Berita
Kisah Iblis dan Ketabahan Nabi Ayyub a.s.
Allah Swt. Berfirman,
Dan Ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika dia menyeru Tuhannya, “Sesungguhnya aku diganggu setan dengan kepayahan dan siksaan” (QS Shad {38}: 41).
Nabi Ayyub a.s. adalah putra Amus ibn Tahir ibn Rum ibn Ayis ibn Ibrahim. Allah melimpahkan kekayaan yang besar kepadanya: ternak, uang, dan tanah. Selain itu, Allah juga mengaruniakan kepadanya banyak keturunan lelaki dan perempuan.
Nabi Ayyub a.s. adalah orang yang takwa kepada Allah, penuh kasih sayang kepada kaum miskin, mengulurkan bantuan kepada janda dan anak yatim, serta ramah-tamah kepada tamu. Nabi Ayyub suka membantu musafir, dan sangat bersyukur atas semua nikmat Allah yang diberikan kepadanya, menyusul perintah-perintah-Nya berkaitan dengan semua itu. Nabi Ayyub ternyata merupakan musuh berat Iblis, karena Nabi Ayyub meskipun dianugerahi berlimpah kekayaan, tetap tak mau arogan, tak mau angkuh, tak mau bersuka ria, dan tak mau melalaikan perintah-perintah Allah.
Ada tiga orang yang beriman kepada Nabi Ayyub, dan ketiga orang ini tahu kebajikan-kebajikan Nabi Ayyub a.s., seorang lelaki dari Yaman bernama Eleifen, dan dua lelaki dari negeri Nabi Ayyub sendiri: yang pertama bernama Malik, dan yang kedua bernama Zafir. Kedua orang ini sudah mencapai usia matang dan kearifan.
Jibril memiliki status yang dekat dengan Allah. Jibril mendapat tugas mencatat pernyataan setiap orang. Maka dari itu, ketika seorang hamba Allah memuji Tuhannya, pujiannya akan dicatat terlebih dahulu oleh Jibril, baru kemudian oleh Mika’il dan malaikat-malaikat di sekitarnya yang dekat dengan Allah dan berada di seputar Arsy. Jika kata-kata pujian itu tersebar di kalangan malaikat yang dekat dengan Allah, malaikat-malaikat yang ada di langit akan diminta mendoakan orang yang mengucapkan kata-kata pujian kepada Allah Swt., dan bila dia didoakan para malaikat yang ada di langit, Jibril akan menyuruh para malaikat yang ada di bumi untuk mendoakannya juga.
Iblis tak pernah dilarang untuk berada di mana pun di tujuh langit. Iblis dapat mendekati Nabi Adam dan berhasil mengeluarkan Nabi Adam dari surga.
Ketika Allah Swt. membawa Isa ke langit, Iblis tak dibolehkan memasuki langit keempat. Karena itu Iblis membuat rencana jahatnya di tiga langit pertama. Namun ketika Allah mengutus Muhammad Saw. sebagai rasul-Nya, Iblis dilarang mendekati ketiga langit itu juga. Iblis dilarang mendekati langit sampai Hari Kebangkitan.
… kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang (QS Al-Hijr {15}: 18).
Iblis mendengar betapa para malaikat prihatin dan mendoakan Ayyub setiap kali Allah menyebut nama Ayyub dan memujinya. Iblis pun menjadi dengki dan iri hati. Karena itu, Iblis segera naik dan berdiri di tempat dia biasa berdiri untuk mengajukan permohonan kepada Penciptanya.
Iblis berkata, “Wahai Tuhan, aku telah menyelidiki urusan hamba-Mu Ayyub, dan aku tahu ternyata dia adalah seorang hamba yang mendapat anugerah dari-Mu, dan dia pun bersyukur atas anugerah itu, dan Engkau memberinya kesehatan yang baik, dan dia pun memanjatkan pujian untuk-Mu atas kesehatan itu. Lalu aku perhatikan ternyata Engkau belum mengujinya dengan kesulitan dan kesengsaraan, sementara aku mampu mengujinya. Kalau Engkau menurunkan derita dan kesengsaraan kepadanya, tentu dia akan kafir kepada-Mu dan akan melupakan segalanya tentang-Mu.”
