Berita
Kisah-Kisah Hikmah Nabi Ibrahim a.s.
Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (aI-Quran) ini. Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi. (QS. Maryam [19]: 41)
Ibrahim as adalah putra Tarih, putra Nahur, putra Sharugh, putra Arghu, putra Faligh, putra Abir, putra Shalikh, putra Kinan, putra Arfakhsyats, putra Sam, putra Nuh as. Ibrahim as adalah bapak manusia. Dia memiliki gelar kehormatan sebagai kekasih Allah dan seorang sahabat (teman) yang berguna. Dia juga bapaknya para nabi.
Ibrahim dilahirkan di desa (kampung) Kothi di Babilonia pada musim gugur 3323 tahun setelah Adam as diturunkan ke bumi. Ibunya adalah seorang gadis mulia yang telah menyembunyikannya di dalam sebuah gua yang terletak di luar kota Mesir karena takut dari incaran para musuh selama bertahun-tahun. Ibrahim as mulai menyeru kaumnya kepada jalan yang lurus dan bersyahadat bahwa tiada tuhan yang patut disembah kecuali Allah Swt dari umur 16 tahunan. Pamannya, Azar, adalah seorang pembuat patung berhala. Suatu hari pamannya memberi patung-patung buatannya ini kepada Ibrahim untuk dijual ke pasar. Akhirnya, Ibrahim as mengikatkan tali-temali pada leher-leher patung berhala itu lalu membawanya keliling desa dan pasar rakyat dengan tujuan menghinakannya sambil menyeru mereka,
”DemiAllah! Sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. “ (QS. al-Anbiya [21]: 57)
Kami beriman, ”Hai api! Menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. “ (QS. al-Anbiya [21]: 69)
Ketika rencana Namrud membunuh Ibrahim gagal, dia perintahkan anak buahnya untuk mengusir Ibrahim keluar dari kota Mesir.
Oleh karena itu, Ibrahim bersama-sama istrinya Sarah dan kemenakan laki-lakinya, Luth, juga ayahnya, Tarih pindah dari Babilonia ke Tanah Haram yang terletak di sebelah barat daya kota Aljazirah. Dia menikahi Sarah dalam usia 37 tahun lalu pergi dan tinggal menetap wilayah Kan’an. Di kemudian hari, wilayah itu mengalami kekeringan dan kelaparan yang sangat mengusik hati nurani mereka dan akhirnya mereka pindah ke Mesir. Dari sana mereka pergi ke Palestina dan Hebron lalu tinggal di sebuah kebun kurma yang dikenal dengan ”Quds Khalal Shaghir” hingga akhir hayatnya. Karena istrinya Sarah mandul, dia menganjurkan suaminya Ibrahim as untuk menikahi Hajar, budak perempuannya.
Dengan begitu, dia pun melahirkan Ismail yang akan menjadi keturunan Hajar. Sarah pun meminta Ibrahim as untuk membawa Hajar dan putranya ke sebuah padang pasir yang jauh dari kota Kan’an.
Permintaannya pun dikabulkan oleh Ibrahim. Beliau pun memutuskan untuk segera membawa pergi mereka ke Mekkah dan di langit Iibril pun ikut mengarahkan dan memandu langkah kaki mereka ke sebuah tempat di sumur Zam-zam saat ini dengan baik sekali. Ibrahim as tinggal bersama istrinya Hajar, serta putranya Ismail di Mekkah selama tiga hari. Ketika dia hendak kembali ke istrinya Sarah di Kan’an, dia berkata,
”Ya Tuhan kami ! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami! ( Yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekikanlah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. “ ( QS. Ibrahim [14]: 37)
Ibrahim pun pergi mengunjungi Rumah Suci Ka’bah (Baitullah) dan melakukan Haji tiap tahunnya. Beliau sangat bergembira setiap kali melihat Hajar dan Ismail putranya itu dalam keadaan sehat dan bahagia. Sepuluh tahun kemudian, Ibrahim memutuskan menginap di Mekkah di malam itu. Dan di malam itu, Ibrahim bermimpi bahwa dia harus mengorbankan putranya Ismail kepada Allah Swt. Ketika Ibrahim as sedang bersiap-siap untuk menyembelih putranya Ismail, tiba-tiba seekor domba jantan muncul yang dibawa dari gunung oleh malaikat sambil berkata,
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS. al-Shaffat [37]: 107)
Di kemudian . hari, Ibrahim pun merenovasi (memperbaiki) kembali bangunan Ka’bah yang telah rusak akibat dimakan zaman dengan bantuan Ismail dan meninggal dunia setelah jatuh sakit selama 25 hari pada 3508 tahun setelah turunnya Adam as di bumi. Jenazahnya dikuburkan di Mafilah yang merupakan bekas reruntuhan kota Hebron (Palestina) dan demikian pula istrinya Sarah pun dikuburkan di sana juga. Nabi suci saw bersabda, ”Ibrahim hidup selama 175 tahun.”
Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah. (QS. Hud [11]: 75)
Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam al-Kitab (al-Quran) ini. Sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang nabi. (QS. Maryam [19]: 41)
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif (seorang yang lurus) Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan ( Tuhan). ( Lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah. Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. (QS. al-Nahl [16]: 120-121)
Mengapa Dia Menjadi Kekasih dan Teman Dekat Allah?
Ada yang bertanya kepada Ibrahim as, ”Karena hal apa sajakah yang menyebabkan Allah mengambilmu sebagai teman dekat-Nya (kekasih)?’ Ibrahim as berkata, ‘Karena tiga hal saja, yaitu,
- Aku lebih memilih dan mementingkan perintah Allah di atas urusan selain-Nya.
- Aku tidaklah disedihkan dengan apa yang telah Allah peruntukkan bagiku.
- Tidaklah aku makan siang dan malam kecuali ada tamu yang makan bersamaku.’’’
Imam Ja’far Shadiq as pernah ditanya tentang Ibrahim as, ”Mengapa Allah menjadikan Ibrahim as sebagai kekasihNya?’ Imam Ja’far Shadiq as berkata, ‘Karena banyaknya beliau bersujud di atas tanah!”
Dari Nabi saw bersabda, ”Tiadalah Allah mengambil Ibrahim as sebagai kekasih-Nya kecuali karena pemberian makannya kepada para tamu dan salat malamnya ketika manusia sudah tertidur lelap.”
Dari Imam Ja’far Shadiq as yang berkata, ”Ketika para malaikat utusan Allah datang kepada Ibrahim, Ibrahim menjamu mereka dengan sembelihan anak sapi, lalu berkata, ‘Makanlah kalian.’ Maka mereka berkata, ‘Kami tidak akan makan hingga Anda memberitahukan berapa bayarannya.’
lbrahim menjawab, ‘Apabila kalian hendak menyantapnya maka ucapkanlah: Dengan nama Allah (bismillah) dan apabila kalian telah selesai darinya maka ucapkanlah, ‘Segala puji bagi Allah ( alhamdulillah).’
Jibril as kemudian berpaling kepada teman-temannya yang berjumlah empat dan Jibril as selalu pemimpin mereka.
Jibril as berkata, ‘Mahabenar Allah yang telah menjadikan dia (Ibrahim) sebagai kekasih-Nya.’”
Mencari dan Mengundang Para Tamu untuk Diajak Makan di Rumahnya
Dari Imam Ja’far Shadiq as berkata, “Ketika dulu Ibrahim dia masih tinggal di rumah ayahnya, dia akan mencari tamu untuk diundang makan ke rumahnya. Lalu dia pun keluar mencari mereka, mengunci pintu rumahnya, mengambil semua kuncinya, dan pergi mencari mereka sampai dapat. Ibrahim tidak akan pernah makan siang dan malam kecuali dengan mengundang seorang tamu. Kadang-kadang dia akan berjalan dua mil atau lebih hingga dia mendapatkan seorang tamu teman sebagai makan bersamanya.”
Ketika Ibrahim Ditempatkan Di Dalam Sebuah Ketapel Jarak Jauh untuk Dilemparkan Ke Dalam Api
Ketika Ibrahim telah dilemparkan di dalam api unggun, dia berkata,
”Tiada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau Tuhan semesta alam. Bagi-Mu-lah sebagai puji dan bagi-Mu pula kerajaan (langit dan bumi) yang tiada sekutu bagi-Mu.”
Imam Ja’far Shadiq as berkata, ”Tatkala Ibrahim as dilemparkan ke dalam api unggun maka Jibril as pun menemuinya di udara sambil terbang dan berkata, ‘Hai Ibrahim! Apakah engkau butuh pertolonganku?’ Ibrahim menjawab, ‘Adapun kepadamu, aku tidak membutuhkan hajat.”
