Berita
Respon Indonesia terkait Keluarnya Amerika Serikat dari Kesepakatan Nuklir Iran
Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir Iran (JCPOA), Selasa (8/5/2018), menunjukkan sikap AS yang tidak bisa menjaga komitmennya, di saat negara-negara lain menginginkan agar perjanjian itu tertap terjaga, termasuk Indonesia.
Dalam pernyataan resminya, Rabu (9/5/2018) Kementerian Luar Negeri Indonesia mengeluarkan tiga pernyataan terkait mundurnya AS dari JCPOA:
Pertama, Indonesia menyesalkan langkah Amerika Serikat yang telah mundur dari kesepakatan JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action) antara Iran dan anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman (P5+1).
Kedua, JCPOA merupakan sebuah capaian penting diplomasi yang dapat berkontribusi dalam mendorong non-proliferasi senjata nuklir dan penciptaan perdamaian serta stabilitas kawasan-dunia.
Ketiga, Indonesia mengharapkan negara pihak JCPOA lainnya tetap menghormati komitmennya dan untuk masyarakat internasional terus mendukung perjanjian tersebut.
Keputusan Trump itu juga memicu reaksi negatif dari masyarakat internasional termasuk sekutu Washington sendiri di Eropa. Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini mengeluarkan protes keras atas keputusan Trump tersebut dan secara tegas menuntut berlanjutnya implementasi kesepakatan nuklir Iran. Mogherini juga meminta Iran untuk tetap menjaga komitmennya atas JCPOA.
Ia menegaskan, kesepakatan nuklir Iran adalah buah dari 12 tahun upaya diplomasi, dan ini adalah milik seluruh masyarakat internasional. Terbukti bahwa kesepakatan yang bertujuan untuk memastikan bahwa program nuklir Iran, damai, berhasil diwujudkan.
Pemimpin tiga negara Eropa penandatangan kesepakatan nuklir Iran yaitu Inggris, Perancis dan Jerman mengumumkan pernyataan bersama yang menegaskan tekadnya untuk membangun kepercayaan dalam pelaksanaan kesepakatan nuklir Iran.
Sepertinya, Eropa sekarang tengah berada di persimpangan jalan yang menentukan. Dalam beberapa bulan terakhir, Eropa melakukan upaya luas untuk menjaga JCPOA, dan dalam kerangka ini banyak melakukan lawatan serta negosiasi dengan pejabat tinggi Amerika.
Namun demikian, upaya tersebut ternyata tidak membuahkan hasil, karena Trump memilih untuk tetap sejalan dengan rezim Zionis Israel terkait kesepakatan nuklir Iran, JCPOA dan menyatakan keluar dari kesepakatan tersebut sembari menyebutnya sebagai kesepakatan yang gagal.
Mantan menteri luar negeri Inggris, Jack Straw mengaku percaya bahwa keputusan Trump keluar dari kesepakatan nuklir Iran, sebagai langkah yang bebahaya dan tidak bisa dibenarkan.
Sementara itu, Presiden Hassan Rouhani mengatakan, Iran selalu memenuhi komitmennya dalam kesepakatan nuklir (JCPOA). Dia menyampaikan hal itu pada Selasa (8/5/2018) malam waktu Tehran, tidak lama setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan keputusannya mundur dari kesepakatan nuklir.
Rouhani menerangkan bahwa ia telah memerintahkan Kementerian Luar Negeri untuk berkonsultasi dengan negara-negara Eropa, Rusia dan Cina dalam beberapa pekan ke depan. “Semuanya tergantung pada kepentingan nasional kita. Jika kepentingan Iran dalam JCPOA dijamin tanpa kehadiran AS, Tehran akan tetap berada dalam kesepakatan itu,” ujarnya. (M/Z)