Berita
Tebar Teror Ala Jabhat al-Nusra
Bom bunuh diri kembali mengguncang Haret Hreik di Beirut Selatan, kemarin (21/01) pada pukul 11 pagi waktu setempat. Kali ini teror bom tersebut menewaskan tiga orang warga sipil dan melukai kurang lebih 46 warga sipil lainnya, seperti yang diwartakan laman www.almanar.lb. (http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=C-vsasZyt9Q)
Menanggapi serangan bom bunuh diri yang terjadi di Lebanon tersebut, pengamat Timur Tengah Dina Sulaiman menjelaskan bahwa, apa yang terjadi di Lebanon saat ini tak dapat dipungkiri merupakan lompatan perang sebagai dampak dari krisis yang terjadi di Suriah, yang perlahan mulai menyebar ke Lebanon dan Irak berupa penebaran teror bom bunuh diri ke atas warga sipil di kedua negara tersebut.
“Karena Jabhat al-Nusra kalah telak di al-Qusair, dimana pada pertempuran tersebut Suriah dibantu oleh Hizbullah, maka teror bom yang terjadi di Lebanon saat ini boleh dikatakan lebih bermotif dendam,” ujar Dina Sulaiman saat diwawancarai tim media Ahlulbait Indonesia via telepon.
Lebih jauh Dina menjelaskan alasan mengapa Irak juga menjadi medan lompatan dari perang Suriah adalah lebih dikarenakan faktor historis dari Jabhat al-Nusra. Seperti yang umum diketahui, Jabhat al-Nusra merupakan salah satu kelompok afiliasi Al-Qaeda yang terbentuk di Irak. Dan baru pada saat krisis Suriah pecah itulah, Al-Qaeda masuk ke Suriah dengan menggunakan nama “Jabhat al-Nusra.”
Metode bom bunuh diri yang digunakan oleh para teroris selama ini, menurut Dina, mungkin memang sudah mereka anggap sebagai kunci “keberhasilan” dalam melakukan setiap aksi teror. Karena dalam melaksanakan aksi tersebut, pelaku membaur dan menyatu layaknya penduduk sipil setempat pada umumnya, bahkan pelaku juga ikut meninggal dalam ledakan bom itu. Hal inilah yang membuatnya sulit untuk dideteksi. Sangat berbeda dengan serangan langsung, seperti yang Israel pernah lakukan terhadap Hizbullah pada tahun 2006.
Ditanya perihal apa yang disebut oleh kelompok Al-Qaeda dan Jabhat Al-Nusra sebagai “jihad,” dan selama ini lebih sering mereka umbar di negeri-negeri Muslim. Namun sebaliknya tak pernah—walau sekali saja—mereka arahkan terhadap rezim zionis Israel yang nyata-nyata telah menjadi pembantai rakyat Palestina, Dina pun mengaku tak habis pikir dan hingga kini pun masih merasa heran. Apalagi bila terkait jumlah korban tewas yang harus dihitung sebagai akibat ratusan bahkan ribuan kali aksi bom bunuh diri itu. Entah apa sebenarnya yang mereka cari dan siapakah sesungguhnya musuh sejati para “jihadis” salafi yang mengaku Muslim itu.
“Sungguh kita layak prihatin. Karena apa? Coba saja kita akumulasi di seluruh dunia, jumlah korban dari teror yang dilakukan oleh Al-Qaeda dengan berbagai afiliasinya itu. Bukankah sebenarnya lebih banyak korbannya tak lain adalah kaum Muslim sendiri?” tanya Dina di akhir wawancara. (Lutfi/Yudhi)