Berita
Islam Progresif, Islam yang Perjuangkan Sosial Justice
Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Prinsip dasarnya adalah kesetaraan, tak membedakan agama, suku, ras, miskin atau kaya. Islam yang memperjuangkan kesetaraan kelas dan keadilan sosial.
Hal ini ditegaskan Airlangga Pribadi, dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga dalam acara Belok Kiri Festival di LBH Jakarta, Jakarta Pusat, Sabtu (19/3).
“Sejak awalnya Islam hadir sebagai sebuah ajaran pembebasan, sebuah ide keadilan yang bukannya tak sadar konteks sosial,” ujar Airlangga.
“Islam adalah sebuah keyakinan yang menyejarah yang menyatakan bahwa upaya-upaya penyucian dan kebenaran tak bisa dilepaskan dari pertarungan konteks sosial dan perlawanan untuk membangun sosial justice,” tandasnya mengutip bagaimana perlawanan Nabi pada kekuatan oligarki kafir Quraisy yang menindas kaum mustadhafin.
Airlangga juga menyebutkan bagaimana dalam sejarah awal Islam, Imam Ali dan anaknya, Imam Husein sangat menjiwai ajaran Rasulullah ini. Mereka sangat menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kesetaraan sosial.
“Dalam kisah Karbala yang terkenal itu, Imam Husein, pada waktu itu melihat terjadi proses pembalikan egalitarianisme Islam oleh Yazid. Ada upaya membangun kesetaraan menjadi upaya yang lebih menuju era monarki. Karena itu ia bangkit,” contoh Airlangga.
“Nah, saat ini kita hidup dalam epos masyarakat kapitalisme, ketika problem ketimpangan sosial tak hanya persoalan malasnya orang-orang yang miskin, tapi lebih mendasar dari itu. Yaitu kapitalisme yang mendorong problem kemiskinan karena sirkulasi kapital,” papar Airlangga.
Islam Progresif vs Kapitalisme
Sementara cendekiawan muda NU, Roy Murtadho, menegaskan bahwa Islam progresif adalah Islam yang tidak terjebak dalam politik identitas, tapi memperjuangkan politik kelas sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad saw kala melawan oligarki bangsawan kafir Quraisy.
“Islam progresif itu tidak dalam konteks politik identitas tapi politik kelas. Artinya Islam harus melibatkan diri bersama seluruh umat manusia yang berserak-serak ini untuk bergerak menghadapi merangseknya kapitalisme global untuk saat ini,” ujar Roy.
“Jadi mau Islam mau tidak, sejauh mereka jadi gelombang besar melawan ketidakadilan, pembebasan, maka dia jadi bagian dari gerakan Islam (progresif) ini,” tekan Roy.
Dimensi progresif inilah yang harus terus digelorakan. Rahmatan lil alamin dari Islam tak akan pernah terwujud ketika umat Islam abai dan loyo menegakkan keadilan sosial dan menebarkan kesetaraan kepada semua umat manusia. (Muhammad/Yudhi) .