Berita
Bedah Buku “Syiah Antara Fitnah dan Fakta”
Ikatan Alumni Jamiah Al-Musthafa (IKMAL) gelar launching dan bedah buku “Syiah Antara Fitnah dan Fakta” di Islamic Cultural Center (ICC) Jakarta, Rabu (9/3) dengan menghadirkan Guntur Romli (Intelektual Muda NU), Dina Y. Sulaeman (Pengamat Timur Tengah), dan Ahmad Hafidh Alkaff (Tim Kajian Ikmal) sebagai pembicara.
“Terbitnya buku ini berangkat dari keinginan untuk menjelaskan sesuatu kepada sebagian orang Indonesia yang salah paham tentang Syiah,” papar Ahmad Hafidh Alkaff menjelaskan latar belakang ditulisnya buku itu.
Paparan Hafidh itu selaras dengan sepatah kata yang tertera dalam pengantar buku, yang menyebut, “Bukan untuk mengajak Anda atau siapa saja menjadi pemeluk Syiah. Namun sekadar untuk memberi klarifikasi, dengan harapan akan menghapus prasangka dan benci.”
Guntur Romli menyebut bahwa benturan antar mazhab merupakan upaya pembusukan Islam dari dalam.
“Syiah dan Sunni itu beda tapi bukan untuk berkonflik, justru untuk saling kenal-mengenal,” kata Guntur.
Bahkan menurutnya, di kalangan Sunni sendiri pun sangat kaya dengan perbedaan. Selain itu ia juga mengapresiasi buku yang ditulis sebagai klarifikasi dan upaya menjawab berbagai polemik terkait Syiah ini.
Sementara Dina Y. Sulaeman mengingatkan hadirin pada peristiwa sejarah bangsa Indonesia yang terjadi tahun 1965, ketika anak-anak bangsa bisa saling bunuh akibat kebencian yang ditimbulkan oleh fitnah.
“Fitnah bisa berpotensi menghancurkan suatu bangsa,” katanya.
Sebagaimana yang Dina amati di Timur Tengah khususnya Suriah, isu sektarian dan konflik antar mazhab selalu coba dimunculkan.
Bagi Dina, apa yang terjadi di Indonesia bisa jadi merupakan imbas dari konflik yang terjadi di sana. Karena menurutnya, perang tidak lagi hanya melibatkan senjata namun juga propaganda global. Dan prahara Suriah telah membagi dunia menjadi dua kutub kekuatan.
Dalam pemaparannya Dina juga menyebut bahwa yang dipertaruhkan di Suriah sangat besar. Tidak hanya minyak dan gas, melainkan juga pertaruhan pengaruh antara kubu pro-Israel dan anti-Israel.
Pertanyaannya, akankah isu sektarian yang dimunculkan di Indonesia menjadi bagian dari itu?
Menggarisbawahi kekhawatiran tersebut, Hafidh Alkaff kembali menekankan bahwa penerbitan buku ini merupakan upaya menyadarkan sekelompok orang yang ingin mengobok-ngobok NKRI dengan sengaja memunculkan isu Syiah.
Dengan pembahasan tergolong ringkas, diharapkan buku setebal 138 halaman ini akan tuntas dibaca dalam waktu satu atau dua jam saja. (Malik/Yudhi)