Ikuti Kami Di Medsos

Artikel

Membangun Titik Temu

Manusia diciptakan dalam bentuk yang sempurna. Penciptaan manusia merupakan personifikasi dari keindahan dan kesempurnaan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala telah memuliakan anak Adam dan melebihkan dari makhluk lainnya.

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. al-Isrā’, 17: 70)

Salah satu kesempurnaan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain adalah akalnya. Akal merupakan karakter khusus yang Allah berikan kepada manusia. Dengan akal yang dimilikinya, manusia dapat melakukan improvisasi kehidupan.

Walaupun manusia dalam mengarungi bahtera kehidupan dunia dilengkapi dengan akal, namun, manusia hadir ke dunia ini dengan keragamannya. Perbedaan suku, bangsa, bahasa bahkan agama merupakan keniscayaan yang tidak dapat dinafikan. Menafikan keragaman sama seperti menafikan matahari di siang hari. Suatu kebodohan yang nyata apabila seseorang menghendaki kesatuan dan kesamaan dalam kehidupan.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. al-Ḥujurāt, 49: 13)

Baca juga: Persatuan Umat

Umat Islam telah diinformasikan oleh Allah Ta’ala bahwa ayah dan ibu kalian adalah satu yakni Adam dan Hawa, namun sejalan dengan perputaran waktu, maka perbedaan tidak bisa dielakkan. Secara geografis manusia berada dalam satu tempat yakni planet bumi, namun fakta keberadaan kita beragam. Dan Allah Ta’ala menegaskan bahwa standar kemuliaan adalah ketaqwaan.

Dalam keragaman dan perbedaan pasti ada titik temu dan titik seteru, maka tugas kita adalah membangun titik temu bukan mencari titik seteru.

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

“Katakanlah, hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka, saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. Alī Imrān, 3: 64)

Titik temu antara Muslim dan ahli kitab adalah doktrin ketauhidan. Semua agama samawi doktrin agamanya sama yaitu membangun ketauhidan di tengah masyarakat. Tiada tuhan selain Allah dan tidak menyekutukan dengan apa dan siapapun. Pada akhir zaman, manusia tidak menyekutukan Tuhannya dengan penyembahan kepada berhala, matahari, bulan atau bintang namun mereka menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya.

Titik temu:

  1. Titik temu kebangsaan

Sebuah kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa bangsa ini adalah bangsa yang penuh dengan keragaman. Bangsa yang terdiri dari ribuan pulau, ratusan bahasa dan suku. Keanekaragaman budaya menjadi sebuah keniscayaan. Titik temu kebangsaan diikat oleh satu kalimat “Bhineka Tunggal Ika”.

Doktrin kebangsaan bagi umat Islam adalah nafas, artinya tidak perlu lagi ditanya tentang nasionalisme kaum Muslimin terhadap bangsanya karena sejak lahir setiap umat diajarkan bahwa cinta kepada tanah air adalah bagian dari iman. Menurut ulama bahwa setiap Muslim wajib hukumnya membela negaranya. Jihad kebangsaan dengan dedikasi yang tinggi telah diberikan oleh ulama dan santri di negeri ini.

  1. Titik temu antar umat beragama

Titik temu antara Muslim dan non Muslim adalah penegasan bahwa tiada tuhan selain Allah. Para pendiri negara ini telah membangun titik temu antar pemeluk agama dengan satu kalimat “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Perbedaan pemeluk agama di Indonesia sebuah kenyataan sejarah yang tidak mungkin diingkari.

Mencari titik temu antar pemeluk agama dalam bingkai keindonesiaan adalah bukan mengakui semua agama itu benar karena pernyataan semua agama itu benar adalah sebuah kesalahan. Titik temu antar umat pemeluk agama adalah menyadari bahwa tuhan itu hanya satu yakni Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kesadaran bahwa kita semua adalah orang beragama, maka prilaku keberagamaan adalah cermin dari kasih dan sayang Allah Ta’ala.

Baca juga – Dialog Gusdurian: Suni-Syiah Wajib Bersatu

Titik temu antar pemeluk agama juga dapat terwujud dengan saling menghormati pemeluk agama masing-masing.

Allah berfirman dalam Surat al-An’am, 6: 108.

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” (QS. al-An’ām, 6: 108).

  1. Titik temu internal umat Islam

Titik temu internal umat Islam menjadi sangat penting dan strategis. Karena agama pada tataran doktrin adalah sakral, namun agama pada tataran sosial adalah relatif. Titik temu internal umat Islam adalah kesadaran adanya mazhab dan aliran, baik dalam ranah teologi, hukum maupun etika.

Setiap Muslim bersaudara, maka bangunlah kebajikan di antara kita. Boleh jadi mazhab kita beda tapi agama kita satu yakni Islam. Para wali saat menyebarkan Islam di Nusantara, mereka sibuk mengislamkan orang kafir, tapi ironisnya di zaman sekarang, ada orang yang sibuk mengkafirkan orang Islam. Gerakan takfiri pasti bukan gerakan Islam karena gerakan Islam pasti gerakan islami yakni gerakan kerahmatan dan kedamaian. Gerakan takfiri adalah gerakan yang mengkafirkan orang di luar golongannya. Kelompok ini sangat mudah menyesatkan dan mengkafirkan orang yang berbeda pemahaman dengan paham mereka.

Baca juga: Persatuan Sunni-Syiah

Walau gerakan ini dilakukan oleh golongan Islam tertentu, namun gerakan ini sedang membangun titik seteru dalam internal umat Islam. Muslim sejati tidak akan mengkafirkan saudaranya karena yang boleh menilai seseorang kafir atau tidak adalah Allah Ta’ala.

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Alī Imrān, 3: 103)

(Sebuah Renungan; Dr. M. Zuhdi Zaini)

IMG_20180413_132528