Bersyukur Kepada Tuhan Karena Tidak Melakukan Dosa
Dari Imam Muhammad Baqir as berkata, “Suatu hari Ibrahim as bangun pagi. Dia melihat di janggutnya terdapat uban (rambut putih) lalu dia berkata,
‘Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah menyampaikanku pada usia seperti ini sedangkan aku belum pernah memaksiati Allah walau sekejap mata pun jua.”
Mengeluhkan Akhlak Istrinya yang Kurang Baik
Imam Ja’far Shadiq as berkata, ”Suatu saat Ibrahim mengeluhkan tentang perangai tidak baik istrinya Sarah kepada Allah. Allah pun mengilhamkan kepadanya bahwa seorang perempuan memang sangat cepat tersinggung laksana tulang rusuk yang bengkok, yang jika engkau berusaha meluruskannya, dia akan patah. Maka biarkanlah dia sebagaimana adanya, karena hal itu akan lebih baik bagimu. Maka bersabarlah kepadanya.”
Berdoa untuk Istrinya, Hajar
Dari Abul Hasan, Musa binIa’far as, dia berkata, ”Ketika Ibrahim menempatkan dan meninggalkan Hajar dan Ismail di Mekkah dan setelah itu dia mengucapkan selamat tinggal kepada keduanya, Hajar dan Ismail pun mulai menangis. Ibrahim berkata, ‘Mengapa kalian berdua menangis? Padahal aku telah meninggalkan dan menempatkan kalian berdua di tempat yang paling Allah cintai di Tanah Suci Allah ini.’
Hajar berkata, Hai Ibrahim! Aku belum pernah melihat seorang nabi pun yang tega melakukan hal seberani apa yang engkau lakukan terhadap kami berdua sekarang ini.’ Ibrahim berkata, ‘Apa yang telah kulakukan?’
Hajar berkata, ‘Hai Ibrahim! Karena engkau telah berani meninggalkan di belakangmu seorang istri yang lemah dan seorang anak yang lemah pula, tanpa harapan, tanpa seorang manusia pun yang ada di sekelilingnya, tanpa sumber mata air, tanpa panenan dan tanpa air susu.’
Imam as berkata, ”Pada saat itu pun Ibrahim merasa kasihan kepada keduanya dan matanya berisikan penuh air mata. Lalu Ibrahim as pun berjalan hingga dia tiba di depan pintu Baitullahil Haram. Maka sambil memandang kedua sisi Ka’bah itu, dia berkata,
“Ya Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami! ( Yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderun g kepada mereka dan beri rezekikanlah mereka dari buah-buahan, madah-mudahan mereka bersyukur. (QS. Ibrahim [14]: 37)
Tatkala Ibrahim hendak berangkat (berpaling) Hajar berkata, ’Hai Ibrahim! Kepada siapakah engkau akan menitipkan kami?’ Ibrahim berkata, ’Aku menitipkan kalian berdua kepada Tuhan (pemelihara) Rumah ini (Baitullah).’
Sembelihan Agung
Tatkala Ismail dilahirkan, Allah mewahyukan kepada lbrahim dengan mengabarinya akan kelahiran Ishak dari perut Sarah. Ibrahim pun segera bersujud syukur kepada Allah.
Allah memerintahkan Ibrahim as agar menyembelih putra kesayangannya (Ismail). Ibrahim pun memenuhi dan membenarkan perintah Allah untuk menyembelih putranya tersebut, karena Ibrahim bukanlah seorang suka berdusta atas janjinya di hadapan Tuhannya dan Allah pun menebus atau menukar dia (Ismail) dengan suatu pengorbanan besar. Al-Quran mulia mengatakan,
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ”Hai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Dia menjawab, ”Hai’ bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. ” Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya) (QS. al-Shaffat [37]: 102-103)
Dan Kami panggillah dia, ”Hai Ibrahim! Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. “ (QS. Al-Shaffat [37]: 104-105)
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. (QS. al-Shaffat [37]: 107)’”
Berdoa untuk Orang yang Berdosa
Dari Imam Abu Ja’far as berkata, ”Suatu hari, Ibrahim as sedang bepergian dan berjalan mengelilingi kota demi kota demi mengambil pelajaran. Dalam perjalanannya, dia kebetulan menemukan sesuatu di padang pasir yang tak berpohon. Dia melihat seorang laki-laki yang sedang melakukan berdoa dan memakai pakaian wol. Ibrahim as pun berhenti berjalan dan dia dibuat kagum oleh keadaan spiritual laki-laki tersebut. Dia pun menunggu laki-laki sampai selesai dari doanya tetapi pada saat yang sama dia menghentikan ritual doanya itu. Lalu Ibrahim as pun memberinya isyarat dengan tangannya yang membuat dia memahami bahwa dia mempunyai memiliki suatu keperluan kepadanya. Laki-laki ini pun segera memendekkan doanya dan Ibrahim as pun duduk di hadapannya.”