“Pergilah kepadanya, karena Aku telah beri engkau keleluasaan untuk berbuat apa saja terhadap hartanya,” Allah Swt. menjawab.
Iblis musuh utama Allah dan umat manusia, turun ke bumi dan menghimpun kekuaan dari setan-setan.
Iblis berkata kepada para setan, “Kekuatan dan pengetahuan apa yang kalian miliki, karena aku telah diberi keleluasaan untuk melakukan sesuatu terhadap kekayaan Ayyub? Sirnanya kekayaan yang dimiliki seseorang sungguh merupakan seburuk-buruk bencana baginya, dan sungguh merupakan ujian yang tak mungkin dapat dihadapi oleh manusia.”
Salah satu setan yang tangguh berkata, “Aku mampu mengubah diriku. Kalau aku mau, aku bisa menjadi topan api yang akan melahap apa saja yang ada di hadapannya.”
Iblis berkata kepada setan itu, “Pergilah dan bakarlah unta-unta Ayyub beserta gembala-gembalanya juga.” Lalu setan itu berangkat, dan mendekati unta-unta Nabi Ayyub yang baru mulai merumput. Tiba-tiba orang merasakan bumi di bawah mereka meledak menjadi gelombang api yang tertiup angin dan membakar siapa saja yang ada di hadapannya. Setan itu terus berbuat demikian sampai semuanya terbakar, termasuk gembala-gembalanya juga.
Setelah setan itu selesai dengan pekerjaannya, Iblis lalu menjelma menjadi gembala utama unta-unta Nabi Ayyub dan mencari Nabi Ayyub. Iblis menemukan Nabi Ayyub tengah berdiri dalam shalat.
Iblis yang berubah wujud menjadi gembala utama itu berkata kepada Nabi Ayyub, “Wahai Ayyub!”
“Ada apa?”
“Apakah Tuan tahu apa yang telah dilakukan Tuhan yang Tuan sembah dan puja terhadap unta-unta Tuan beserta gembala-gembalanya sekalian?”
“Semua itu adalah kekayaan-Nya yang dipinjamkan kepadaku, dan Dia lebih patut memiliki semua itu daripada aku. Kalau Dia menghendaki, Dia bisa serahkan kekayaan semacam itu (untuk aku nikmati), atau Dia bisa saja mengambilnya. Aku yakin dan senang dengan keyakinanku bahwa aku dan segala yang aku miliki pasti akan mati dan binasa.”
“Tuhanmu telah mengirimkan api untuk membakar semuanya itu dari langit, dan prang-orang pun heran dan bingung melihat kejadian itu. Sebagian orang itu mengatakan, ‘Sesungguhnya Ayyub tidak melakukan ibadah apa-apa, dia hanyalah seorang yang angkuh,’ sementara sebagian lain mengatakan, ‘Kalau Tuhan yang Ayyub sembah kuasa melakukan apa saja, semestinya Dia mencegah pembakaran unta-unta milik hamba-Nya itu.’ Ada lagi yang mengatakan, ‘Namun, Dialah yang melakukan semua ini untuk menyenangkan musuh Ayyub dan untuk membuat sedih sahabat Ayyub.’”
“Segala puji bagi Allah,” ucap Ayyub, “Yang telah menganugerahiku, dan bila Dia menghendaki, Dia akan mengambilnya dariku. Dalam keadaan tak berpakaian aku keluar dari rahim ibuku, dan dalam keadaan tak berpakaian pula aku akan kembali ke kubur, dan dalam keadaan tak berpakaian juga aku akan dikembalikan kepada Tuhanku. Kamu tak boleh bersukaria bila Allah meminjamkan sesuatu kepadamu, juga jangan sedih hati kalau Dia mengambil kembali apa yang dipinjamkan-Nya kepadamu, karena Dia lebih berhak daripada engkau berkenaan dengan dirimu sendiri dan segala sesuatu yang telah Dia berikan kepadamu. Jika Allah tahu ada kebaikan dalam dirimu, wahai hamba-Nya, Dia akan mencabut ruhmu seperti Dia mencabut ruh orang lain dan menjadikanmu syahid di antara para syahid. Tetapi Dia tahu bahwa ada keburukan dalam dirimu, karena itu Dia tangguhkan pengujian terhadapmu, dan Dia bebaskan engkau dari kesengsaraan sebagaimana butur padi yang bagus kualitasnya dipisahkan dari yang lainnya.”
