Berita
Kisah Hikmah Nabi Shalih a.s.
Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shalih, “Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan. ” (QS. Hud [1 1]: 65)
Shalih as adalah putra Jabin, putra Tsamud, putra Amir, putra Iram, putra Sam, putra Nuh. Dia dilahirkan 2973 tahun setelah turunnya Adam ke bumi. Dia seorang manusia yang berperawakan tinggi, bicaranya fasih, berbahu lebar, rambutnya hitam dan pipinya berwarna kemerah-merahan. Dia selalu berjalan bertelanjang kaki dan mengajari kaumnya tentang tauhid (keesaan Allah) sepanjang waktu. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, dia sibuk berdagang di saat-saat luang dari berdakwah keliling kota dan kampung. Dia dikenal sebagai seorang laki-laki yang saleh oleh kaumnya di saat dia masih berusia muda belia.
Setelah diangkat menjadi nabi, dia mulai memandu dan membimbing kaumnya ke jalan Allah. Setelah beberapa waktu lamanya dia berdakwah, ada sekelompok kecil orang yang mengikuti ajarannya dan kaumnya yang lain menuntut dan meminta sebuah mukjizat (keajaiban) kepada Nabi Shalih as. Mereka berkata, ”Munculkan dari gunung itu seekor unta betina yang sedang hamil muda dan melahirkan anak seketika itu juga.”
Shalih as menerima tantangan mereka itu dan pergi ke lereng gunung bersama orang-orang itu. Mereka memohon Allah untuk menunjukkan tanda kekuasaan-Nya. Tiba-tiba, gunung itu bergetar hebat dan darinya muncullah seekor unta betina yang sedang hamil muda. Tak lama kemudian ia pun melahirkan seekor anak. Meskipun demikian, mereka tidak percaya. Shalih as menjawab,
Shalih menjawab, ”Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kalian mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari yang telah ditentukan. “ (QS. al-Syu’ara [26]: 155)
Shalih as melihat bahwa unta betinanya ini sangat mengejutkan dan menakjubkan pandangan binatang gembalaan kaumnya yang ada di setiap padang rumput yang dia masuki. Hal ini membuat binatang-binatang gembalaan itu berhenti makan. Karenanya, air susu mereka pun mulai menipis dan mengencer. Sekelompok musuh pun membuat sebuah tipu muslihat dan rencana jahat untuk membunuh unta betina itu dan melarikan anaknya ke gunung. Sebagian orang datang kepada Shalih as untuk mencari jalan keluar atas rencana jahat yang sedang direncanakan oleh musuh-musuhnya itu. Shalih as berkata, ”Kalau begitu, bawalah anak unta itu ke sini.” Shalih as pun melihat anak unta muda itu menangis dan berteriak tiga kali bertanya kepada Shalih as, ”Hai Shalih! Di mana ibuku? Ia telah pergi menghilang dariku.”
Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shalih, ”Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan. ” (QS. Hud [11]: 65)
Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka. (QS. Al-A’raf [7]: 78)
Shalih as hidup selama 280 tahun. Jenazahnya dikuburkan antara Rukun dan Maqam di dalam Baitullah yang suci ( Ka’bah).
Penasihat Terbaik
Dari Abu Ja’far Muhammad bin Ali as berkata, ”Sesungguhnya Rasulullah saw menanyai Jibril as, ‘Bagaimana proses penghancuran kaum Shalih?’
Jibril menjawab, “Hai Muhammad! Sesungguhnya Shalih telah diutus kepada kaumnya sedangkan dia barulah seorang anak yang berusia 16 tahun kala itu, maka dia tinggal di tengah-tengah mereka hingga dia memasuki usia 120 tahun yang mereka tidak pernah menerima dakwahnya dengan tanggapan yang baik.’ Jibril kembali berkata, ‘Mereka memiliki 70 patung (berhala) yang mereka sembah selain Allah.’
