Berita
Diskusi Pojok Gus Dur Jepara: Ziarah, Merawat Jejak Sejarah
Pojok Gus Dur, sebuah forum diskusi mingguan untuk menggali pemikiran-pemikiran KH. Abdrurrahman Wahid (Gus Dur), digelar di kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara. Diskusi dengan tema “Ziarah, Merawat Jejak Sejarah” berlangsung di halaman Masjid Arrobaniyyin kampus UNISNU Jepara, Selasa sore 28 November 2017.
Ustad Muhammad Ali, Sekretaris DPD ABI Jepara menjadi pemantik diskusi yang berlangsung dua jam itu. Menurutnya, Gus Dur dalam riwayat hidupnya adalah orang yang biasa melakukan ziarah kubur. Gus Dur pernah di Mesir dan lama di Irak, dan di Irak banyak tempat-tempat yang biasa diziarahi.
Lebih lanjut dijelaskan, ziarah yang dilakukan Gus Dur bukan sekedar mengunjungi kuburan semata. Setidaknya, ada tiga hal pokok dari ziarah yang dilakukan. Pertama mengenal tokoh yang diziarahi, kedua mengenal peranan para tokoh dalam mengubah sejarah, dan ketiga adalah konteks religi, yaitu mendekatkan diri kepada Allah melalui orang-orang yang dekat dengan Allah, yaitu Nabi dan Keluarga Sucinya.
“Saya terharu ketika berada di gerbang haram (makam) Imam Ali dan Imam Husain. Ada salam kepada Rasulullah dan keluarganya. Seakan-akan kita memang sedang mengunjungi rumah kenabian. Sedang mengetuk pintu Nabi dan meminta ijin untuk masuk,” kata ustad Ali yang baru saja pulang dari ziarah Arbain Imam Husain di Irak kemarin.
“Ada banyak kesamaan amalan antara NU dan Syiah, di antaranya sama-sama melakukan ziarah dan merawat makam para wali dan orang-orang sholeh jaman dahulu,’ kata pengajar di Pesantren Darut Taqrib Jepara itu.
Di Syiah, lanjutnya, makam para Imam dan tokoh-toko penting dibangun megah dan dirumat dengan baik. Kubahnya berlapis emas dan bangunannya sangat luas. Mereka menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah dan liburan keluarga (wisata religi) sekaligus. Masjid dan halaman yang begitu luas akan tampak dipenuhi jamaah ketia waktu-waktu shalat tiba.
“Konsep tawasul yang ada di Syiah maupun Ahlu Sunnah, begitu hidup. Mereka meyakini bahwa yang diziarahi adalah para syuhada yang akan tetap hidup di sisi Tuhannya, dan akan memberi syafaat bagi umat manusia. Sehingga para peziarah meminta kepada Allah (dengan bertawasul) melalui para Imam dan para Wali yang mereka ziarahi,” katanya.
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (QS. Ali ‘Imran Ayat 169)
Kemudian ustad Ali bercerita tentang perjalanan ziarah Arbain (memperingati 40 hari kesyahidan Imam Husain) yang ditempuhnya selama empat hari di Irak. Perjalanan kaki sejauh 90 km itu dimulai dari makam Imam Ali di Najaf sampai ke makam Imam Husain di Karbala.
”Selama perjalanan itu, jutaan orang dari berbagai negara berjalan kaki
menapak tilas, menyelami nilai-nilai sejarah perjuangan Imam Husain. Perjuangan berat yang dilakukan cucunda Nabi Muhammad Saw itu dimulai dari Madinah hingga menemui kesyahidannya di padang Karbala, Irak demi menjaga cahaya Islam agar tetap bersinar hingga saat ini. Sebuah megatragedi itu tak berhenti dengan syahidnya Imam Husain. Setelahnya, Sayyidah Zainab (adik Imam Husain) ditawan dan diarak dari Karbala Hingga Suriah bersama beberapa wanita dan anak-anak,” kata ustad Ali yang juga aktif dalam diskusi Kamisan Gusdurian Jepara itu.
Selama empat hari perjalan itu, lanjutnya, para peziarah dijamu oleh penduduk sekitar. Mereka menyediakan makanan, minuman dan tempat tidur secara gratis. Bahkan, di situ juga tersedia tukang pijit dan penyemir sepatu.
“Ini adalah perjalanan cinta,” katanya dalam sesi tanya jawab dengan peserta. “Sebelumnya selama ini kita hanya membaca jejak sejarah mereka, memupuk cinta, memendam rindu, sehingga hanya cukup mengucap salam dari kejauhan. Tapi sekarang kita tepat berada di hadapan makam mereka. Maka tumpah ruahlah cinta dan rindu yang terpendam selama ini. Tak terbayang bagaimana cinta dan rindu itu di hadapan makam Sang Nabi Saw suatu saat nanti?.”
“Saya berdoa di hadapan makam cucunda Nabi, Imam Husain, agar suatu saat teman-teman semua juga bisa menziarahai mereka,” pungkasnya.
Diskusi yang diinisiasi oleh aktivis Gusdurian Jepara ini diikuti oleh Mahasiswa-mahasiswi UNISNU Jepara. (Muh/MZ)