Maka Ibrahim pun berkata kepadanya, ‘Untuk siapakah engkau berdoa?’
Dia berkata, ’Untuk Tuhan Ibrahim.’ Ibrahim bertanya, ’Siapakah Tuhan Ibrahim itu?’
Dia berkata, ’Dialah Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan engkau dan aku.’
Ibrahim berkata, ‘Aku sangat senang denganmu dan ingin sekali mengikat tali persaudaraan denganmu karena Allah. Di mana rumahmu agar aku bisa datang berkunjung untuk melihat keadaanmu?’
Dia berkata, rumahku ada di balik Notfeh (sumber mata air bersih lagi manis rasanya) itu,’ sambil memberi isyarat dengan tangannya ke arah laut, ‘sedangkan tempat Salat dan berdoaku ada di sini apabila engkau hendak datang mengunjungiku, insya Allah.’
Kemudian lelaki itu berkata kepada Ibrahim as, ‘APakah engkau punya keperluan?’
Ibrahim as berkata, ‘Ya.’
Dia berkata, ‘Apa itu?’
Ibrahim as berkata, ’Engkau berdoalah kepada Allah dan aku akan mengamini doamu, atau aku yang akan berdoa dan engkau mengamini doaku?’
Lelaki ini pun bertanya kepadanya, ‘Dan, dalam hal apakah engkau berdoa kepada Allah?’
Ibrahim as berkata kepadanya, ‘Untuk kaum mukmin yang berdosa!
Lelaki ini pun berkata, ‘Tidak mau.’ Ibrahim as berkata, ’Mengapa?’
Dia berkata, ’Karena selama tiga tahun aku telah berdoa kepada Allah dengan suatu doa yang aku belum pernah melihat ijabahnya hingga saat ini. Aku sangat malu kepada Allah ketika aku berdoa kepada-Nya dengan suatu doa hingga aku mengetahui bahwa Dia telah menjawab doaku tersebut!
Ibrahim as bertanya lagi, ‘Dan, dalam hal apakah engkau berdoa?
Lelaki ini pun berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya pada suatu hari ketika aku sedang di tempat doaku ini. Tatkala itu seorang anak muda yang berparas ganteng rupawan kawat di tempat depanku. Kemilau cahaya memancar (berpendar) dari kedua pelipis kanan-kirinya, dia memiliki rambut paniang menjuntai di balik punggungnya, sapi yang digembalakannya gemuk penuh lemak, dan kambing yang digembalakannya pun gemuk berisi, maka apa yang telah kulihat darinya itu sungguh sangat mengagumkanku. Aku pun bertanya kepadanya, ‘Hai anak muda! Siapakah pemilik sapi dan kambing ini?’ Dia menjawab, ’Milikku sendiri.’ Aku bertanya lagi, ‘Dan siapakah engkau?” Dia menjawab, ‘Aku adalah Ismail bin Ibrahim, kekasih Allah.’
‘Semenjak itulah aku berdoa kepada Allah dan memohon kepada-Nya agar Dia memperlihatkan kepadaku sang kekasih-Nya itu.’
Ibrahim as berkata kepadanya, ‘Akulah Ibrahim sang kekasih al-Rahman itu dan anak itu adalah putraku.’
Maka lelaki itu pun berkata, ‘Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin’ (Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam) yang telah menjawab doaku.’
Imam as berkata, ”Kemudian lelaki itu pun mencium jidat Ibrahim as dan juga lehernya, lalu berkata, ‘Sebaiknya sekarang engkau berdoa dan aku akan mengamini doamu.”
