Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Indonesia Ajak Negara-Negara Islam Bersatu Promosikan Moderasi Agama

Indonesia mengajak negara-negara Islam bergerak bersama dalam promosi moderasi agama. Ajakan ini disampaikan Ketua Delegasi Indonesia Muchlis M Hanafi saat mewakili Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berbicara pada Konferensi Internasional tentang Moderasi dan Islam Wasathiyah di Baghdad.

Menurut Muchlis, kesalahpahaman terhadap konsep dasar keislaman menjadi salah satu faktor munculnya ekstremisme dan terorisme. Ideologi dan pemikiran garis keras ini menyebar dalam berbagai literatur dan media, baik cetak maupun elektronik. Untuk itu, negara-negara Islam harus merapatkan barisan dan bergandengan tangan untuk meng-counter ideologi tersebut dengan cara serupa dan membentengi generasi muda agar tidak terjerumus ke dalam kubangan pemikiran radikal.

Baca juga: Majma’ Fikih Irak: Islam Seharusnya Menyatukan Berbagai Mazhab Seperti Sunni dan Syiah

“Semua akses menuju pemikiran radikal harus ditutup rapat-rapat. Pada saat yang sama kita juga harus bergerak mempromosikan wacana keagamaan yang moderat,” tegas Muchlis di Baghdad, Selasa (26/06).

Melalui berbagai program, terutama pendidikan agama dan keagamaan, lanjut Muchlis, Pemerintah Indonesia bersama ormas-ormas Islam terus memperkuat moderasi Islam sebagai sebuah manhaj keberagamaan. Apalagi, sejak pertama kali ke Indonesia, DNA Islam Indonesia adalah tawassuth dan wasathiyyah, sehingga Islam mampu berasimilasi dengan budaya lokal yang sangat beragam.

“Melalui forum ilmiah semacam ini, kita dapat berbagi pengalaman dalam mengembangkan dan memperbaharui wacana keagamaan yang lebih dinamis, harmonis, dan humanis. Dengan bersatu, menghargai keragaman dan menghormati perbedaan kita akan mampu menciptakan dunia yang lebih aman dan damai, tanpa ISIS,” tuturnya.

Baca juga: Pesan Kebangkitan Irak di Konferensi Internasional Islam Wasathiyah

Mukhlis menekankan, pemikiran agama yang radikal harus dilawan dengan counter narasi, bukan dengan cara kekerasan. Penanggulangan dan penanganan paham radikal dengan cara represif justru akan menimbulkan masalah baru.

“Paham dan pemikiran keagamaan radikal harus dilawan melalui counter narasi secara komprehensif dan terus menerus agar tidak melebar dan menjadi laten. Penanganannya tidak selalu dengan cara kekerasan yang justru dapat memunculkan problem baru”, ujarnya.

Konferensi ini diikuti berbagai komponen kelompok agama di Irak. Tidak kurang delegasi dari 20 negara hadir, antara lain Mesir, Palestina, Tunisia, Australia, Sudan, Indonesia, wakil dari lembaga riset Eropa, Lebanon, Al-Jazair, Iran, Maroko, Malaysia, India, Bangladesh, Turki, Rusia, dan Ukraina. (mz/kemenag/ahlulbaitindonesia)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *