Artikel
Perspektif Imam Ali Khamenei Tentang Bulan Suci Ramadhan
Tibanya bulan suci Ramadhan bagi umat Islam sama seperti tibanya hari Raya. Untuk itu umat Islam perlu saling mengucapkan selamat di antara mereka akan kedatangan bulan ini sambil saling berpesan agar memanfaatkan secara maksimal berkah yang ada di bulan Ramadhan. Sebab, bulan ini adalah bulan penjamuan Allah. Hanya orang-orang Mukmin dan mereka yang layak untuk menghadiri perjamuan ini saja yang berhak untuk duduk menikmati jamuan Allah, Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Mulia. Jamuan ini berbeda dari jamuan umum yang dihidangkan Allah untuk seluruh manusia bahkan semua makhluk di alam ini. Jamuan [Bulan Ramadhan] adalah jamuan khusus dan diperuntukkan bagi orang-orang khusus di sisi Allah.
Masalah terpenting menyangkut bulan suci Ramadhan adalah bahwa manusia -yang berada di tengah beragam faktor dan jebakan yang melupakannya dari Allah dan dari jalanNya sehingga ia terjerumus ke dalam keterpurukan- mendapatkan kesempatan menempa ruh dan spiritualitasnya untuk terbang tinggi ke puncak kesempurnaan. -Secara tabiatnya, ruh dan jiwa manusia selalu bergerak menuju kesempurnaan-. Bulan ini memberikan peluang kepada manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menghiasi diri dengan akhlak ketuhanan. Bulan suci Ramadhan ibarat musim semi bagi manusia untuk memperbarui diri, membangun diri sendiri dan bercengkerama dengan Tuhan.
Berkah bulan Ramadhan mulai memancar dari dalam jiwa masing-masing orang dan Muslim yang mempersiapkan dirinya menyongsong kedatangannya. Berkah itu memancar di dalam hati. Hakikat pertama yang terjelma berkat bulan Ramadhan adalah hati dan jiwa kaum Mukminin, para pelaksana ibadah puasa dan mereka yang telah memasuki bulan yang suci dan penuh berkah ini. Di satu sisi, puasa, di sisi lain membaca Al-Qur’an dan di sisi ketiga menyibukkan diri dengan doa dan munajat pada bulan Ramadhan, semua itu membawa orang masuk ke alam penyucian diri dan pembersihan jiwa. Kita semua memerlukan segala penyucian ini.
Bulan Ramadhan yang datang setiap tahun, tak ubahnya bagai sejengkal tanah dari surga yang diturunkan Allah ke dalam jahannam duniawi dan materi yang membakar kita ini. Bulan ini memberikan kesempatan kepada kita untuk duduk di jamuan Ilahi dan masuk ke dalam surga tersebut. Sebagian orang berhasil memanfaatkan dan berada tiga puluh hari penuh di dalam surga. Sebagian orang, berkat tiga puluh hari [bulan Ramadhan] tersebut, menikmati manisnya surga hingga setahun kemudian dan sebagian orang bahkan mendapat anugerah surgawi sepanjang hidupnya. [Amat disayangkan] ada sebagian orang yang melaluinya dengan kelalaian.
Orang yang berkat bulan Ramadhan berhasil memperoleh kekuatan dalam melawan hawa nafsu berarti telah meraih sebuah kesuksesan besar, yang harus ia pertahankan. Mereka yang merasa tersiksa dengan kebiasaan menuruti kemauan hawa nafsu dan tuntutan syahwat -selagi ada kemampuan pada diri mereka-, hendaknya memanfaatkan bulan Ramadhan untuk menghilangkan kebiasaan itu. Segala kesengsaraan manusia timbul karena mengikuti hawa nafsu. Semua bentuk kezaliman, semua penipuan dan ketidakadilan, semua peperangan yang zalim, semua rezim yang lalim, semua kepasrahan menerima penindasan yang ada di tengah umat manusia, semua itu terjadi karena kepasrahan kepada hawa nafsu dan ketundukan kepada bisikan syahwat. Jika seseorang berhasil meraih kemampuan untuk mengalahkan hawa nafsu, maka ia pasti berbahagia. Bulan Ramadhan memberikan kemampuan itu kepada kalian.
Karena itu, masalah yang inti adalah menghindari dosa. Di bulan Ramadhan, kita harus berusaha melatih diri untuk menjauhkan dosa dari diri kita -insya Allah-. Jika dosa telah jauh dari kita, saat itulah jalan untuk terbang bebas ke alam malakut akan terbuka dan orang yang demikian akan mampu melakukan pengembaraan di jalan spiritual Ilahi dan merampungkan tugas yang telah ditentukan baginya sebagai manusia. Akan tetapi pengembaraan dan tugas itu tidak mungkin akan terlaksana jika ia berlumuran dosa. Bulan Ramadhan adalah kesempatan untuk berlatih menjauhi dosa.
Puasa yang kita pandang sebagai sebuah kewajiban Ilahi sebenarnya adalah sebuah penghormatan Ilahi, sebuah kenikmatan dari Allah, sebuah kesempatan yang sangat berharga bagi mereka yang berhasil melaksanakan ibadah ini. Tentu saja [dalam melaksanakannya] ada banyak kesulitan. Semua pekerjaan yang membawa berkah dan berguna, selalu dibarengi dengan kesulitan. Tanpa merasakan kesulitan, orang tidak akan memperoleh keberhasilan. [Namun], kesulitan yang ada pada puasa tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan apa yang diperoleh dari ibadah ini. Dengan hanya bermodal kecil, seseorang bisa meraih keuntungan yang sangat besar.
Ada tiga tingkatan umum yang disebutkan [oleh para ulama] berkenaan dengan puasa. Ketiganya sangat berguna bagi mereka yang melaksanakannya. Satu tingkatan adalah tahapan umum puasa yaitu menghindari makan, minum dan apa yang dilarang dalam puasa. Jika faedah puasa hanya terbatas pada menahan diri dari hal-hal tersebut, sudah cukup banyak manfaat yang didapat manusia dengan menjalankannya. Kita diuji dan kita diajari dengan puasa. Dengan kata lain, dalam ibadah ini ada pembelajaran dan ada ujian untuk kehidupan. Pelatihan dan penempaan. Dalam sebuah riwayat Imam Jafar Shadiq (as) berkata, “…agar orang kaya dan orang miskin sederajat.”
Allah SWT mewajibkan puasa agar orang kaya dan orang miskin dalam waktu tertentu merasakan satu hal yang sama. Orang miskin sepanjang hari tidak bisa membeli dan memakan atau meminum apa saja yang ia inginkan. Tetapi orang kaya mampu membeli dan memakan atau meminum apa saja yang ia mau. Orang kaya tidak bisa merasakan apa yang dirasa orang miskin untuk memperoleh apa yang diinginkannya. Tetapi di hari ketika berpuasa, semua orang [kaya dan miskin] dengan pilihan sendiri menahan diri dari beberapa hal yang diinginkan hawa nafsunya.
Orang yang merasakan lapar dan dahaga akan memiliki kemampuan dalam melawan kesulitan di tengah jalan. Bulan Ramadhan memberikan kesabaran dan kekuatan kepada orang dalam menghadapi kesulitan. Kesabaran dalam menjalankan tugas dan kewajiban, adalah pelatihan Ilahi yang dinugerahkan kepada manusia. Semua manfaat itu didapat dalam tingkatan awal puasa. Selain mengosongkan perut dan menghindarkan diri dari hal-hal umum yang mubah, puasa memberikan cahaya, kesucian dan kelembutan kepada manusia, dan ini adalah manfaat yang sangat besar.
Tingkatan kedua puasa adalah menghindari dosa. Artinya, menjaga telingan, mata, lidah dan hati -bahkan dalam sejumlah riwayat disebutkan menjaga kulit dan bulu badan- dari dosa. Sama seperti kalian menahan diri dari makan, minum dan berbagai tuntutan nafsu lainnya, kalian juga harus menahan diri dari perbuatan dosa. Ini adalah tingkatan ibadah puasa yang lebih tinggi. Kesempatan yang ada pada bulan Ramadhan adalah peluang bagi manusia dalam melatih diri untuk menghindari perbuatan dosa. Jadi, pada tingkatan kedua puasa, orang harus berusaha optimal memisahkan dirinya dari dosa. Khususnya bagi kalian anak-anak muda yang tercinta, manfaatkan kesempatan ini. Kalian masih muda. Pemuda selain memiliki kekuatan dan kemampuan juga memiliki hati yang bersih. Kebersihan hati ini merupakan kesempatan bagi pemuda. Sepanjang bulan Ramadhan, manfaatkan kesempatan ini dan latihlah diri untuk menghindari dosa -tingkatan kedua dari ibadah puasa-.
Tingkatan ketiga puasa adalah menghindarkan diri dari segala hal yang melupakan dan membuat hati lalai dari mengingat Allah (dzikrullah). Ini adalah tingkatan tertinggi puasa. Ketika puasa menghidupkan dzikrullah di hati dan menyalakan pelita ma’rifatullah di hati, hati akan menjadi terang. Karena itu segala hal yang membuat seseorang lalai akan dzikrullah pada tingkatan ini, berbahaya bagi puasa. Sungguh berbahagia mereka yang mampu meraih derajat puasa yang seperti ini.
