Ikuti Kami Di Medsos

Artikel

Opini – Persoalan Rekrutmen Guru

Beberapa waktu lalu publik dihebohkan dengan peristiwa penganiayaan atas seorang guru di Sampang, Madura. Penganiayaan itu berujung kematian sang guru. Bertambah hebohlah peristiwa itu tatkala diketahui bahwa penganiayanya adalah muridnya sendiri. Guru Budi (Ahmad Budi Cahyono), begitu ia akrab disapa, adalah contoh hubungan buruk guru dan murid dewasa ini.

Kejadian ini menyusul munculnya regulasi negara tentang perlindungan guru. Sekelompok pemerhati pendidikan memperjuangkan nasib guru agar tidak dengan gampang dihukum hanya karena memberi sanksi fisik kepada muridnya. Memang dilematis karena fakta tentang kekerasan terhadap murid oleh gurunya bukanlah hal yang gampang disembunyikan. Padahal, teori pendidikan menegaskan bahwa kekerasan apapun, mental maupun fisik, hanyalah akan menjerumuskan peserta didik walau niatnya untuk mendidik.

Jalan tengah harus segera ditemukan. Guru yang berkarakter memiliki wawasan teoretik mengenai psikologi perkembangan anak, konsep pendidikan serta metode dan pendekatan edukatif yang mumpuni dalam penanganan murid atau siswa.

Bukan hanya itu. Tantangan seorang guru adalah menghidupkan kepribadian pendidik di dalam dirinya sendiri. Sosoknya harus dapat diteladani oleh masyarakat dan dipanuti oleh murid atau siswanya baik di dalam maupun di luar sekolah. Sayangnya, juga banyak beredar rekaman yang memperlihatkan sekelompok guru perempuan bergoyang erotis di depan kamera. Pendidikan kehilangan elan vital justru di tangan gurunya sendiri. Apa yang harus dilakukan?

Bukan sekadar menegakkan peraturan yang dapat memberi sanksi pelanggar atau penghargaan kepada yang berprestasi, namun perlu dimulai kembali membahas dan menelaah sistem rekrutmen guru.

Dulu ada Sekolah Pendidikan Guru (SPG) sebagai sekolah kejuruan tingkat menengah atas yang khusus menggembleng para calon pendidik. Mereka dibekali teori, praktik, hingga karakter seorang guru. Begitu juga Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), sebuah perguruan tinggi tempat para calon guru dipersiapkan untuk mengelola pendidikan yang bermartabat. Ada baiknya, pemerintah ikut melihat kembali lembaga rekrutmen guru di Indonesia, sebelum segalanya diserahkan kepada sosok yang bukan ahlinya. (Abu Mufadhdhal)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *