Berita
Celaka bagi Orang yang Lalai terhadap Salatnya
Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya.
(فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ)
Dalam ayat ini Allah menyebut orang-orang yang celaka adalah yang lalai terhadap shalatnya bukan yang lalai di dalam shalatnya. Atau dalam bahasa arab Allah menyebutkan
الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
Bukan
الَّذِينَ هُمْ في صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
Kenapa demikian?
Kita harus bersyukur karena Allah tidak menyebut celaka kepada orang-orang yang lalai di dalam shalatnya. Karena kita sendiri merasakan bahwa ketika takbir telah terucap, pikiran sudah tidak fokus lagi kepada shalat.
Tiba-tiba teringat hutang seseorang yang belum dibayar, ingin pergi keluar kota dan berbagai masalah tiba-tiba memenuhi pikiran. Bahkan sering kita lupa jumlah rokaat karena memikirkan hal lain diluar shalat.
Imam Ja’far As-Shodiq pernah ditanya apakah arti lalai dalam ayat ini? Apakah yang dimaksud adalah was was atau keraguan dalam shalat? Imam menjawab,
“Tidak. Jika itu yang dimaksud maka banyak orang yang tidak bisa melewatkannya. (Arti lalai dalam ayat ini) adalah tidak memperhatikan waktu shalat dan menunda-nunda untuk melaksanakannya.”
Jika yang celaka dalam ayat ini adalah orang yang lalai di dalam shalat, berapa banyak orang yang akan celaka?
Tentu hampir semua orang merasakan gangguan dalam shalat sehingga ia lalai. Namun yang dimaksud dalam ayat ini adalah mereka yang meremehkan waktu shalat. Menunda-nunda ketika ingin melaksanakannya. Mendahulukan urusan lain daripada shalatnya. Merekalah orang yang shalat namun celaka, kata Allah swt.
Padahal, sifat malas untuk shalat dan mengulur-ulur waktunya adalah sifat orang-orang munafik. Allah berfirman,
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُواْ إِلَى الصَّلاَةِ قَامُواْ كُسَالَى يُرَآؤُونَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُونَ اللّهَ إِلاَّ قَلِيلاً -١٤٢-
“Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang Menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud ria (ingin dipuji) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit sekali.” (An-Nisa’ 142)
Masalah mengulur waktu memang sudah menjadi penyakit yang merata. Setan tidak akan tinggal diam dan berusaha membuat shalat menjadi beban yang begitu berat. Tapi kita harus selalu sadar bahwa menunda waktu shalat sama saja mengundang celaka. Imam Ali bin Abi Thalib pernah berpesan,
“Tidak ada amalan yang lebih dicintai Allah melebihi shalat. Maka janganlah kalian disibukkan dengan urusan dunia sehingga melalaikan waktunya. Karena Allah mencela suatu kaum dalam firman-Nya (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya yaitu mereka yang meremehkan waktu shalat.”
Bukankah kita merasa tidak enak ketika harus meninggalkan tamu saat waktu shalat tiba? Bukankah kita sering menunda shalat karena takut melewatkan acara di tv? Bukankah kita sering mengakhirkan waktu shalat karena takut bisnis kita akan gagal jika pembicaraannya terputus?
Imam Ja’far pernah ditanya, bagaimanakah lalai terhadap shalat itu? Beliau menjawab,
“Ketika seorang mendahulukan urusan dunianya atas urusan akhiratnya.”
Padahal mereka adalah orang-orang yang shalat, tapi sayang sekali Allah menyebut mereka orang-orang yang celaka. Tidakkah kita ingat Rasulullah saw di akhir hayatnya berpesan, “Umatku umatku… Jagalah shalat…” Bahkan beliau pernah bersabda,
“Kelak tidak akan mendapat syafaatku, orang yang meremehkan (waktu) shalat.”
Kenapa memperhatikan waktu shalat itu begitu penting?
Karena ketika kita meremehkan waktu shalat, kita telah meremehkan sesuatu yang paling dicintai Allah swt. Dan meremehkan sesuatu yang paling dicintai Allah sama saja meremehkan Allah swt. Bukankah kita akan bangun lebih pagi jika ada janji dengan orang yang penting bagi kita? Kita akan berangkat lebih awal agar jangan sampai terlambat menemuinya. Akankah Allah lebih rendah dibandingkan manusia termulia sekalipun?
Sumber: Khazanahalquran.com