenjang pendidikan mulai dari tingkat SD hingga SMA. Menurut Nur Rokhim, usia peserta didik memang sengaja tak dibatasi. “Sekolah ini kan ingin melayani mereka yang selama ini tak terlayani. Jadi jangan heran kalau murid-muridnya terdiri dari anak-anak hingga mereka yang sudah punya anak,” tuturnya sambil menambahkan bahwa yang dia maksud sebagai “yang tak terlayani” itu adalah masyarakat miskin, khususnya anak-anak jalanan yang selama ini dianggapnya kurang mendapat perhatian pemerintah.

Sebagai sekolah yang sejak awal berdirinya ditujukan untuk kepentingan sosial, tepatnya agar warga yang kurang mampu memperoleh haknya dalam bidang pendidikan, tak heran banyak guru atau para pengajar sekolah MASTER ini benar-benar murni relawan yang dengan ikhlas mengabdikan dirinya tanpa mengharapkan upah atau bayaran.

Di antara 150 relawan pengajar di sekolah MASTER, Bu Siti salah satunya. Meski relawan, ia mengaku tetap mendapat upah sekadar pengganti ongkos transportasinya dari rumah ke sekolah. “Kalau uang transportnya habis ya terpaksa saya minta suami untuk mencukupi kekuranganya,” tuturnya.

Dia mengakui, tak mudah menjadi guru di sekolah MASTER. Sebab menurutnya, mengajar anak-anak jalanan itu memang jauh berbeda dengan anak-anak sekolah pada umumnya. “Terkadang tak cukup waktu 2 atau 3 bulan sekadar mengajak mereka mau datang, duduk dan belajar. Berbeda dengan anak-anak biasa, seringkali anak-anak jalanan itu lebih suka tidur atau bermain sendiri.

Wanita sederhana yang suaminya hanya seorang tukang cukur ini pun menyadari, bukan perkara gampang menjadi relawan yang mesti membantu mengatasi keterbatasan orang lain sementara dirinya sendiri  belum berkecukupan. Mungkin hanya kebesaran jiwanya saja yang selama ini mampu mendorongnya untuk tetap peduli terhadap sesama.

“Kami sebenarnya kan cuma membantu kerja pemerintah, melaksanakan tugas-tugas yang seharusnya dilaksanakan pemerintah. Mestinya wajar jika pemerintah juga memperhatikan kondisi kami,” ungkap Bu Siti dengan nada berharap. Meskipun tanpa itu semua, dalam artian pemerintah tak peduli soal kesejahteraannya, dia dan semua kawannya akan tetap bertahan mengabdikan diri di sekolah itu.
Karena di lubuk hati mereka masih tersimpan harapan, agar anak-anak didiknya mampu lebih berguna bagi sesama di masa depan.

Dalam berbagai kesempatan, Bu Siti selalu menekankan kepada para anak didiknya agar mereka bersungguh-sungguh dalam belajar. Karena baginya, ilmu itu adalah harta yang paling bermanfaat. “Harta benda, tentu kita sendiri yang harus sibuk menjaganya. Sedangkan ilmu, Justru dialah yang akan menjaga kita di mana pun kita berada,” tuturnya. (Abdul Malik/Yudhi)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *