Berita
Opini – Melaratnya Pendidikan Kita
Sejak pendidikan menggunakan model sekolah, peserta didik sudah berjarak dengan prinsip pokok pendidikan. Pendidikan itu sejatinya harus menumbuhkan potensi manusia agar mencapai hakikat kemanusiaannya.
Berdasarkan asas pendidikan modern, tidak ada yang salah setelah lulusan sekolah telah sampai di dunia kerja. Terutama jika lulusan tersebut sudah memenuhi kompetensi yang diperlukan oleh pasar tersebut, maka tidak ada lagi yang perlu dipersoalkan dalam dunia pendidikan.
Pendidikan masih kelihatan seperti bangunan yang berdiri kokoh melalui janji-janji kompetensi itu. Demikianlah silih berganti manusia digiling pada pabrik pendidikan itu hingga gedung sekolahnya menyejarah sebagai produsen pemikir dan orang-orang terampil. Namun mengapa sekolah menjadi senyap dan kampus-kampus ternama menjadi bisu jika lulusannya menjadi pesakitan di hadapan hakim tindak pidana korupsi (misalnya)?
Di sinilah keringnya pendidikan. Memang ada konsep afektif yang mengurusi soal sikap dan mental lulusan. Namun, seberapa efektifkah ia? Lulusan selalu terpesona dengan urusan keterampilan sahaja.
Pendidikan modern dimulai dengan mencabut aspek metafisik dari definisi kemanusiaan. Itu sebabnya, pengetahuan, sikap, dan keterampilan dilihat di ranah kebendaan. Pendidikan kehilangan ruhani. Tiada manusia utuh yang keluar dari gedung-gedung sekolah melainkan hanya instrumen pabrik dan hitungan-hitungan ekonomi manusia.
Nilai manusia lulusan sekolah-sekolah dan bangku-bangku pendidikan selalu dilihat dari valuasi ekonominya. Tiada lagi tempat bagi perhatian untuk mengenal hakikat diri, asal-usul azali, dan masa depan abadi. Pendidikan sudah sekarat sejak awal sekolah didirikan. Ia hanya bisa mengembalikan kesejatian manusia jika melepaskan citra kebendaan dalam konsep dan implementasinya. (Abu Mufaddhal)