Artikel
Fatimah Az Zahra a.s. dalam Surat Al-Kautsar
Ditulis dalam Tafsir Al-Mizan, Allamah Thabathaba’i mengatakan bahwa para Mufasir mempunyai banyak perbedaan pendapat dalam memaknai ‘Kautsar’. Dalam tafsirnya Allamah menukil 14 makna. Beberapa di antaranya adalah sebagian mufasir menafsirkan dengan keturunan yang banyak, ada juga yang memaknai nikmat yang banyak, sebagian lagi menafsirkan kautsar sebagai telaga di surga. Ada juga yang menafsirkanya dengan para sahabat dan pengikut sampai hari kiamat lalu makna ayat pun menjadi, ‘Kami memberikan kamu para sahabat dan pengikut sampai hari kiamat’.
Namun Allamah menulis bahwa makna ‘keturunan yang banyak’ lebih sesuai dengan makna Kautsar. Beliau berdalil dengan melihat ayat selanjutnya yaitu “Inna syaniaka huwal abtar” yang artinya bahwa “sesungguhnya, musuh-musuh mu-lah yang terputus (keturunannya).”
Jadi ketika Kautsar dimaknai selain ‘keturunan yang banyak’ misalnya dengan telaga di surga maka hubungan ayat akan terputus dan hubungan makna ayat menjadi rancu. Ia akan menjadi “Sesungguhnya Kami telah memberi mu telaga (di surga), maka shalatlah untuk Tuhan mu dan berkurbanlah. Sesungguhnya musuh-musuh mu lah yang terputus.” Apa hubungan telaga dengan terputusnya musuh-musuh? Akan tetapi ketika kautsar dimaknai dengan keturunan yang banyak maka hubungan antara ayat satu dengan yang lainnya akan terjalin.
Selain itu terdapat banyak riwayat yang menjelaskan bahwa surah ini turun berkenaan tentang musuh-musuh Nabi yang mengolok-olok beliau dengan mengatakan bahwa beliau tidak akan mempunyai keturunan. Karena pada waktu itu dua putra Nabi yakni Qasim dan Abdullah meninggal dunia. Maka dari itu, setiap Mufasir dianggap keliru apabila memaknai Kautsar selain dengan makna keturunan yang banyak. (Tarjumeh-ye Al-Mizan, jild 20, hal 640)
Selanjutnya, pertanyaannya adalah siapa mishdaq dari Kautsar? Yang mana keturunan dan dzuriyat Nabi saw bisa terhubung hingga sekarang. Tidak lain bahwa Kautsar adalah Sayyidah Fathimah Az-Zahra as. Tidak diragukan bahwa melalui Sayidah Fathimah lah keturunan Nabi saw bisa terhubung hingga saat ini dan bukan hanya menjaga keturunan Nabi, akan tetapi beberapa putra-putra Fathimah as yang terpilih menjadi Imam telah menjaga Islam murni sampai saat ini. (Sutia)