Ibrahim as pun berdoa untuk kaum muslim dan muslimah dari hari itu sampai Hari Kiamat tiba dengan memohonkan ampunan dan keridaan bagi mereka, dan sang lelaki ini pun mengamini doanya.
Abu Ja’far [Imam Baqir as] berkata, “Maka doa lbrahim as ini pun akan sampai kepada kaum mukmin yang berdosa dari para pengikut kami sampai Hari Kiamat.”
Mengapa Ibrahim Hijrah ke Mesir?
Selama Ibrahim masih di Kan’an, pamannya Azar Masih saja membuat patung-patung berhala batu kaumnya yang akan mereka sembah, kemudian dia memberikannya kepada Ibrahim untuk menjualnya di pasar. Ibrahim as pergi membawanya ke pasar dan berkata di tengah-tengah kerumuman orang, ”Siapakah yang mau membeli patung yang tidak dapat memberikan mudarat (kecelakaan) dan manfaat kepadanya?” Tiada seorang yang sudi membeli patung itu darinya. Karena dia ahli dalam pekerjaan ini, dia pun segera pergi ke sebuah sungai dan menenggelamkan kepala-kepala mereka (patung-patung itu) ke dalam air dan berkata, ”Minumlah!” Hal ini dilakukannya untuk mengolok-olok dan menertawakan kebodohan kaumnya yang sesat itu.
Ingatlah ketika dia berkata kepada pamannya, “Wahai pamanku! Mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun?” (QS. Maryam [19]: 42)
Pamannya menolak ajakannya kepada Islam kemudian Ibrahim as dan orang-orang yang bersamanya di antara para sahabatnya yang mengikuti perintahnya, sepakat pergi menjauh dan mengasingkan diri dari keluarga mereka masing-masing. Mereka pun berkata,
Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. (Q5. Al-Mumtahanah [60]: 4)
Kemudian Ibrahim dan para pengikut setianya pun hijrah (migrasi) menuju Tuhannya dan ikut pula Luth as hijrah bersamanya.
Ibrahim pun menikahi Sarah putri pamannya yang dia pun ikut hijrah bersamanya untuk mendapatkan kebebasan dan kemerdekaan menjalankan agamanya dan jaminan keamanan dalam menyembah Tuhannya hingga dia memasuki wilayah Harran. Di sana, dia berhenti dan menginap untuk sementara waktu yang kemudian dia keluar darinya dan meneruskan perjalanannya hingga memasuki wilayah Mesir.
Berjihad Demi Tegaknya: Tiada Tuhan Selain Allah
Dari Imam Musa Kazhim as berkata, ”Telah bersabda Rasulullah saw, .’Manusia pertama yang berperang di jalan Allah adalah Ibrahim al-Khalil as ketika pasukan Romawi menawan Luth as tetapi Ibrahim as mampu mengalahkan mereka dan membebaskan Luth as dari tangan mereka.”
Imam Muhammad Baqir as berkata, ”Orang yang pertama kali membawa panji perang adalah Ibrahim as, padanya tertulis kalimat: La ilaha illallah (Tiada tuhan selain Allah).”
Keinginannya Untuk Berumur Panjang
Dari Abu Abdillah as, dia berkata, ”Sesungguhnya Sarah telah berkata kepada Ibrahim as, ‘Hai Ibrahim! Sungguh engkau telah bertambah tua, cobalah engkau berdoa kepada Allah agar Dia mengaruniamu seorang anak (laki-laki) yang dengannya mata kita akan bercahaya. Dan, karena Allah telah mengambil dan menjadikan engkau sebagai kekasih-Nya, Dia pasti akan mengabulkan doamu jika Dia menghendakinya.’
Maka Ibrahim as memohon kepada Tuhannya agar Dia mengaruniainya seorang anak (laki-laki) yang cerdas (berilmu) maka Allah Azza wa Jalla pun mewahyukan kepadanya, Sesungguhnya Aku akan mengaruniaimu seorang anak laki-Iaki yang berilmu kemudian akan Kuuji engkau dengan ketaatanmu kepada-Ku.
Setelah itu, Ibrahim as menunggu janji tersebut selama tiga tahun lamanya kemudian berita gembira dari Allah Azza wa Jalla itu pun datang kepadanya.