Setelah mendengar semua itu, Iblis kembali kepada pengikutnya dengan membawa kekecewaan dan merasa terhina. Iblis berkata kepada pengikutnya, “Kekuatan dan pengetahuan apa lagi yang kalian miliki, karena aku telah gagal membuat Ayyub marah!”
Salah satu pengikut Iblis yang perkasa berkata, “Aku memiliki kemampuan, kalau aku mau, untuk melepaskan pekikan yang tak akan didengar siapa-siapa kecuali ruhnya akan meninggalkan raganya.”
Iblis berkata kepadanya, “Pergilah kepada ternaknya dan binasakan semuanya, termasuk juga gembala-gembalanya.” Lalu setan perkasa ini melesat pergi dan mendatangi ternak-ternak Ayyub. Setan ini berdiri di tengah ternak-ternak itu dan memekik sehingga semua ternak beserta gembalanya mati seketika. Iblis kemudian pergi menemui Ayyub. Kali ini Iblis menjelma sebagai penanggungjawab gembala. Saat itu Ayyub tengah berdiri dalam shalat. Iblis mengatakan kepada Ayyub apa yang pernah dikatakan sebelumnya. Jawaban Ayyub tetap sama saja. Iblis kembali lagi kepada kaumnya dan berkata, “Daya apa lagi yang kalian miliki? Aku belum berhasil membuat hati Ayyub sedih.”
Salah satu setan mengatakan, “Aku punya kemampuan. Kalau aku mau, aku bisa mengubah diriku menjadi badai yang mampu membuat segala yang kutemui tidak lagi ada fungsinya.”
Iblis berkata kepada setan itu, “Kalau begitu, pergilah ke tanah-tanah milik Ayyub, dan kerjakan apa yang engkau bisa.” Lalu setan itu pun berangkat menuju salah satu tanah milik Ayyub. Sesampai di tanah itu, setan melihat anak-anak petani tengah bermain. Sebelum anak-anak itu menyadari kedatangan si setan, tiba-tiba datang badai yang membuat kering semua yang dilewatinya seakan-akan segalanya memang kering sejak dulu. Kali ini Iblis datang kepada Ayyub dengan menjelma sebagai penanggung jawab tanah. Iblis melihat Ayyub tengah berdiri dalam shalat. Iblis berkata kepada Ayyub seperti kali pertama dia bicara kepada Ayyub, dan jawaban Ayyub pun seperti kali pertama Ayyub menanggapi perkataan Iblis. Iblis terus saja memorakporandakan kekayaan Ayyub satu demi satu, sampai akhirnya sirna seluruh harta Ayyub.
Kapan pun Nabi Ayyub tahu tentang kehancuran salah satu kekayaannya, dia memanjatkan pujian kepada Allah dan mengagungkan-Nya. Nabi Ayyub a.s. memperlihatkan bahwa dirinya dapat menerima takdirnya. Ketetapan hatinya untuk tabah dan sabar semakin kuat saja, sampai tak ada lagi kekayaan yang tersisa baginya.
Setelah melihat dirinya telah menghancurkan semua kekayaan Nabi Ayyub tanpa berhasil menggodanya, Iblis merasa sangat jengkel dan gemas sekali. Iblis segera naik ke langit dan berdiri di tempat dia biasa memohon.
Iblis berkata, “Ya Tuhan, Ayyub berpandangan bahwa selama Engkau memberinya kesehatan yang baik dan keturunan, itu sudah merupakan kekayaan baginya. Maka dari itu, apa apakah Engkau memberikan keleluasaan kepadaku untuk menggarap keturunannya, karena hal itu merupakan cobaan yang dapat membuat manusia jadi tersesat dan tak dapat disikapi dengan sabar oleh manusia?”
“Pergilah, karena Aku beri engkau keleluasaan untuk melakukan sesuatu terhadap keturunannya,” Allah Swt. menjawab.
