Berita
Menjadi Pemilik Hari Raya yang Sesungguhnya
1(114)الرَّازِقينَ قالَعيسَىابْنُمَرْيَمَاللَّهُمَّرَبَّناأَنْزِلْعَلَيْنامائِدَةًمِنَالسَّماءِتَكُونُلَناعيداًلِأَوَّلِناوَآخِرِناوَآيَةًمِنْكَوَارْزُقْناوَأَنْتَخَيْرُ
Di saat Rasul saw hijrah ke madinah, beliau melihat penduduk madinah mempunyai dua hari yang mana pada dua hari tersebut, mereka menghabiskannya dengan bermain dan berlibur. Lalu beliau bersabda bahawa “Tuhan memberikan dua hari yang lebih baik dibanding yang kalian punya. Yaitu hari raya I’edul fitr dan I’edul kurban.” 2
Idulfitri merupakan salah satu Hari Raya terbesar dalam Islam. Di hari ini kaum Muslimin merayakannya dengan sukacita. Karena di hari itu, selain orang yang mampu, orang-orang yang tidak mampu pun bisa merayakannya dengan gembira karena mereka bisa memenuhi kebutuhan mereka secara lahiriah dengan zakat fitrah yang telah dditerima.
Ya, Idulfitri memang identik dengan kata “bergembira”. Para wanita dan ibu-ibu membuat kue dan masakan yang enak di hari ini, untuk membahagiakan keluarga dan tamu yang bersilaturahmi ke rumah mereka. Para pemimpin perusahaan memberikan THR kepada para stafnya untuk membahagiakan mereka, sehingga minimal mereka bisa membelikan baju baru untuk sanak keluarga mereka. Ini merupakan budaya dan kebiasaan yang baik. Hanya saja, untuk melengkapi kebahagiaan ini, perlu diperhatikan pulsa aspek maknawinya.
Seperti yang kita ketahui bahwa manusia mempunyai aspek rohani (maknawi) dan jasmani. Kadang aspek jasmani kita bahagia, namun tidak dengan aspek rohani. Begitu pun saat Hari Raya, kebanyakan orang hanya sibuk mempersiapkan kebahagiaan jasmani saja, namun agak terlupa pada aspek rohani. Baju baru, celana baru, uang THR, dan perlengkapan Hari Raya lainnya merupakan aspek kebahagiaan jasmani tersebut. Lalu bagaimana aspek rohani dan maknawinya?
Maka dari itu langkah awal untuk melengkapi kebahagiaan jasmani kita di Hari Raya adalah dengan menyibukkan diri kita pada aspek kebahagiaan rohani juga. Misalnya, dengan mengetahui hakikat dari Idulfitri itu sendiri.
Id untuk Mereka yang Diampuni Dosanya
Sebuah riwayat mengatakan bahwa Suwayd bin Ghaflah berkata: Di salah satu Hari Raya, aku masuk ke rumah Amirul Mukminin as. Kulihat di hadapan beliau terdapat hidangan dan pada hidangan tersebut telah tersaji beberapa roti gandum, semangkuk susu, dan sebuah sendok. Aku pun bertanya, “Wahai Amirul Mukminin! Hari Raya dengan semangkuk susu?” Beliau berkata, “Hari Raya adalah untuk mereka yang diampuni.”
Hari Raya untuk Mereka yang Diterima Puasa dan Salatnya
Imam Ali as berkata bahwa Hari Raya adalah untuk siapa saja yang diterima puasa dan salatnya oleh Allah SWT. Atau mereka yang setiap hari tidak melakukan dosa di dalamnya, maka itulah Hari Raya baginya.
Dari dua perkataan Imam Ali as tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kalau kita ingin menjadi pemilik hakiki Hari Raya maka kita harus memastikan bahwa dosa-dosa kita diampuni dan puasa serta salat kita diiterima Allah SWT. Dengan itu kita bisa menjadi pemilik hakiki, sehingga dua aspek kebahagiaan pun terpenuhi.
Hari Raya Simulasi Hari Kiamat
Dalam Khotbahnya, Imam Ali as berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya hari ini adalah hari kalian, hari ketika orang-orang yang beramal baik mendapatkan pahalanya dan orang-orang yang beramal buruk mendapatkan balasannya. Dan hari ini mempunyai kesamaan dengan hari kebangkitan kalian nanti. Dengan keluarnya kalian dari rumah kalian menuju masjid maka kalian akan mengingat bahwa kalian keluar (dari kubur) untuk menemui Tuhan kalian dan dari berdirinya kalian di masjid adalah berdirinya kalian di hadapan Tuhan dan pulangya kalian ke rumah merupakan pulangnya kalian ke dalam surga.”
Beliau melanjutkan, “Wahai hamba Allah. Paling sedikit (ganjaran) dari kaum laki-laki dan wanita yang berpuasa adalah di hari akhir Ramadhan, saat malaikat menyeru, “Dengar dan ketahuilah wahai kalian bahwa Allah SWT telah mengampuni dosa kalian. Maka berhati-hatilah setelahnya dengan apa yang kalian kerjakan.’
Apabila kita kaji khotbah Imam as, maka kita takkan terlalu berfoya-foya dalam ber-Hari Raya. Bahkan hari itu akan menjadi momentum untuk memperbaiki diri dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena di hari itu, kita diingatkan dengan peristiwa yang pasti akan terjadi kelak yaitu Hari Kiamat.
Oleh karenanya, alangkah baiknya bila kita senantiasa menyempurnakan segala sesuatu yang kita lakukan. Menyempurnakan aspek maknawi dan jasmani kebahagiaan di Hari Raya bisa membuat kita menjadi pemilik Hari Raya tersebut. Sehingga kita pun akan semakin pantas menyandang status sebagai khalifah Tuhan di muka bumi. (Sutia/Yudhi)