Berita
Erros Djarot : Pendukung Jokowi Prabowo Adalah Bersaudara
Jakarta – Masih dalam peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 73, Rumah Kajian Al-Qur’an Al-Barru (RKAB) melaksanakan acara talkshow, yang kali ini mengundang Erros Djarot, budayawan dan juga politisi senior. Acara dilaksanakan pada Minggu, 26 Agustus 2018, yang dimulai pada pukul 13.00 dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an oleh Ustad Usep Irawan, kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya, suasana peringatan hari kemerdekaan pun masih menggelora, apalagi perhelatan bergengsi dan spektakuler Asian Games masih berlangsung seru.
Berlokasi di kawasan Jalan Tebet Mas Indah II No. 15, sekretariat RKAB yang rutin mengadakan kajian tafsir Quran di bawah asuhan Ustaz Muhammad Rusli Malik, penulis buku tafsir Al-Barru, rutin memperingati hari-hari bersejarah Nasional, seperti Hari Kesaktian Pancasila dan Sumpah Pemuda, disamping itu juga tentu saja memperingati hari-hari Keagamaan seperti Maulid Akbar Nabi Muhammad Saw.
Tema peringatan kali ini berjudul “Seni mengelola keutuhan bangsa dalam keanekaragaman kekuatan Politik, Suku, Agama dan Kebudayaan”. Berangkat dari fenomena tahun-tahun politik ini, maka sangat perlu mengkaji kembali nilai-nilai keislaman yang sudah terangkum dalam Pancasila. Ciri keberislaman itu adalah sikap gotong-royong, dalam membangun persatuan bangsa menuju keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sehingga bangsa Indonesia menjadi negara maju yang sangat disegani oleh bangsa-bangsa lain, tidak tunduk terhadap kekuatan hegemoni negara lain. Untuk menuju cita-cita itu, umat wajib melaksanakan ayat pertama dari Al-Qur’an yaitu Iqra atau bacalah, maka Islam itu adalah agama intelektual, agama yang menjadikan akal sebagai kendaraan menuju ketakwaan, karena itulah, Islam tidak lain adalah rahmatan lil alamin, dengan itu manusia tidak lagi terpenjara kebebasannya, atau melepas semua belenggu keduniawian dan hanya menuju kepada Allah SWT.
Baca juga: Apa Kata Para Tokoh Ahlusunah tentang Syiah?
Senada dengan hal itu, menurut Erros Djarot, jika sudah mengetahui Islam rahmatan lil alamin maka semua persoalan sudah terjawab. Dengan perintah Iqra, Islam adalah agama kaum akademisi, jika tidak, Islam ditampilkan dengan citra yang buruk oleh orang-orang yang tidak terpelajar. Contohnya, ada keributan yang terjadi di dalam masjid karena dua pihak bertengkar, yang satu ingin mendeklarasikan tagar ganti presiden, dan satunya lagi ingin Jokowi dua periode. Kedua pihak yang berseteru ini dan kejadiannya di dalam masjid, tentulah tidak memahami ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. Padahal masjid adalah tempat sujud dan damai. Seperti ungkapan Ustaz Muhammad Rusli Malik dalam Wejang Sebait beliau: “Masjid-masjid harus menjadi simpul perdamaian, karena masjid itu adalah meeting point, yaitu tempat meleburnya suku-suku dan bangsa-bangsa, tempat semua orang sujud dan damai.”
Dan lagi menurut Erros Djarot, Umat Islam harus belajar terus menerus, bacalah, dan ini adalah perintah. Maka orang-orang yang menggunakan ajaran-ajaran yang diberikan ini, diolah dengan pemikiran yang sehat, maka merekalah pasukan-pasukan yang rahmatan lil alamin. Musuh yang terbesar dari umat adalah kebodohan itu sendiri, sehingga tidak mengetahui siapa sebenarnya pihak-pihak atau aktor utama dari terjadinya ketidakadilan ini, dan begitu mudah diadu-domba dan gontok-gontokkan sesama anak bangsa sendiri.
Pendukung Jokowi adalah anak-anak bangsa Indonesia, dan pendukung Prabowo juga adalah anak-anak bangsa Indonesia, maka tidak pantaslah keduanya adu jotos dan menghabiskan energi hanya karena perbedaan dalam pemilu. Dengan menjaga pemilu tetap aman siapa pun yang akan terpilih, adalah usaha merawat Indonesia, karena semua punya peranan dalam membangun negeri ini. Mengolah pikiran-pikiran sehat memicu kreatifitas, berlomba-lomba memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara, menuju cita-cita luhur Pancasila, maka belenggu liberal-kapitalis yang tidak sesuai dengan ekonomi kerakyatan atau kegotong-royongan perlu diperhatikan dengan jeli. Karena musuh-musuh umat seluruh dunia adalah zionisme, bukan Yahudi, Cina, Arab atau suku-suku lain, karena Zionisme itu bisa berbentuk apa saja, Ia bisa dari orang-orang yang berwajah tampan ataupun sebaliknya, dan bisa siapa saja menjadi kaki-kaki tangan Zionis. Dengan berpegang teguh pada ajaran agama Islam yang rahmatan lil alamin ini, dan menguatkan ideologi Pancasila, kita akan merdeka dari segala bentuk penjajahan.
Hal menarik juga yang disampaikan Erros Djarot adalah tentang Marhaenisme yang dimaksud Soekarno, yaitu petani yang punya pacul, tanah dan sumber daya, namun tidak mampu mengembankan kehidupan ekonominya karena sistem ekonomi yang tidak mendukungnya untuk mengembangkan modalnya itu, sehingga bisa berwirausaha, sebab sistem kapitalis telah membelenggu mereka kaum miskin atau dari kaum petani, kaum marhaen ini. Lalu Bung Karno terinspirasi dari Bilal, budak Rasulullah yang diangkat derajatnya dan diberikan kesempatan menyuarakan panggilan adzan untuk sholat. Bung Karno memberikan kesempatan kepada para kaum Marhaen ini. Bung Karno bilang, coba hayati api Islam itu, bukan debunya, bukan abunya.
Ketika terjadi perdebatan sengit tentang Ketuhanan, ada yang mengusulkan Ketuhanan Yang berperadaban, dan ada juga yang mengusulkan dengan Ketuhanan yang berkebudayaan, namun Bung Karno mengatakan Ketuhanan Yang Maha Esa, kenapa? karena dosa yang paling besar adalah menduakan Tuhan.
Erros Djarot juga membeberkan pengalaman masa lalunya, dimana melewati dan menyaksikan banyak perbedaan, seperti ketika akan shalat berjamaah bersama teman-teman beliau yang berbeda mazhab, ada Gus Dur, Airlangga, Zulvan, dan lain-lain, pada saat shalat berjamaah, ada yang bersedekap dan juga ada yang tangannya lurus, pemandangan ini begitu indah, tidak terjadi perdebatan yang sengit. Bahkan seorang teman beliau yang Kristen diantar ke Gereja, dan ini tidak ada masalah, semua baik-baik saja di masa itu. Namun, belakangan ini tiba-tiba terjadi konflik yang mempermasalahkan keragaman ini. Ini semua karena tidak memahami agama yang rahmatan lil alamin tadi. (Daeng/asf/abi)