Berita
Menag: Takfirisme Rawan Picu Konflik Sosial
Dalam acara Kongres Nasional Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan yang digelar Komnas HAM bersama Wahid Institute, Selasa (23/2), Menteri Agama Republik Indonesia Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahaya Takfirisme yang menurutnya potensial memicu konflik sosial.
Berdasarkan temuan Komnas HAM dan Wahid Institute, konflik bernuansa agama makin meningkat tahun 2016 ini. Tapi menurutnya itu tidaklah murni masalah agama.
“Menurut saya tidak semua konflik itu karena agama, tapi lebih banyak karena masalah di luar agama. Seringkali agama hanya dijadikan alat kepentingan-kepentingan yang saling berhadapan,” ujar Lukman.
Di sinilah, pengaruh paham-paham intoleran menjadi pemantik yang dimanfaatkan oleh orang atau kelompok tertentu.
“Ketika orang menyerang paham kelompok lain, mudah membid’ahkan, mudah menyesatkan, bahkan sampai mengkafirkan yang lain, itulah yang kemudian memicu munculnya konflik sosial,” terang Lukman.
“Bayangkan, kalau di satu kota misalnya ada orang pasang spanduk ‘Daerah Ini Anti Syiah’, lalu di tempat lain dipasang spanduk ‘Daerah Ini Anti Wahhabi’, lalu di daerah lain nanti bisa dipasang spanduk ‘Daerah Ini Anti Ahlusunnah’, akan seperti apa jadinya bangsa ini?” keluh Lukman.
Karena itulah, Lukman berpesan agar seluruh elemen masyarakat Indonesia tidak mudah terprovokasi kelompok intoleran dan memperkuat toleransi dan persatuan. Agar bangsa Indonesia ini tetap kokoh dalam kebhinekaannya. (Muhammad/Yudhi)