”Kemudian tatkala Shalih melihat perbuatan hina itu dari mereka, dia berkata, ’Hai kaumku! Sesungguhnya aku telah diutus kepada kalian dan [waktu itu] aku hanyalah seorang anak yang baru berusia 16 tahunan. Kini aku telah berusia 120 tahun dan aku akan sodorkan dua tawaran pada kalian. Kalau kalian mau, tanyailah aku hingga aku berdoa kepada Tuhanku maka Dia akan menjawab kalian tentang apa yang kalian pertanyakan kepadaku itu. Kalau kalian perkenankan, aku akan menanyakan kepada tuhan-tuhan kalian. Apabila mereka bisa menjawab pertanyaanku yang akan aku tanyakan kepadanya, aku akan keluar dari daerah kalian ini. Kemudian tak seorang pun di antara kita yang diserang.’
”Mereka menjawab, ‘Sungguh engkau hendak menantang kami, hai Shalih!?’ Maka mereka bersiap-siap menantikan tibanya hari ketika mereka akan keluar di dalamnya. Mereka pun keluar kota dengan membawa patung-patung berhala di balik punggung mereka. Kemudian mereka mendekatkan makanan dan minuman mereka lantas mereka makan dan minum. Setelah mereka selesai makan dan minum (parasmanan) mereka pun menyeru Shalih, ‘Hai Shalih! Bertanyalah.’
Shalih pun bertanya ihwal salah satu patung terbesar mereka, ‘Apa nama patung besar ini?’ Mereka pun memberi tahu namanya. Shalih memanggil namanya. Si patung besar pun tak menjawab sepatah kata pun. Shalih pun berkata, ‘Apa yang membuatnya tidak menjawab?’
Mereka berkata kepadanya, ’Kalau begitu, panggillah selainnya.’
Shalih pun memanggil patung-patung itu dengan masing-masing namanya tetapi tiada satu pun dari mereka yang menjawabnya!
Maka Shalih berkata, ‘Hai kaumku! Bukankah kalian telah melihat bahwa aku telah memanggil patung-patung kalian tapi tiada satu pun dari mereka yang menjawab panggilanku. Maka, kalian tanyailah aku hingga aku menyeru Tuhanku maka dengan sekejap mata Dia akan menjawab panggilan kalian itu.’
Mereka pun berdiri menghadap kepada patung-patung mereka lalu mereka berkata kepada mereka, ‘Apa yang membuat kalian tidak menjawab panggilan Shalih tadi?’ Tidak ada jawaban. Mereka berkata, ‘Hai Shalih! Menjauhlah engkau dari kami dan biarkan kami dan patung-patung kami sejenak di sini.’ Lantas mereka pun membentangkan permadani merah di hadapannya dan juga sebuah bejana. Mereka pun mulai duduk merendah di tanah dan berkata kepadanya, ‘Jika engkau tidak menjawab pertanyaan Shalih demi kami hari ini, niscaya kami akan celaka.’ Kemudian mereka memanggil Shalih, mereka berkata, ‘Hai Shalih! Kemarilah dan tanyailah dia (patung besar).’ Maka Shalih pun kembali ke tengah-tengah mereka lalu menanyainya kembali, lagi-lagi si patung pun tak mampu menjawab pertanyaannya. Kembali mereka berkata, ‘Shalih menghendaki kau menjawab pertanyaannya. Bicaralah.’
Shalih pun berkata, ‘Wahai kaumku! Ia memang demikianlah adanya. Kalian telah melihat bahwa siang telah menghilang dan aku tidaklah melihat tuhan-tuhan kalian menjawab pertanyaanku. Sekarang kalian tanyailah aku hingga aku menyeru Tuhanku maka Dia akan segera menjawab pertanyaan-pertanyaan kalian itu.’