Iblis lalu pergi ke rumah besar yang menjadi tempat tinggal keluarga Ayyub. Iblis kemudian membalikkan rumah besar itu. Setelah itu Iblis pergi menemui Ayyub. Kali ini Iblis menjelma sebagai penasihat yang mengajarkan kepada keluarga Ayyub tentang kearifan. Iblis memperlihatkan kepada Ayyub kepalanya yang terluka dan darah mengalir di kepala.
Iblis yang menjelma itu bercerita tentang apa yang terjadi, lalu menambahkan, “Wahai Ayyub, kalau saja Anda menyaksikan langsung cedera yang diderita anak-anakmu, jungkir baliknya rumah besar itu, bagaimana kondisi penghuni rumah besar itu, dan bagaimana darah serta otak mereka keluar melalui lubang hidung dan mulut …, kalau saja Anda melihat kondisi perut mereka yang berserakan …, tentu hati Anda akan terasa hancur berkeping-keping …!”
Iblis terus berkata demikian sampai hati Ayyub jadi lunak; Ayyub kemudian menangis, mengambil segenggam debu dan diusapkan di kepala, dan pada saat itulah Iblis memanfaatkan kesempatan untuk segera naik dengan membawa kabar tentang ketidaksabaran Ayyub.
Iblis merasa senang melihat Ayyub pada akhirnya mengalami kehancuran hati. Ayyub a.s. segera sadar, lalu merenungkan kondisinya. Kemudian Ayyub mohon ampun kepada Allah, dan tetap merasa bersyukur kepada Allah.
Kedua malaikat yang bertugas menemani Ayyub lebih cepat datang kepada Allah daripada Iblis, dan Allah tahu persis apa yang terjadi. Iblis pun kecewa, merasa terhina, dan berkata, “Ya Tuhan, kekayaan dan anak-anak itu penting artinya, kenapa jadi tak begitu penting di mata Ayyub, apakah itu karena dia tahu bahwa Engkau mengizikannya untuk menikmati hidup, bahwa Engkau selalu dapat mengembalikan harta dan anak-anaknya kepadanya? Lantas apakah Engkau akan izinkan dan memberiku keleluasaan untuk melakukan sesuatu terhadap jiwa dan raga Ayyub, karena aku dapat membuktikan kepada-Mu bahwa jika Engkau uji dia dengan raganya, dia akan melupakan-Mu, tidak beriman lagi kepada-Mu, dan tak lagi mensyukuri nikmat yang Engkau berikan kepadanya?”
“Pergilah, karena Aku telah izinkan engkau untuk melakukan sesuatu terhadap semua bagian tubuhnya, tetapi engkau tidak punya wewenang atas lidah, hati, atau jiwanya.”
Allah lebih tahu daripada siapa saja sehingga kalau Dia mengizinkan Iblis untuk leluasa melakukan sesuatu terhadap Nabi Ayyub, itu tak lain adalah agar menjadi sarana yang mendatangkan rahmat bagi Nabi Ayyub a.s., untuk memperbesar pahala baginya, dan menjadikannya sebagai teladan bagi semua orang yang tabah dan sabar serta pelajaran bagi orang-orang saleh bila ditimpa kesusahan agar mereka dapat mengikuti contoh ketabahan dan kesabaran Nabi Ayyub seraya berharap akan mendapat pahala.
Iblis, segera turun dan mendapati Nabi Ayyub tengah dalam posisi sujud. Sebelum Nabi Ayyub bangkit dari sujud, Iblis mendekati Nabi Ayyub dari tempat sujudnya, lalu memberikan tiupan ke dalam lubang hidung Ayyub sehingga tubuh Ayyub terbakar. Ayyub kebingungan, dari ujung kepala hingga ujung kaki ada bengkak-bengkak bernanah, dan menimbulkan rasa gatal yang tak tertahankan. Ayyub menggaruk tubuhnya dengan kuku sampai kuku tangannya tanggal.
Kemudian Ayyub menggaruknya dengan sepotong kayu sampai kayu itu pun patah, kemudian menggaruknya dengan batu bata dan batu kasar: Ayyub terus-menerus menggaruknya sampai dagingnya pun hancur, berubah warna dan mulai mengeluarkan bau busuk. Penduduk dusun mengusirnya keluar dari dusun, dan membuangnya di tempat pembuangan sampah, lalu membuatkan gubuk baginya di sana.
