Berita
Benarkah Syiah Menganggap Seluruh Sahabat Murtad?
Pada halaman 53-54 Buku Panduan MUI menyatakan: Ulama Syiah lainnya, al-Kulaini mengatakan, bahwa seluruh sahabat itu murtad setelah Nabi saw wafat, kecuali tiga orang, al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari dan Salman al-Farisi. (Catatan kaki 59 dalam Buku Panduan MUI: Al-Kulaini, al-Raudhah min al-Kafi, vol 8/245)
Tanggapan:
Pertama, Buku Panduan MUI telah melakukan tuduhan keliru atas Al-Kulaini. Sebab yang benar adalah beliau hanyalah meriwayatkan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Hannan dari ayahnya, dari Imam Abu Ja’far (Muhammad Al-Baqir) bahwa… Sedangkan meriwayatkan berbeda dengan mengatakan.
Kedua, perawi hadis tersebut adalah bernama Hannan. Kalau kita menelaah kitab rijal al-hadits (biografi para perawi hadis), maka paling tidak kita akan menemukan dua orang yang memiliki nama tersebut
1) Hannan Al-Sarraj, dia diyakini oleh para ulama rijal seba-gai seorang penganut Syiah Kisaniyah.
2) Hannan bin Sudiyr, dia diyakini sebagai seorang waqifiy (yang meyakini bahwa kepemimpinan berhenti pada Imam Musa Al-Kazhim) dan hidup sezaman dengan Imam Ja’far Al-Shadiq namun tidak berjumpa dengan Abu Ja’far (Imam Muhammad Al-Baqir). (1)
Walhasil, riwayat kedua orang tersebut tertolak periwayatannya.
Ketiga, riwayat yang dinukil di atas tidaklah berdiri sendiri. Beberapa hadis yang menyinggung kata “murtad” dalam Kitab Al-Kâfi karya Al-Kulaini sendiri disebutkan, “Mereka murtad (berpaling) dari keimanan.” (2) Jadi bukan murtad dariagama Islam, seperti yang dipahami dari riwayat-riwayat serupa lainnya. Lebih jauh lagi, hadis-hadis tersebut juga berkategori daif (lemah).
Tema murtad dalam Alquran disebutkan dengan kata inqilab (berbalik ke belakang) berkaitan dengan wafatnya Rasulullah Saw. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.(QS. Âli ‘Imrân [3]: 144)
Selain itu, Alquran juga menggunakan kata irtadda (kata kerja murtad) secara langsung, seperti:
Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. (QS. Muhammad [47]: 25)
Penggunaan kata murtad dapat juga ditemukan dalam kitab ShahîhAl-Bukhari berikut ini, Abu Hurairah berkata, “Bahwa Rasulullah Saw bersabda, ‘Sekelompok orang sahabatku akan datang kepadaku pada hari kiamat, mereka diusir dari telaga.’ Maka aku berkata, ‘Wahai Tuhanku, (mereka adalah) sahabat-sahabatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Sesungguhnya kamu tidak mengetahui hal-hal baru yang mereka ciptakan sepeninggalmu, sesungguhnya mereka itu kembali murtad.’”” (3)
Namun demikian, Syiah tidak serta merta menuduh Sunni mengimani murtadnya sahabat sepeninggal Rasulullah Saw hanya berdasarkan riwayat Imam Bukhari tersebut.
(Dikutip dari Buku “Syiah Menurut Syiah” Tim Penulis Ahlulbait Indonesia)
Catatan kaki
- Hasan bin Zain Al-Din Al-Syahid Al-Tsani, Al-Tahrîr Al-Thâwûsî, h. 87, cet. 1, Penerbit Al-A’lami, Beirut, Lebanon, 1988, 1408. Lihat juga Abu ‘Amr Muhammad bin Umar bin Abdul Aziz Al-Kasyi, Rijâl Al-Kasyî, h. 393, cet. 1, Penerbit Al-A’lami, Beirut, Lebanon, 2009 M, 1430 H.
- Muhammad bin Ya’qub Al-Kulaini, Ushûl Al-Kâfî, juz 1, h. 488, cet. 2, Dar Al-Ta’aruf, Beirut, Lebanon, 2009 M (1430 H).
- Imam Al-Bukhari, op.cit., h. 1656, hadis 6585, kitab Al-Riqâq, bab Fi Al-Haudh