Artikel
Catatan Perjalanan Ziarah Arbain Imam Husain as: Refleksi atas Diri di Hadapan Al-Haq
Dalam penggalan pernyataan Imam Husain a.s. di Karbala, Imam Husain berkata, “Sungguh manusia adalah hamba dunia dan agama hanya ada dalam lisan-lisan mereka yang dikemas dengan apik demi kepentingan duniawi mereka sendiri. Lihatlah..! Apakah kalian tidak memperhatikan kebenaran yang tidak dilakoninya dan kebatilan yang tak kunjung ditinggalkannya? Dengan modal itukah seorang Mukmin berharap untuk berjumpa dengan Allah? Sesungguhnya aku tidak melihat kematian kecuali kebahagiaan dan hidup bersama orang-orang zalim kecuali kehinaan”.
Ooo… Duhai Imamku…. di hadapanmu aku bawa diri ini…! Dan kini aku telah kembali setelah aku berdiri di hadapanmu mengucap janji setia bahwa aku pengikut dan pecintamu yang setia…
Wahai diriku…Wahai diriku…Wahai diriku yang telah kembali dari perjalanan Arbain dari Najaf hingga Karbala. Bagaimana kabarmu wahai diriku?
Wahai diriku yang telah berpeluh keringat dan debu menyusuri jalan panjang menuju Karbala… Apa yang telah engkau perbuat untuk shalatmu? Bukankan shalat adalah tiang agama? Bukankah kematian Al-Husain demi tegaknya Tiang Agama..?!
Wahai mataku yang telah menangis ketika memandang Pusara Suci Aba Abdillah, bagaimana nasibmu setelah jauh dari pusara suci beliau a.s.? Apakah mata ini masih memandang huruf-huruf dalam Kitabullah Al-Quran lebih sering dibandingkan sebelumnya?
Wahai diriku yang telah berdiri di Pusara Duci Aba Abdillah a.s. sambil meneriakan “Labbaika Ya Husain” menyambut panggilan beliau yang suci, apakah aku menghindar ketika ada panggilan khidmat di jalan Aba Abdillah a.s.?
Wahai diriku… Apa yang telah engkau lakukan terhadap kedua orangtua yang melahirkan? Padahal saat di Pusara Suci Aba Abdillah dikau meneriakan, Demi Ayah Ibuku..!
Wahai tanganku yang telah menyentuh Pusara Suci Aba Abdillah a.s., maukah mengangkat orang sekitarmu yang terpuruk dalam kesulitan?
Wahai kakiku yang melepuh dan letih berjalan menuju pusara Aba Abdillah, apakah kaki ini akan terus melangkah di Jalan Kebaikan?
Wahai diriku yang meneriakan Pantang Hina di hadapan Pusara Aba Abdillah a.s.! Mampukah berdiri tegak di hadapan para Tirani?
Wahai diriku ….Apakah engkau masih memandang strata kedudukan kepada sesama padahal engkau telah berdiri di hadapan Aba Abdillah a.s. tanpa perbedaan?
Wahai diriku yang bersimpuh di hadapan Pusara Abbas… Apakah engkau siap seperti layaknya Abbas yang berkorban demi memenuhi kebutuhan saudaranya?
Wahai diriku… Wahai jiwaku….. Wahai akalku… Wahai egoku….Sadarlah…
Takutlah wahai diriku…Dan saksikan dengan sebenar- benarnya kesaksian Bahwa Al-Husain itu ada ….Janganlah engkau berpaling dari jalan Aba Abdillah. Wahai diriku….Sadarlah wahai diriku akan baiat di hadapan Pusara Al-Husain…!
Oh diriku… Selamatkah diri ini hingga kelak kita berjumpa Pemilik Pusara Suci itu di kehidupan yang akan datang….?
Sungguh getir dan pedih jiwa ini ya Aba Abdillah, memikirkan nasib diri agar istiqamah di atas janji setia yang pernah terbersit di hati ketika berdiri di altar Baynal Haramain.
Ya Aba Abdillah kami ingin seperti Burair Sahabatmu, Qari kota Kufah yang menyahuti panggilanmu sambil berkata, “Wahai Putra Rasulullah, sesungguhnya adalah sebuah kenikmatan bagi kami bisa berdiri di samping/di hadapanmu dan berperang bersamamu, walaupun jasad-jasad kami akan hancur tercabik-cabik oleh pedang musuh. Bagi kami cukuplah kakek Anda sebagai pemberi syafaat kepada kami di hari kiamat.” (Abu Mustafa)