Tak ada yang peduli dengan nasib Nabi Ayyub a.s., kecuali istrinya yang bernama Rahmah binti Ifrathim ibn Yusuf ibn Ya’qub a.s. Sekalipun mendapat musibah seperti ini, Nabi Ayyub tetap saja selalu menyebut nama Allah Swt., memanjatkan pujian bagi-Nya, dan tabah serta sabar menghadapi musibah. Kemudian Iblis memanggil sekelompok setan yang datang dari setiap penjuru bumi karena merasa kecewa ternyata Nabi Ayyub luar biasa tabah dan sabar.
Setelah berada di sekeliling Iblis, setan-setan itu bertanya kepada Iblis, “Apa yang Anda butuhkan?!”
“Hamba Allah ini membuatku kehabisan akal. Aku telah meminta Tuhanku supaya memberiku keleluasaan untuk berbuat sesuatu atas harta dan anak-anaknya. Aku pun telah membuatnya tidak berharta dan tidak memiliki anak lagi, tetapi semua itu justru membuatnya semakin tabah dan sabar serta memuji Allah. Kemudian aku mendapat wewenang untuk berbuat sesuatu atas tubuhnya, dan aku buat dia tampak seperti kucing yang dibuang di tempat sampah, dan tak ada seorang pun yang peduli nasibnya kecuali istrinya, dan Tuhanku sekarang tahu seperti apa aku ini! Kini aku butuh bantuan kalian untuk menghadapinya.”
“Di mana rencanamu, di mana pengetahuanmu, yang dengan keduanya ini engkau hancurkan generasi-generasi silam?” tanya mereka.
“Semua itu tak efektif untuk menghadapi Ayyub. Maka dari itu, sampaikan saran kalian.”
Mereka berkata, “Kami sarankan engkau goda dia seperti engkau menggoda Adam, karena ketika itu engkau sukses membuat Adam diusir dari surga; dari mana engkau dekati dia?”
“Dari Istrinya.”
Setan-setan berkata,”Kalau begitu, lakukan pula terhadap Ayyub. Goda dia dari istrinya karena Ayyub tak akan mampu menentang kehendak istrinya. Hanya istrinyalah yang mau mendekati dan peduli dengannya.”
Iblis setuju, lalu pergi mendatangi istri Nabi Ayyub yang saat itu tengah meminta sedekah. Iblis kali ini menjelma sebagai seorang lelaki. Kata Iblis kepada istri Nabi Ayyub, “Di manakah suamimu, wahai hamba Allah?”
“Di sana, tengah menggaruk-garuk boroknya, sementara ulat-ulat berpestapora menyantapi dagingnya,” jawab istri Nabi Ayyub.
Mendengar jawaban seperti itu dari istri Nabi Ayyub, Iblis semakin optimis. Itu menunjukkan bahwa istri Nabi Ayyub sudah tak sabar lagi menghadapi kondisi suaminya. Iblis membisikkan sesuatu kepada istri Nabi Ayyub, mengingatkan istrinya akan kehidupan enak dan kekayaan yang pernah dinikmatinya. Iblis mengingatkan istri Ayyub akan kerupawanan Ayyub dan betapa banyak sekali kesialan yang telah menimpa diri Ayyub dan betapa kondisi Ayyub sudah tak ada harapan lagi untuk pulih.
Isrti Nabi Ayyub meratap, dan Iblis pun tahu bahwa istri Nabi Ayyub sudah kehabisan kesabaran. Lalu Iblis memberinya seekor kambing dan berkata, “Mintalah kepada Ayyub agar menyembelih kambing ini demi aku, maka dia akan sembuh.”
Kemudian dia mendatangi suaminya dengan berteriak-teriak, lalu berkata kepada Nabi Ayyub, “Wahai Ayyub, sampai kapan lagi Tuhanmu akan berhenti menyiksamu dan berbelas kasih kepadamu? Di mana harta kita sekarang? Di mana ternak-ternak kita? Ke manakah anak-anak dan teman-teman kita? Kemanakah raibnya kerupawananmu? Segalanya sudah berubah dan menjadi abu…, dan di manakah gerangan tubuhmu yang sehat itu? Engkau hancur begini, sementara ulat-ulat tengah menyantapi tubuhmu! Sembelihlah kambing ini atas namnya (atas nama si pemberi kambing)!”