Sarah berkata kepada Ibrahim as, ‘Sesungguhnya engkau telah menua dan ajalmu akan segera tiba, maka sekiranya engkau berdoa kepada Allah Azza wa Jalla agar Dia tidak melupakan akan waktu kematianmu dan memberimu umur panjang sehingga engkau bisa hidup bersama kami dan menjadi cahaya mata kami.’
Imam berkata, ”Ibrahim pun memohon kepada Allah Azza wa Jalla akan hal itu. Allah Azza wa Jalla pun mewahyukan kepadanya, ‘Mohonlah kepanjangan umur sesuka hatimu, niscaya Kami akan memberinya. Ibrahim pun memberi tahu Sarah akan berita gembira itu karena doanya telah dijawab.’
Sarah berkata kepadanya, ‘Mohonlah kepada Allah agar Dia tidak mematikanmu dengan cepat hingga engkau Sendirilah memohon kematian itu kepada-Nya.’ Ibrahim as pun memohon hal itu kepada-Nya maka Allah Azza wa Jalla mewahyukan kepadanya, Hal itu hanya berlaku untukmu saja.
Sarah berkata kepada Ibrahim as, ‘Bersyukurlalah kepada Allah dan undanglah kaum miskin dan yang membutuhkan untuk berbagi makanan denganmu.’ Ibrahim pun melakukan hal itu.
Salah satu orang yang diundang itu adalah seorang miskin yang bersamanya ada seorang pemandu jalan. Pemandu itu pun mendudukkannya di depan meja hidangannya. Imam as berkata, ”Maka seorang yang buta (matanya) mengulurkan tangannya mengambil sebutir kurma, dan membawanya dekat pada mulutnya, tetapi tangannya bergetar karena lemah. Pemandunya pun mengambil tangannya dan mengarahkannya ke mulutnya. Kemudian orang buta yang lain pun mengambil sebutir kurma dan memasukannya ke mulutnya, tetapi makanan itu bukannya sampai ke mulutnya, tapi malah mengenai matanya. Ibrahim pun hanya memandang tak berkedip pada si buta dan pada apa yang sedang dia lakukan itu.
Ibrahim pun merasa takjub dari kelakuan dua orang buta tersebut. Beliau menanyai pemandunya tentang hal tersebut. Dia berkata kepada Ibrahim, ‘Orang ini telah sangat tua lagi pikun.’ Ibrahim berkata kepada dirinya, ‘Akankah aku akan seperti dia ketika aku sudah menjadi tua nanti?’
Lantas Ibrahim berdoa, ‘Ya Allah! Ambillah jiwaku (wafatkan daku) dalam ajal yang telah Engkau tentukan itu bagiku karena aku sudah tidak butuh lagi pada panjangnya usia setelah apa yang kulihat di depan mataku ini.’’’
Wafatnya Ibrahim
Dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as, dia berkata, ”Tatkala Allah Yang Mahasuci lagi Mahatinggi hendak mengambil (mencabut) roh (nyawa) Ibrahim as, Malaikat Maut pun turun menghampirinya lalu berkata “Salam sejahtera atasmu wahai Ibrahim (Assalamu ‘alayka ya Ibrahim). Ibrahim menjawab, ‘Wa ‘alaykassalam, wahai Malaikat Maut! Dengan cara cepat atau lambat?’
Malaikat Maut berkata, ‘Dengan cara cepat, hai Ibrahim maka terimalah.’ Ibrahim berkata, ‘Apakah selama ini, engkau pernah melihat kekasih mematikan kekasihNya?’ Imam as berkata, ’Maka Malaikat Maut pun kembali hingga dia berdiri di hadapan Allah Azza wa Jalla dan berkata, ‘Tuhanku! Sungguh Engkau telah mendengar apa yang telah diucapkan oleh kekasih-Mu, Ibrahim.’ Allah Azza wa Jalla pun berfirman, ‘Hai Malaikat Maut! Pergilah kepadanya dan katakan kepadanya, ‘Apakah selama ini engkau pernah melihat seorang kekasih tidak mau menemui kekasihnya? Sesungguhnya seorang kekasih sangat senang (suka) menjumpai kekasihnya.’’’
(Sumber – Buku: Akhlak Para Nabi; dari Nabi Adam Hingga Muhammad Saw / Taaj Langroodi)
Baca juga: Kisah Hikmah Nabi Shalih a.s.