Berita
Bencana Alam dan Azab atas Dosa
Secara ontologis, bencana alam pada dasarnya bukanlah sesuatu yang real. Secara teologis, Tuhan tak ciptakan tsunami, tapi Ia menciptakan air yang mematuhi gravitasi dan deformasi. Tuhan tak ciptakan gempa bumi, tapi menciptakan bumi yang bergerak dan mematuhi sistem likuifaksi.
Mengaitkan bencana alam dengan dosa para korban dan penghuni yang mengalami kerugian akibatnya adalah bencana susulan fitnah yang lebih menyakitkan.
Bila gempa dan tsunami adalah azab atas para pendosa, maka 1) neraka tak diperlukan, 2) Banyak pendosa tak tertimpa gempa dan tsunami, 3) Yang tak tertimpa gempa dan tsunami pasti baik dan benar, 4) yang menjadi korban dipastikan buruk dan salah. Ini jelaslah falasi.
Memang pada masa umat-umat sebelum umat Nabi Muhammad SAW, beberapa bencana ditimpakan sebagai azab. Namun itu terjadi sebagai pemenuhan janji Allah serta peringatan melalui Nabi setelah terjadi pembangkangan.
Sejak masa Islam yang diperkenalkan oleh Nabi Muhammad, tak ada ketetapan bencana sebagai azab atau kutukan.
Kalaupun mau ditafsirkan sebagai musibah atau azab, maka bencana bisa ditafsirkan sebagai azab dan musibah bergantung pada kualitas orang yang tertimpa. Bila yang tertimpa adalah orang baik, maka ditafsirkan sebagai musibah dan anugerah pahala kesyadihan atau pahala ketabahan. Bila yang tertimpa adalah orang zalim, mungkin dapat diduga sebagai cara Allah menghentikan kezalimannya. Namun itu semua tak dapat dipastikan.
Justru, bencana alam adalah anugerah kesyahidan bagi wafat, karunia ketabahan bagi yang cedera dan kerugian serta pelajaran empati bagi yang peduli.
Musibah adalah wisuda kelulusan bagi yang kehilangan nyawa, ujian kenaikan kelas bagi yang mengalaminya dan peringatan bagi yang menyaksikan.
Salah satu hikmah di balik musibah gempa adalah menguatnya solidaritas bangsa dan umat.
Terlepas dari itu semua, kalau harus ada yang disalahkan, mungkin alam lebih pantas disalahkan. Tapi gempa adalah deformasi, bukan kesalahan.
Setiap peristiwa adalah akibat dari rangkaian peristiwa sebelumnya sekaligus sebab bagi senarai peristiwa setelahnya. Gempa bukan hanya penyebab kerusakan namun juga akibat kerusakan. Ia adalah respon terhadap gerak dan perubahan.
Tuhan tak menciptakan gempa. Ia menciptakan bumi dan alam yang bergerak mengikuti aturan kausalitas.
Gempa adalah penataan ulang posisi bumi akibat perubahan natural yang sebagian merupakan akibat sejumlah peristiwa yang direncanakan untuk penghancuran seperti bom atom dan lainnya.
Setiap peristiwa adalah bencana juga karunia secara relatif. Bagi bumi, gempa adalah kesempurnaan, bagi manusia, ia adalah kemusnahan.
Yang pasti, gempa dan tsunami tak boleh dipastikan sebagai balasan atas dosa orang-orang yang tertimpa tapi karena berada di sebuah titik bumi yang sedang menata dirinya secara otomatis tanpa menanti persetujuan presiden terpilih atau yang getol ingin jadi presiden.