Nabi ayyub a.s menjawab, “Musuh Allah telah mendekatimu dan meniupkan napasnya ke dalam dirimu, dan engkau pun menanggapinya! Celakalah dirimu! Apakah engkau sadar betapa sekarang ini engkau merengek minta dikembalikan harta, anak-anak, dan kesehatan? Siapakah yang memberikan semua itu kepada kita?”
“Allah,” jawab istrinya.
“Berapa lama dia telah mengizinkan kita menikmati semua itu?” tanya Nabi Ayyub.
“Delapan puluh Tahun.”
“Baru berapa lama Allah menguji kita dengan cobaan seperti ini?”
“Baru tujuh tahun.”
“Kalau begitu, celaka engkau! Demi Allah, dirimu sudah berlaku tidak adil terhadap Tuhanmu! Kenapa tidak sabar menghadapi penderitaan ini? Demi Allah, jika Allah menyembuhkanku, akan aku dera engkau seratus kali karena menyeruhku menyembelih sesuatu bukan atas nama Allah. Makanan serta minuman yang akan engkau bawakan untukku akan jadi haram bagiku. Aku tidak boleh menikmati apa pun yang engkau bawakan untukku setelah engkau mengatakan seperti itu. Maka dari itu, pergilah dari hadapanku. Aku tak mau lagi melihat wajahmu.”
Setelah mengusir istrinya, Nabi Ayyub tak memiliki apa-apa untuk dimakan atau diminum, sedangkan dahulu istrinya yang bekerja demi membelikannya makanan.
Nabi Ayyub a.s bersujud kepada Allah, dan berkata,
“Ya Tuhan, penyakit telah menimpaku… (QS Al-Anbiya’ [21]: 83).
Kemudian Nabi Ayyub menyerahkan urusannya kepada Tuhannya seraya mengatakan,
“…Padahal engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua penyayang” (QA Al-Anbiya’ [21]: 83).
Nabi Ayyub a.s akhirnya diperintahkan untuk mengangkat kepalanya, karena doanya dikabulkan, dan diperintahkan untuk menghantamkan kakinya, dan dari tanah yang dihantam itu memancar air sejuk untuk mandi dan untuk minumnya, “Hentakkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum” (QS Shad [38]: 42), lalu Nabi Ayuub mandi dan minum dengan air itu.
Maka Kami pun kabulkan (doa)-nya, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya (QS Al-Anbiya’ [21]: 84).
Setelah itu, tak ada lagi tanda-tanda penyakitnya. Allah telah melenyapkan penyakitnya. Dengan minum air itu, semua penyakit di perutnya pun sirna pula. Sekarang Nabi Ayyub tampak sangat sehat, dan bahkan rupawan. Nabi Ayyub tampak sangat sehat, dan bahkan rupawan. Nabi Ayyub menengok ke kanan dan kiri, dan ia pun melihat bahwa Allah telah mengembalikan dua kali lipat semua yang pernah hilang darinya.
Lalu Nabi Ayyub keluar dan duduk dengan sikap terhormat, sementara istriya terus bertanya-tanya apakah tega membiarkan Nabi Ayyub mati kelaparan. Nabi Ayyub tidak makan dan tidak minum apa-apa sejak ditinggalkannya. “Apakah Ayyub akan pergi entah ke mana, lalu dimakan hewan-hewan buas?” Tanya istrinya dalam hati.
“Demi Allah, aku harus kembali menengoknya,” kata si istri, dan si istri pun pergi menengok Nabi Ayyub. Kali ini si istri tidak melihat pemandangan yang selama bertahun-tahun dilihatnya. Segalanya tampak sudah berubah. Sembari menangis, dia terus memeriksa tempat itu, tempat timbunan sampah.
Nabi Ayyub menyaksikan semua ini. Istrinya melihat sesorang berpakaian amat bagus, lalu bertanya kepada orang itu tentang suaminya. Dan orang itu pun menyuruh seseorang untuk membawanya menemui suaminya, dan orang itu bertanya, “ Apa yang engkau inginkan, wahai hamba Allah?”