Selanjutnya, tujuh puluh orang dari para pembesar dan tokoh mereka maju ke hadapannya. Pandangan mereka pun tertuju kepada mereka. Mereka berkata kepada Shalih, ‘Hai Shalih! Kalau begitu, kami akan menanyaimu.’ Shalih berkata, ‘Apakah setiap dari mereka-mereka itu rela dengan kalian ini?’ Mereka berkata, ‘Ya! Jika tujuh puluh pemimpin dan pembesar itu mengikuti ucapanmu, kami akan mengikutimu.’
Mereka berkata, ‘Hai Shalih, kami akan menanyaimu tentang sesuatu yang jika Tuhanmu mampu menjawabnya, kami akan mengikutimu dan juga seluruh masyarakat di desa (kampung) ini akan mengikutimu juga.’
Shalih pun berkata kepada mereka, ‘Bertanyalah kepadaku sesuka hati kalian.’ Mereka berkata, ‘Kalau begitu, mari pergi bersama kami menuju ke gunung ini-dan juga gunung yang paling dekat darinya-hingga kami menanyaimu di lerengnya itu.
Imam berkata, ”Maka Shalih pun bertolak dan mereka pun segera bertolak bersamanya. Tatkala mereka telah tiba di gunung, mereka berkata, ‘Hai Shalih! Mohonkanlah kepada Tuhanmu agar Dia mengeluarkan dari gunung itu seekor unta betina merah, yang sedang hamil muda sekarang juga!
Shalih berkata, ‘Kini kalian telah memintaku tentang sesuatu yang sangat sulit untukku. Namun hal itu sangatlah mudah bagi Tuhanku! Kemudian, Shalih berdoa dan mengadukan kepada Allah tentang apa yang mereka telah tuntut itu. Pada saat itu juga, gunung pun mulai terbelah dan orang-orang yang ikut pergi menyaksikan peristiwa tersebut mulai terheran-heran ketika mereka mendengar sebuah suara keras lagi mengerikan bagi mereka yang mendengarnya.
Gunung itu bersuara gaduh laksana rintihan seorang Perempuan yang sedang melahirkan anak. Hal itu belumlah mengejutkan mereka kecuali setelah kepala unta betina itu menjulur keluar ke arah mereka dari dalam gunung itu. Ketika lehernya telah menjulur keluar dengan sempurna, seluruh badannya pun keluar lalu berdiri tegak di atas tanah. Ketika kaum Shalih melihat kejadian itu, mereka berkata, ‘Hai Shalih! Alangkah cepatnya Tuhanmu mengabulkan doamu itu. Kini mintalah ia (unta betina itu) agar segera melahirkan anaknya di hadapan kami sekarang juga.’
Imam berkata, ‘Maka Shalih pun berdoa kepada Allah Yang Mahatinggi akan hal itu. Lantas unta betina pun melahirkan anaknya lalu berjalan-jalan di sekelilingnya. Shalih berkata, ‘Hai kaumku! Masih adakah permintaan lagi untukku?’ Mereka berkata, ‘Tidak. Pergilah engkau dengan kami kepada kaum kami tempat kami akan mengabari mereka tentang apa yang telah kami lihat ini dan kami telah beriman kepadamu.’ Mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Akan tetapi, tujuh puluh orang perwakilan tadi lupa menyampaikan hal tersebut kepada kaumnya hingga enam puluh empat orang dari mereka kembali murtad dan berkata, ‘Itu hanyalah sebuah sihir belaka.’ Keenam orang berikutnya menegaskan pengakuan dari ke-64 orang temannya tadi seraya berkata, ‘Sebenarnya kami tidak pernah melihat kejadian itu.’ Imam berkata, ”Maka kaum Shalih pun ribut. Para pendusta itu pulang ke rumahnya masing-masing kemudian satu dari enam orang itu pun menyelinap pergi. Dialah orang yang telah membunuh unta betina itu.’”
(Sumber – Buku: Akhlak Para Nabi; dari Nabi Adam Hingga Muhammad Saw / Taaj Langroodi)
Baca juga: Kisah Hikmah Nabi Idris a.s.