Bulan Ramadhan adalah bulan doa dan bulan meraih ketaqwaan. Bulan ini adalah bulan yang berkat ibadah dan kekhusyukan kepada Allah, kita memperoleh kekuatan ruhani dan spiritual. Dengan bekal kekuatan ruhani dan spiritual itu kita dengan mudah dan cepat dapat melalui jalan-jalan terjal berduri dan dengan baik meniti perjalanan untuk sampai ke tujuan.
Bulan Ramadhan adalah bulan untuk meraih kekuatan. Bulan Ramadhan adalah bulan kesempatan bagi setiap orang untuk melangkah mencapai khazanah ghaib dan maknawiyah Ilahi. Ia dapat memuaskan diri di sana semampunya dan mempersiapkan diri untuk bergerak ke arah kemajuan. Dengan berbagai rangkaian dalam bulan Ramadhan, termasuk shalat dan tugas-tugas lain yang telah ditentukan serta puasa dan doa-doanya, juga dengan membaca Al-Qur’an, semua itu jika Anda perhatikan adalah sebuah program lengkap untuk menempa diri dan menyelamatkan diri dari kenihilan, penyimpangan dan sebagainya, sebuah program lengkap yang sangat berguna.
Di bulan Ramadhan -di setiap malam dan siangnya- sebisanya sinari hati kalian dengan dzikrullah, sehingga kalian siap untuk memasuki malam Lailatul Qadr yang suci.
لیلة القدر خیر من الف شهر تنزل الملائکة و الروح فیها بإذن ربهم من کل أمر
[Lailatul Qadr] adalah malam ketika para malaikat menyambungkan bumi ini dengan langit, menyinari kalbu dengan cahaya dan menerangi lingkungan kehidupan dengan nur kemuliaan dan kemurahan Ilahi, malam kedamaian dan keselamatan maknawiyah, malam keselamatan bagi hati dan jiwa. Malam ini adalah malam kesembuhan bagi semua penyakit moral, penyakit maknawiyah, penyakit materi dan penyakit umum dan sosial, yang saat ini -amat disayangkan- berbagai bangsa di dunia termasuk bangsa-bangsa Muslim terjangkiti olehnya. Keselamatan dari semua penyakit itu hanya bisa didapat pada malam Lailatul Qadr. Syaratnya, kalian harus mempersiapkan diri untuk memasuki malam itu.
Setiap tahun Allah SWT memberikan kesempatan yang istimewa [kepada hamba-hambaNya]. Kesempatan itu berupa bulan suci Ramadhan. Sepanjang bulan Ramadhan, hati akan melunak. Ruh akan bersinar dan bercahaya, dan manusia siap untuk menapakkan kaki di lembah rahmat Ilahi yang sangat spesial. Setiap orang dapat memanfaatkan jamuan agung Ilahi ini sebesar kemampuan, ketekunan dan kerja kerasnya. Setelah bulan Ramadhan berakhir, tiba tahun [kehidupan] baru, yaitu hari raya Idul Fitri, hari dimana manusia dapat meniti jalan langsung menuju Tuhannya dan terhindar dari segala penyimpangan dengan semua bekal yang ia raih dalam bulan Ramadhan. Idul Fitri adalah hari pemberian pahala dan hari menerima rahmat Ilahi setelah berlalunya bulan Ramadhan.
Ada satu poin penting berkenaan dengan hari raya Idul Fitri, yaitu tekad yang serius untuk mempersiapkan diri selama setahun menyongsong bulan Ramadhan tahun depan. Jika seseorang berniat masuk ke dalam jamuan Ilahi, jika ia ingin meraih malam Lailatul Qadr dan malam-malam penuh berkah [di bulan Ramadhan], maka ia harus terus melakukan pengawasan atas diri sendiri. Kita harus mempersiapkan diri selama sebelas bulan untuk menyongsong kedatangan bulan Ramadhan tahun berikutnya.
Putuskan bahwa sampai tahun depan, Anda akan mengontrol segala perilaku sehingga bulan Ramadhan mendatang bersedia menerima Anda, sehingga bulan jamuan Ilahi itu akan sangat nikmat dan penuh berkah buat Anda. Ini adalah anugerah terbesar yang bisa diperoleh seorang manusia, dan ini adalah sarana untuk mengukir kesuksesan dalam semua hal, baik yang berhubungan dengan dunia maupun akhirat, dan baik yang berhubungan dengan pribadi seseorang, orang-orang dekatnya maupun masyarakat Muslim.
Jika memasuki bulan Ramadhan dengan kesiapan yang penuh, tentunya kita akan lebih bisa memanfaatkan jamuan Ilahi ini, dan tahun berikutnya derajat kita akan semakin tinggi. Saat itulah, dalam lingkungan kehidupan sosial kalian akan mendapatkan apa saja yang kalian senangi. (Khamenei.ir)