Berita
Habib Lutfi: Cinta Kepada Nabi Menguatkan Jiwa Bela Bangsa
Habib Lutfi bin Yahya mengajak ribuan santri untuk setia dan membela Negara Kesatuan Republik Indonesia pada Kamis malam, 27 Oktober 2016 di masjid Baiturrahman desa Tengguli, Jepara. Ajakan ulama kharismatik dari kota Batik Pekalongan ini disampaikannya pada acara Maulid Kebangsaan dalam rangka Hari Santri Nasional yang digagas PCNU Jepara.
Di awal ceramahnya, Habib Lutfi memaparkan alasan kenapa maulid Nabi Muhammad selalu diperingati.
“Karena kita perlu mahabbah, cinta kepada Nabi saw. Karena dengan beriringnya waktu, maulid yang selalu diperingati akan melahirkan cinta. Alasan kedua, di akhirat nanti kita akan ditanya sekaitan Rasulullah. Kenalkah kita dengan beliau dan sejauh mana kita mengikuti jejak langkahnya?”
Menurut pimpinan Jamiyah Ahlith Thoriqoh Al Mu`tabaroh An Nahdiyah (Jatman) ini, dengan mahabbah yang tertanam dalam diri akan mendasari seseorang cinta dengan bangsanya, dengan Tanah Airnya.
“Yang membuat jiwa manusia semakin kuat adalah cinta, karena cinta mendasari semua perilaku manusia,” tambahnya.
Sebagai sebuah bangsa, apabila kita tidak saling cinta akan membuka jalan musuh memanfaatkan kondisi kacau yang ada. Namun jika saling cinta terbina malah akan menutup kekurangan yang ada, dan bangsa kita akan kuat.
Habib Lutfi yang mulai berceramah jam satu tengah malam itu juga mengingatkan supaya mempelajari sejarah, baik sejarah Nabi dan keluarganya maupun sejarah bangsa Indonesia. Dalam sejarah tercatat bahwa binasanya suatu peradaban masa silam karena tidak adanya persatuan, terjadinya perebutan kekuasaan.
“Berkurangnya cinta kita kepada sejarah akan menjauhkan kita dari keluarga Nabi Muhammad dan keluarganya. Sekarang ini musuh menggunakan kalimat Syiah sesat agar kita jauh dari nabi dan keluarga nabi,” katanya berapi-api.
Namun sekarang, lanjut ulama yang juga budayawan ini, setiap kita menyebut sejarah Imam Hasan dan Imam Husein dicap sebagai Syiah. Cerita sejarah Imam Ali bin Abi Thalib dikatakan Syiah. Membawakan hadis-hadis tentang keutamaan Ahlulbait Nabi dianggap Syiah.
“Lama-lama dengan model stempel Syiah sesat seperti ini akan menghilang sejarah-sejarah keutamaan Nabi dan Keluarganya. Padahal sejarah Imam-imam Syiah adalah sejarah Islam yang ada dalam catatan kitab-kitab. Seperti sejarah Imam Ali bin Abi Thalib, Imam Hasan dan Husein, Imam Ali Zaenal Abidin, juga sejarah Muhammad al Bagir,” katanya.
Akhirnya, kaum Muslimin dilarang dan tidak berani mengungkap sejarah sepak terjang Keluarga Nabi karena akan distigma sebagai Syiah, hilanglah sudah kecintaan kaum Muslimin kepada Nabi dan Keluarganya. Begitu juga masyarakat enggan untuk mengungkap sejarah Wali Songo dan menziarahi makam-makam mereka, karena Wali Songo juga keturunan dari Imam-imam Syiah. Bahkan masyarakat tidak akan lagi melakukan maulidan dan tahlilan, karena dua amalan ini berasal dari Syiah.
“Saya wanti-wanti agar jangan mudah dipecah-belah karena akan memperlemah bangsa. Dan cara pertama memecah belah adalah dijauhkannya umat Islam dari Nabi, Ahlulbait dan para ulama.”
“Saat ini, musuh mengadu-domba Habaib dengan NU, ulama dengan para Habaib. Padahal Habaib tidak berari tanpa NU begitu juga NU kosong tanpa Habaib. Makanya, jika cinta kepada NU, ulama dan Habaib sudah melemah, akan memudahkan oknum-oknum musuh untuk menghancurkan bangsa Indonesia,” tegasnya.
Di akhir acara Habib Lutfi membaiat para santri untuk setia menjaga NKRI. NKRI harga mati dan bukan basa-basi. (Muh/Yudhi)