Berita
Potensi Pemudik Kembali ke Jakarta
Pemudik lebaran kembali berdatangan. Jakarta kembali menjadi sorotan. Sebagai Ibu Kota Indonesia dan pusat pemerintahan beberapa pemudik memanfaatkannya untuk mencari peruntungan. Ada pemudik kembali ke Jakarta sendiri. Namun, tak sedikit yang beramai-ramai. Sehingga menjadi salah satu penyebab urbanisasi. Ada yang migrasi ke Jakarta, ada pula yang sekadar tinggal sementara untuk mobilitas kerja.
Tentang hal ini ABI Press melakukan wawancara dengan Sekjen DPP Ahlulbait Indonesia, Ahmad Hidayat terkait potensi yang ada dari urbanisasi yang telah dan sedang terjadi di Jakarta. Berikut kutipannya;
Menurut Anda, apa yang menjadi daya tarik Jakarta bagi para pemudik?
Sebelumnya saya ucapkan selamat datang bagi pemudik maupun perantau. Jakarta kita ini kota penuh harapan, penuh cita-cita dan pusat pemerintahan ada di Jakarta.
Bukankah kota lain juga memiliki daya tarik serupa?
Setidaknya ada 4 hal menurut saya yang menjadi daya tarik lebih di Jakarta itu ialah;
1. Jakarta menjanjikan lapangan pekerjaan.
2. Jakarta mencerminkan kota peradaban.
3. Jakarta mencerminkan kota metropolis.
4. Jakarta miniatur dari pluralitas budaya, suku, dan bahasa bangsa Indonesia.
Selain tuntutan modal finansial dan keterampilan, adakah hal lain yang dapat menjadi modal bagi para pemudik yang ke Jakarta?
Yakni modal silaturahmi. Bawalah nilai-nilai silaturahmi yang dirajut untuk menjadi modal hidup di Jakarta. Silaturahmi tersebut tentunya dengan menjaga hubungan baik dalam komunikasi, hingga mewujudkan keamanan dan ketertiban sosial.
Pemudik dari berbagai daerah akan kembali dengan kegiatannya di Jakarta, apakah yang perlu diperhatikan?
Di antara tamu-tamu Jakarta ialah para pemudik yang kembali, seakan kembali kepada induk semangnya. Masuk ke rumah dan kantor dengan aktivitas dan rutinitas sediakala. Baik dalam instansi pemerintah maupun swasta. Hendaknya saling mengambil peran untuk memberi ruang pemeliharaan budaya Indonesia. Yang sarat dengan sopan, santun, saling menghormati hingga saling toleransi.
Ahlulbait Indonesia sebagai ormas Islam bersama ormas-ormas lain seyogyanya mengambil peran dalam mencegah tindak intoleransi ataupun terorisme. Serta terus menjaga keutuhan Indonesia.
Apa yang dapat dipelajari dari potensi para pemudik?
Sistem nilai budaya yang mereka bawa dari daerahnya masing-masing. Inilah yang akan menjadi semacam filter yang mencegah terhadap lahirnya kekerasan dan terorisme di Indonesia. Pemudik dari berbagai latar belakang tentunya memiliki harapan berhasil yang besar dalam pekerjaannya. Hal itu mendorong semangat untuk hidup damai, saling tolong-menolong guna memudahkan terwujudnya harapan tersebut. Sehingga dapat menghindarkan dari berbagai pengaruh negatif tindak kekerasan atau intoleransi dan terorisme.
Adakah pesan untuk para pemudik yang kembali ke kota, khususnya Jakarta?
Kepada para pemudik, selamat datang. Tetap jaga keamanan atau kondusivitas untuk meningkatkan produktivitas dalam berbagai bidang baik pendidikan, budaya, sosial, ekonomi, sosial, politik dan pertahanan.
Tunjukkanlah betapa bulan suci Ramadhan telah melahirkan bangsa Indonesia sebagai manusia-manusia yang bertakwa dalam membangun peradaban. Implemetasi takwa nampak dalam tata kehidupan sehari-hari melalui silaturahmi menjaga kedamaian dan keutuhan negeri ini.
Karena Indonesia ke depan ditentukan oleh kebersamaan setiap rakyatnya di masa sekarang. Termasuk pemudik sebagai bagiannya yang tersebar dan berhimpun di kota. (Sulton/Yudhi)