Si istri menangis, lalu mengatakan, “Aku menginginkan orang yang ditimpa kesusahan itu yang menjadi barang buangan di tempat sampah ini… aku tidak tahu ke mana perginya dia dan bagaimaana nasibnya.”
Ayyub a.s bertanya kepadanya, “kalau engkau bertemua dia, apa engkau masih mengenalnya?”
“Ya, Masih,” jawabnya.
Kemudian si istri terus-menerus memandanginya dengan terpesona…. beberapa lama kemudian dia mengatakan, “Kalau saja dia sehat, tentu dia akan tampak lebih bagus daripada makhluk Allah lainnya, yaitu sepertimu.”
Orang itu mengatakan,”Akulah Ayyub! Kamu dulu memintaku untuk menyembelih sesuatu atas nama Iblis. Tapi aku menanti Allah dan menentang setan, dan Allah telah mengembalikan kondisiku semula, seperti yang sekarang engkau saksikan.”
Penderitaan Ayyub berlangsung tujuh tahun. Ayyub dapat mengatasi Iblis, mengutuknya, dan membuat Iblis tak dapat mempengaruhi dirinya, Menurut sebuah riwayat, kemudian Iblis mendekati istri Ayyub. Kali ini Iblis mengendarai kereta. Belum pernah orang melihat kereta seperti itu. Iblis tampak mewah, berkuasa, beribawa. Perawakannya jauh lebih daripada orang biasa. Dia tampak rupawan dan agung. Begitu pula segala yang ada di sekitar Iblis. Iblis berkata kepada istrinya Ayyub, “Andakah istri Ayyub yang malang itu?”
“Betul,” jawab istri Ayyub.
“Anda kenal aku?” Tanya Iblis.
“Tidak,” jawab istri Ayyub.
“Akulah tuhan bumi, dan akulah yang membuat suamimu menjadi seperti itu, karena Ayyub menyembah tuhan langit dan tidak menyembahku, sehingga aku murka. Seandainya dia mau sujud kepadaku sekali saja, pasti akan aku kembalikan kepada kalian berdua segala kekayaan dan anak-anak yang sirna itu, karena kekayaan dan anak-anakmu itu ada bersamaku,” kata Iblis.
Iblis lalu memperlihatkan kepada istri nabi Ayyub semua kekayaan dan anak-anak mereka itu ada di bagian tengah lembah, “Kalau saja suaminmu mau menyantap makanan dengan tidak menyebut nama Allah, pasti akan sembuh dari penyakitnya. Kalau engkau mau, sujudlah kepadaku sekali saja, maka akan aku kembalikan semua anak dan kekayaanmu kepadamu, dan akan aku sembuhkan pula Ayyub.” Lalu istri Ayyub menemui suaminya dan menceritakan perkataan dan keinginan Iblis.
Ayyub berkata, “Musuh Allah itu mau menjauhkan engkau dari akidahmu.” (Kemungkinan terjadi sebelum tipuan Iblis yang memberi kambing supaya disembelih atas namanya).
Setelah segala upaya dan kerja keras Iblis sia-sia, sementara Rahmah dan Nabi Ayyub a.s telah bertemu, dikatakan bahwa Allah Swt. bermurah hati, ingin mengampuni Rahmah atas kesabarannya menghadapi kondisi Ayyub a.s yang begitu mengenaskan. Jasa dan perhatiannya terhadap suaminya tidak bisa diabaikan, maka Allah persatukan mereka kembali dan dia ringankan bebanya, serta membebaskan Ayyub dari sumpahnya (saat mengusir istrinya), Allah Swt, firmankan,
Dan ambillah dengan tanganmu seikat (rumput), lalu pukullah dengan itu (istrimu), dan janganlah engkau melanggar sumpah (QS Shad [38]: 44)
…Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan kami lipat gandakan jumlah mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah (Qs Al-Anbiya’ [21]: 84).
Sumber: Buku Perjumpaan dengan Iblis. Ditulis oleh Muhammad Syahir Alaydrus, diterbitkan Mizan Publishing 2013.