Berita
Keyakinan Iran Terhadap Nilai Penting Persatuan Islam
Jumat (03/6) berlangsung Seminar Internasional di Auditorium Al Musthafa STFI Sadra Jakarta, dengan tema Upaya Menghindarkan Konflik Umat dan Merajut Persatuan Islam Sekaitan Hubungan Sunni-Syiah di Iran, menghadirkan pembicara Syaikhul Islam Abdul Ba’its Qitaliy (Imam Besar Ahlusunnah dan Kepala Pesantren Ahlusunnah di Iran), Prof. Dr. Mohammad Hasan Zamani (mantan Atase Kebudayaan Iran di Mesir), dan Dr. KH. Muhaimin Zein, MA (tokoh Nahdlatul Ulama).
Persatuan Sunni Syiah di Iran
Marak berhembusnya kabar tentang adanya perseteruan antara Sunni dan Syiah di Iran mendorong kedua ulama untuk memberikan penjelasan kondisi yang selama ini berlangsung di sana.
Abdul Ba’its sebagai ulama Sunni menjelaskan sesunguhnya kabar buruk tentang kesulitan yang dialami Sunni di Iran itu adalah kebohongan saja.
“Seperti awan yang berlalu, tanpa ada kebenarannya,” jelasnya.
Sebagian besar masjid di Iran adalah masjid Sunni. Bahkan jumlah masjid Sunni lebih besar dibanding mazhab-mazhab lain.
“Sebagai contoh, ada 45.000 masjid di Iran, dan 15.000 masjid itu milik Ahlussunnah,” paparnya.
Keyakinan Persatuan Islam
Dr. Hasan Zamani menjelaskan adanya lima keunggulan yang menjadikan Iran mampu bertahan dan berkembang seperti sekarang, yaitu:
1. Keberhasilan Revolusi Islam Iran
2. Perkembangan Ilmu dan teknologi yang pesat
3. Ke mampukan melahirkan pengetahuan baru
4. Keyakinan tentang persatuan Islam
5. Berupaya melepaskan pengaruh kekuasaan adidaya di negeri-negeri Muslim, sehingga negeri-negeri Muslim berada dalam kedaulatan dan kemerdekaan.
“Bayangkan adanya kelompok-kelompok yang tidak menginginkan persatuan Islam ini, bahkan melakukan upaya perpecahan di dalam umat Islam seperti ISIS dan Al-Qaeda,” terang Hasan Zamani.
Hasan menerangkan sudah 36 juta rakyat Palestina yang terusir dan tanahnya diduduki Israel
“Amerika, Israel dan negara-negara penjajah itu harus melepaskan cengkeramannya atas negara Muslim, sehingga negera Muslim dapat merdeka dan berdaulat di atas kaki sendiri,” pungkasnya.
Pemicu Konflik
Dr. KH. Muhaimin Zein, M.A menguraikan adanya pemicu konflik di luar Islam yang berusaha mencari-cari celah untuk memperuncing perbedaan dan memecah-belah.
Muhaimin membaginya menjadi dua, yaitu pemicu konflik nasional dan internasional.
“Pemicu konflik nasional disebabkan perbedaan yang diperuncing oleh kolonial sehingga memecah-belah umat Islam,” terang Muhaimin.
Sedangkan pemicu konflik internasional lahir di antaranya karena fitnah adanya Alquran yang berbeda dan isu perbedaan ubudiah–persoalan furu’–di antara Sunni dan Syiah.
“Padahal Alqurannya 100 persen sama, tidak ada perbedaan. Sedangkan perbedaan furu’ itu karena adanya mazhab fikih yang memiliki pandangan yang berbeda,” terangnya.
Dimoderatori Dr. Kholid Al Walid, hadir juga dalam acara tersebut Rektor STFI Sadra, Dr. Mufid Hoseini. (Sulton/Yudhi)