Berita
Muhammadiyah: Konflik di Timteng Murni Soal Politik Bukan Konflik Sektarian
Konflik di Timur Tengah telah menyisakan tragedi kemanusiaan yang tak terkira. Tak hanya menghancurkan kehidupan jutaan warga di Timur Tengah, pengaruh proxy konflik di Timur Tengah ini celakanya juga mulai merambat ke negara-negara lain dalam bentuk isu sektarian. Termasuk ke Indonesia.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr. H. Hajriyanto Y. Thohari, MA dalam Pengajian Bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang mengangkat tema Perdamaian Timur Tengah dan Masa Depan Dunia Islam di kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (4/3) mengingatkan bahaya proxy-war ini.
“Konflik di Timur Tengah itu sepenuhnya politik. Soal perebutan pengaruh, perebutan hegemoni. Bukan soal sektarian. Bukan konflik Sunni-Syiah,” ujar Hajriyanto.
Hajriyanto berpesan agar warga Indonesia tidak terpengaruh oleh perang proxy di Timur Tengah yang kini merambat ke Indonesia mengatasnamakan konflik Sunni-Syiah.
“Kita sebagai orang Indonesia tak boleh terpengaruh. Kita harus memandang peristiwa di Timteng itu politik, bukan sektarian,” tegas Hajriyanto.
Ulama Perlu Melek Geopolitik
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. KH. Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA, menyayangkan banyak mubalig dan ulama di Indonesia tidak paham geopolitik. Hal ini mengakibatkan banyak yang tak sadar ikut terbawa proxy-war Timteng ke Indonesia.
“Banyak ulama di Indonesia tak paham geopolitik. Apa yang terjadi di Timteng sana langsung dibawa ke sini, terpengaruh proxy,” keluh pria yang akrab dipanggil Din Syamsuddin ini.
Karena itu Din Syamsuddin menegaskan bahwa ulama di Indonesia juga harus paham politik global agar tidak terseret oleh perang proxy negara yang berseteru di Timteng, dan malah tanpa sadar mengimpor konflik di Timteng ke Indonesia. Sehingga hal itu bisa menghancurkan stabilitas dan kesatuan bangsa.
“Ulama perlu paham geopolitik, harus paham geo-ekonomi dan situasi global,” tekan Din Syamsuddin.
Din Syamsuddin menjelaskan pentingnya pemahaman geopolitik itu karena saat ini Indonesia menjadi harapan utama untuk mewujudkan perdamaian dunia, baik oleh Barat maupun Timur.
“Saat ini kita menjadi tumpuan harapan dunia. Baik Barat maupun Timur untuk mewujudkan perdamaian dunia. Jadi kita jangan sampai terjebak. Kita harus menjadi kekuatan jalan tengah. Muhammadiyah harus jadi kekuatan permersatu,” tandas Din Syamsuddin. (Muhammad/Yudhi)