Berita
Tugu Digulis, Simbol Juang Bumi Enggang Gading
Selain Tugu Khatulistiwa yang terletak di utara Kota Pontianak, di pusat Kota Pontianak, juga berdiri kokoh sebuah monumen bersejarah. Monumen berbentuk tugu dengan beberapa pilar bambu runcing itu dikenal dengan Tugu Bambu Runcing atau akrab disebut Tugu Digulis. Tugu ini dikenal sebagai simbol perjuangan rakyat Kalimantan Barat dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia.
Heroisme tampak dari sebelas (11) buah bambu runcing pada tugu yang berlokasi di persimpangan jalan Ahmad Yani. Kesebelas bambu runcing berbeda ukuran itu melambangkan 11 pahlawan yang berasal dari berbagai daerah di Kalimantan Barat. Mereka ialah Achmad Marzuki, Achmad Su’ud bin Bilal Achmad, Gusti Djohan Idrus, Gusti Hamzah, Gusti Moehammad Situt Machmud, Gusti Soeloeng Lelanang, Jeranding Sari Sawang Amasundin, Hj Rais bin H Abdurahman, Moehammad Hambal alias Bung Tambal, Moehammad Sohordan dan Ya’ Moehammad Sabran. Nama para tokoh tersebut kini diabadikan menjadi nama-nama jalan di Pontianak.
Kisah Tugu Digulis berawal dari peristiwa 1914, ketika Partai Sarikat Islam (SI) terbentuk di Ngabang, Kabupaten Landak. Organisasi berbasis keagamaan ini mendapat banyak dukungan dan simpati dari masyarakat lokal. Karena maraknya gerakan pemberontakan Sarekat Islam di Jawa dan Sumatera yang dikhawatirkan memicu pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan, akhirnya pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan perintah untuk membekukan gerakan SI dan menangkap 11 tokohnya.
Tiga dari 11 tokoh itu meninggal dalam pengasingan di Boven Digoel, Irian Barat. Sementara lima (5) di antaranya meninggal dalam tragedi pembantaian Mandor di Kabupaten Landak, dan tiga (3) lainnya lagi meninggal karena sakit.
Karena tokoh-tokoh tersebut sempat diasingkan di Digoel, maka tugu ini juga dinamai “Digulis”. Digulis berasal dari kata Digul (Digoel), wilayah yang menjadi tempat pengasingan di era kolonial Belanda. Akhiran is merupakan imbuhan bahasa Inggris yang menunjukkan orang atau pelaku. Sehingga kata “Digulis” artinya adalah orang yang dibuang atau diasingkan ke Digoel, walaupun memang tidak semua dari pahlawan tersebut diasingkan di Digoel.
Hal ini dibenarkan sejarawan, Ridwan Saidi, dalam kunjungannya pada Forum Pembauran Kebangsaan yang dilaksanakan beberapa waktu lalu di Hotel Orchardz Perdana Pontianak.
Tugu Digulis yang berbentuk bambu runcing dan bewarna kuning polos ini dibangun pada 1986 dan pertama kali diresmikan pada 10 November 1987 (bertepatan dengan hari Pahlawan) oleh Gubernur Kalimantan Barat, H. Soedjiman.
Selanjutnya, bertepatan dengan hari ulang tahun Kota Pontianak yang ke 242 (2013) lalu, Pemerintah Kota Pontianak meresmikan renovasi dan pembangunan di kawasan Tugu Digulis. Hal ini menjadikan Tugu Digulis tampak lebih indah dan menarik perhatian dengan pesona air mancur dan di sekeliling kawasan Tugu Digulis diperindah dengan taman bunga mawar. Karena lokasi Tugu Digulis yang cukup strategis di pusat Kota, maka tak jarang dimanfaatkan untuk aksi demonstrasi dan unjuk rasa di kawasan tersebut. (Ridha/Yudhi)