Artikel
Kedudukan Orang yang Berakal
وَ لَقَدْ تَرَكْنا مِنْها آيَةً بَيِّنَةً لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami tinggalkan daripadanya satu tanda yang nyata bagi orang-orang yang berakal.” (Surah Al-Ankabut, Ayat 35)
Malaikat Jibril menghampiri Nabi Adam as lalu berkata, “Aku datang atas perintah Allah Swt. untuk memberikan tiga hal dan dari ketiganya, engkau hanya bisa memilih satu”
“Apa saja tiga hal tersebut itu wahai Jibril?” tanya Nabi Adam.
Jibril menjawab, “1. Akal, 2. Rasa Malu, 3. Agama”
“Dari ketiga hal ini, aku memilih akal” kata Nabi Adam
Lalu Jibril berkata pada rasa malu dan agama untuk meninggalkan akal. Namun rasa malu dan agama berkata pada Jibril, “Wahai Jibril! Sesungguhnya kami diperintahkan untuk selalu bersama akal di manapun ia berada.” (Al-Kafi, jild 1, hal 10)
Ketika seorang Mukmin mempunyai akal maka ia pasti mempunyai rasa malu dan agama. Imam Shadiq as berkata bahwa, “Siapa saja yang berakal maka ia mempunyai agama dan mereka yang mempunyai agama maka akan masuk surga.” (‘Iqaabul ‘Amal wa Tsawaabul ‘Amal, hadits no 49, hal 58)
Selain itu Syekh Shaduq dalam bukunya menulis bahwa Fadhl bin Ustman berkata, saya mendengar dari Imam Shadiq as bahwa beliau berkata, “Siapa saja yang berakal maka akhir hidupnya akan masuk surga. (InshaAllah)”. (‘Iqaabul ‘Amal wa Tsawaabul ‘Amal, hadits no 48, hal 58)
Dari hadits di atas bisa dipahami bahwa orang-orang yang berakal mempunyai kedudukan yang khusus dalam agama Islam, yaitu kelak ia akan mendapatkan surga. Lalu apa itu akal? Imam Shadiq as berkata, “Akal yaitu yang dengan perantaranya, seorang hamba menyembah Allah Swt dan dengan perantaranya, ia mendapatkan surga.” (Al-Kafi, jild 1, hal 25)
Penting juga kiranya untuk senantiasa meminta taufik dari Allah Swt. supaya Dia selalu ‘menghidupkan’ akal kita setiap saat. Karena Imam Ridha as pernah berkata bahwa “Akal adalah anugerah Ilahi”. (Dostonho-ye Ushul-e Kafi, hal 35) Maka dari itu akal tidak didapatkan dengan usaha dan upaya melainkan dengan meminta taufik pada Allah Swt. (Sutia/MZ)