Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Benang Merah Konflik Suriah dan Aksi Teror di Indonesia

Aksi teror di Jalan Thamrin telah membuka mata penduduk Indonesia lebih terang lagi terkait sepak terjang Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Indonesia yang pada awalnya secara terbuka dan terang-terangan melakukan deklarasi di sejumlah tempat tanpa ada larangan dari pemerintah Indonesia.


Bahkan deklarasi yang paling besar dan dilakukan di Bundaran Hotel Indonesia pada saat Car Free Day, 16 Maret 2014, dapat berjalan dengan bebas dan leluasa meski jumlah peserta aksi menyalahi aturan yang ditetapkan dalam Car Free Day dan pihak Kepolisian seperti tidak berkutik untuk melarangnya.

ISIS Indonesia

Aksi ISIS ini tentu mengingatkan kita pada aksi serupa yang dilakukan oleh kelompok Jamaah Islamiyah (JI), yaitu kelompok afiliasi Al-Qaeda yang ada di Indonesia pada tahun 2002 saat mereka melakukan aksi pengeboman pertama kali di Bali. 

Meski dalam hal serangan, aksi teror yang dilakukan di Jalan Thamrin tergolong baru, sebab mengkombinasikan antara bom bunuh diri dengan serangan senjata api, tapi target dan sasaran masih sama, yaitu lokasi yang banyak terdapat warganegara Asing dan pihak Kepolisian.

Setelah aksi teror Thamrin, kini ISIS menjadi musuh bagi rakyat Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan jajak pendapat yang dilakukan oleh Syaiful Mujani Research and Consulting (SMRC) terbaru yang menunjukkan bahwa 95% dari rakyat Indonesia yang mengetahui adanya ISIS menyatakan ISIS tidak boleh ada di Indonesia.

Tak hanya sampai disitu, 90% rakyat Indonesia yang mengetahui tentang ISIS menyatakan bahwa ISIS adalah ancaman bagi Republik Indonesia dan hanya 4,4 %  yang menyatakan bahwa ISIS bukan ancaman bagi Republik Indonesia.

Penolakan ISIS oleh sebagian besar rakyat Indonesia boleh jadi adalah sesuatu yang wajar sebab menurut data yang dikumpulkan oleh Pusat Kajian Keamanan Nasional (Puskamnas) menunjukkan bahwa aksi teror ISIS selama tahun 2015 adalah yang terbanyak dengan 80 kali aksi teror di seluruh Dunia dibandingkan dengan kelompok teror lain yang ada saat ini.

Teror di Indonesia

Terkait serangan teror di Jalan Thamrin, diindikasikan adalah akibat persaingan untuk membuktikan siapa yang pantas menjadi pemimpin ISIS di kawasan Asia Tenggara. 


Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso dan Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian seusai terjadinya aksi teror di Jalan Thamrin.

Tak hanya aparat terkait yang menyatakan adanya pembuktian siapa yang layak untuk menjadi pemimpin ISIS di Asia Tenggara tapi jauh hari, pada awal Desember 2015, Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones dalam sebuah wawancara dengan tim ABI Press telah menyatakan bahwa saat ini sedang terjadi persaingan untuk menjadi pemimpin ISIS di Indonesia.

Hal menarik adalah ketika berbicara tentang ISIS maka tidak bisa dipisahkan dengan konflik yang terjadi di Timur Tengah khususnya Suriah saat ini. Dan ketika berbicara tentang konflik di Suriah yang melibatkan begitu banyak kelompok dan tiap kelompok tersebut saling bersaing untuk memperebutkan posisi sebagai penguasa di sana, maka akan menjadi mengerikan jika persaingan tersebut juga dilakukan di Asia Tenggara termasuk juga di Indonesia.

Seperti kita ketahui bahwa di Suriah ada persaingan antara ISIS dengan Al-Qaeda. Di Indonesia pun ada kelompok tertentu yang berafiliasi dengan Al-Qaeda seperti kelompok Jamaah Islamiyah. 

Jika persaingan untuk menunjukkan siapa yang pantas untuk menjadi pemimpin kelompok ISIS di Asia Tenggara seperti yang diungkapkan oleh para aparat Negara adalah alasan teror bom Jalan Thamrin, bukankah hal ini juga berarti konflik antara ISIS dan Al-Qaeda pun bisa terjadi di Asia Tenggara termasuk Indonesia?

Maka dengan semakin terdesaknya kelompok teroris yang saat ini berada di Suriah akibat serangan udara Rusia, maka sudah sepantasnya Indonesia berhati-hati baik terhadap Al-Qaeda atau JI maupun ISIS dan afiliasinya yang mungkin akan mengalihkan sasaran teror mereka ke negara-negara lain, jika mereka benar-benar kalah di Suriah. (Lutfi/Yudhi)


Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *