Ikuti Kami Di Medsos

Akidah

Pentingnya Mencari Agama

Dari uraian sebelumnya jelaslah bahwa dorongan naluri untuk mengetahui berbagai hakikat dari satu sisi, dan motivasi untuk meraih keuntungan dan keamanan dari scgala bahaya dari sisi lain, menjadi alasan kuat seseorang untuk memikirkan dan memperoleh berbagai keyakinan.

Sebab itu, ketika seseorang mengetahui ihwal orang-orang besar dalam sejarah yang mengaku bahwa mereka itu diutus oleh Sang Pencipta alam semesta ini untuk menuntun umat manusia menuju kebahagiaan dunia dan akhirat dan mereka telah mengerahkan segala kemampuan untuk menyampaikan risalah Ilahi dan memberi petunjuk kepada umat manusia, bahkan mereka siap menanggung berbagai tantangan dan kesulitan, hingga mempertaruhkan nyawa mereka demi tujuan mulia ini, tentunya orang itu -dengan dorongan naluri tersebut- akan tergerak hatinya untuk mencari agama dan melihat sejauh mana kebenaran klaim orang-orang besar itu. Apakah mereka membawa argumentasi yang kuat untuk membela klaim tersebut? Tcrutama ketika dia mengetahui bahwa dakwah dan risalah para nabi itu memberikan janji kebahagiaan abadi, di samping peringatan akan adanya siksa yang abadi pula.

Baca juga Motivasi Pencarian Agama

Artinya, yakin pada dakwah mereka itu mengandung kemungkinan keuntungan abadi. Begitu pula, menolak dakwah itu akan mendatangkan kemungkinan yang lain, yaitu kerugian dan kesengsaraan yang abadi pula. Maka itu, tidak ada alasan lagi bagi orang ini untuk tidak peduli terhadap agama dan enggan mencari kebenarannya.

Ya, mungkin saja sebagian orang tidak tergerak hatinya untuk mencari agama karena merasa malas dan ingin hidup santai serta suka berleha-leha, atau karena meyakini bahwa agama itu akan menuntut berbagai aturan dan mencegah mereka dari melakukan apa yang mereka inginkan.

Sesungguhnya, orang-orang yang mempunyai pemikiran semacam ini akan ditimpa berbagai akibat buruk kemalasan dan kecongkakannya itu sendiri. Lebih daripada itu, mereka pun terancam azab yang abadi. Orang-orang seperti ini lebih dungu dan jahil dari anak kecil yang sakit yang menolak diajak berobat kc dokter lantaran takut untuk minum obat yang pahit, sementara kematian telah mengancam dirinya. Hal ini terjadi karena anak kecil tersebut belum mencapai tingkat kesadaran yang dapat mcmbedakan mana yang berguna dan mana yang berbahaya untuk dirinya.

Selain itu, menolak anjuran dokter tidak akan bcrakibat apaapa selain kehilangan sejenak rasa senang dalam hidupnya di dunia. Sedangkan orang-orang yang telah mencapai usia dewasa dan berakal mempunyai kemampuan untuk berpikir dan membedakan mana yang bermanfaat dan mana yang tidak untuk dirinya, serta dapat menimbang antara kenikmatan temporal dan azab yang abadi. Dalam perumpamaan Alquran, orang-orang yang lalai seperti itu lebih sesat dari binatang ternak.

Sesungguhwa mereka itu bagaikan binatang ternak bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. al-A’raf: 179)

Sesungguhnya seburuk-buruk binatang melata itu di sisi Allah adalah orang-orang yang tuli dan bisu yang tidak berpikir (Qs. al-Anfal: 22)

Ayatullah Taqi Misbah Yazdi. Iman Semesta, Merancang Piramida Keyakinan.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *