Ikuti Kami Di Medsos

Berita

Membalas Keburukan dengan Kebaikan

Salah satu bukti di antara keagungan Rasulullah yang kepada kerelaan beliau kerelaan Allah atas seorang hamba-Nya dipersyaratkan, adalah ketika Allah SWT sendiri menyatakan bahwa Dia berkenan rela apabila beliaupun rela.

“Betapa agung Rasulullah, ketika Allah sendiri yang ingin memberikan kerelaan-Nya sampai beliau (Rasulullah) sendiri pun rela. Inilah puncak keagungan beliau,” tekan Ustaz Muhammad BSA dalam ceramah peringatan Maulid Nabi di Islamic Cultural Center, Jakarta, Sabtu (23/1) lalu.

Dengan kata lain, Allah akan rela kepada hamba-Nya ketika Rasulullah telah rela. Artinya, tergantung kepada siapa Rasulullah akan memberikan kerelaan itu.

Kenapa kemudian manusia yang paling mendapat kerelaan Allah adalah Sayyidul Wujud Muhammad saw?

Ternyata karena di sepanjang kehidupannya, Rasulullah memang tidak pernah melakukan sesuatu kecuali beliau ingin memperoleh kerelaan Allah. Selain itu, beliau juga selalu ingin memberikan kebahagiaan bagi hamba-hamba Allah. Itulah yang dipikirkan Rasulullah, yaitu bagaimana mampu memberikan kerelaan dan kesenangan kepada sesama hamba Allah.

Rasulullah merupakan pribadi yang paling memikirkan kebahagiaan orang lain.

“Allah telah merekam dalam Alquran, bagaimana Rasul bersedih kalau ada orang yang berpaling dari beliau. Kenapa Rasul bersedih? Karena merasa ada yang tidak mampu beliau selamatkan,” papar Ustaz Muhammad BSA sembari menjelaskan kepedulian Rasul untuk menyelamatkan orang lain.

Seperti biasa, untuk memudahkan jemaah memahami isi ceramahnya, Ustaz Muh membawakan kisah-kisah sederhana dari sejarah kehidupan Rasul. Meski dengan cerita sederhana dan singkat penyampaiannya, namun hikmah yang terkandung di dalamnya sangat besar nilainya.

“Biasanya kalau ada ibu-ibu datang membawa anak kecil, diberikan kepada Rasul supaya beliau doakan. Suatu ketika ada anak yang kencing dalam pangkuan Rasulullah. Ibunya malu melihat hal itu, namun Rasul justru meminta si ibu agar jangan mengganggu si anak sampai si anak selesai. ‘Bajuku mampu kucuci, tapi jangan sampai kamu menyakiti hati anak ini,’ kata Rasulullah.”

“Kadang-kadang ada orang Badui masuk masjid, tanpa tahu tata tertib masjid. Datang ke masjid, di pojokan masjid dia kencing. Para sahabat marah, dan layak untuk marah. Tapi tiba-tiba Rasul berkata kepada para sahabatnya, ‘Biarkan, kalau sudah selesai baru kalian siram’. Kemudian dipanggillah orang itu untuk beliau nasihati dengan lembut, ‘Ketahuilah, ini masjid, tempat salat, zikir, tasbih, tidak layak apa yang kamu lakukan’. Rasulullah tidak menyakiti hati orang itu meski dia sudah terbukti melakukan kesalahan.”

“Wahai yang ingin mengikuti Rasulullah, maka dari itu, setiap kita kalau melihat orang salah jangan lantas menjadi musuh, dan kita benci. Kita punya kewajiban untuk menyelamatkan dia dan menyelamatkannya dari kesalahannya,” tegas Ustaz Muh, lalu melanjutkan kisah tentang si Badui.

“Orang itu melihat Rasulullah tidak marah, tapi yang lain marah. Lalu ia angkat tangan, dan berdoa kepada Allah. ‘Ya Allah berilah rahmat untukku dan untuk Muhammad, yang lainnya jangan diberi rahmat’. Tapi kemudian spontan Rasul menukas, ‘Kamu jangan menyempitkan rahmat Allah, mintalah rahmat untuk seluruhnya,’ kata Rasulullah.”

“Dalam kisah lain, saat beliau sedang berjalan, ada seorang dari dusun menarik sorban beliau dengan kasar sampai membekas, memerah di leher beliau. Orang itu lalu berkata dengan kasar, ‘Wahai Muhammad berikan harta kepadaku!’ Mendapati orang yang perilakunya kasar, dan ungkapannya lebih kasar lagi, Rasulullah hanya tersenyum dan berkata ‘Kemari, apa yang kamu minta?’ Lalu Rasul memberikannya. ‘Sudah cukupkah?’ tanya Rasul. ‘Belum ya Muhammad!’ Lalu beliau tambah lagi apa yang diminta sampai orang itu merasa puas. Setelah puas Rasul bertanya, ‘Kenapa engkau tidak takut aku akan membalas, meski engkau sudah hampir melukai aku?’ Orang itupun menjawab, ‘Aku yakin engkau tidak akan membalas, karena engkau tidak pernah membalas kejelekan dengan kejelekan. Engkau selalu membalas kejelekan dengan kebaikan.'”

Kemudian Ustaz Muh melanjutkan dengan kisah lain.

“Saat beliau duduk, datang seorang miskin membawa hadiah, nampan berisi anggur. Rasulullah melihat wajah orang itu, beliau ingin menyenangkan hatinya. Gembira sekali orang itu melihat hadiahnya diterima Rasulullah, lalu beliau makan sampai habis. Orang itu benar-benar sangat gembira. Para sahabat pun bertanya kepada Rasulullah, ‘Biasanya setiap menerima hadiah, Anda mengajak para sahabat bergabung menikmatinya bersama-sama. Lalu kenapa kali ini Anda makan sendiri?’ Rasul menjawab, ‘Anggur yang diberikan kepadaku rasanya masam semua, aku takut jika aku bagikan kepada kalian, kalian akan bilang anggur itu masam dan akan melukai hati orang itu. Jadi kuputuskan, biar aku sendiri yang memakannya.’”

“Inilah yang perlu kita hadirkan dalam kehidupan kita. Bagaimana kita mesti selalu berupaya membahagiakan dan tidak menyakiti orang lain,” tegas Ustaz Muh sebelum melanjutkan kisah berikutnya.

“Riwayat dari Imam Ja’far Shadiq, ketika beliau meriwayatkan dari datuknya Sayyidul Wujud Muhammad saw, Rasul pernah bercerita bahwa setiap amal kita kelak di hari kiamat akan berbentuk dan mulai di kuburan kita akan melihat bentuk amalan itu. Rasulullah kemudian bercerita ketika seorang Mukmin wafat dan kelak dibangkitkan dari kuburnya, ada cahaya dan cahaya itu berkata ‘Wahai Mukmin, kamu akan menghadapi berbagai pos pertanyaan di sana; ada timbangan, ada mizan, ada sirat, ada berbagai macam pertanyaan. Tapi nanti kalau kamu menghadapi semua itu, kamu diam saja, biar aku yang akan menyelesaikannya’. Maka ujian di semua pos itupun lolos diselesaikan oleh cahaya ini, sampai si Mukmin berada di pintu surga. Rasulullah masih menceritakan, cahaya itu berkata, ‘Sekarang wahai Mukmin masuklah ke surga!’ Si Mukmin bertanya, ‘Wahai cahaya dari liang kubur, pos demi pos, engkau menyelamatkan aku. Siapakah gerangan engkau ini? Siapa engkau wahai cahaya?’ Rasul meneruskan ceritanya, ‘Aku adalah bentuk pahala karena engkau memberikan kesenangan kepada saudaramu sesama Mukmin,’ kata sang cahaya.’”

“Kalau begini besarnya pahala menyenangkan orang Mukmin, tidak mampu kita bayangkan bagaimana kalau kita bisa menyenangkan Rasulullah dan Ahlulbaitnya,” ungkap Ustaz Muhammad BSA di akhir ceramahnya.

Banyak hal yang dapat dilakukan seorang Mukmin untuk menyenangkan hati Rasulullah. Dengan melakukan sesuatu yang membuat nama beliau dan Ahlulbaitnya harum, membela agamanya dan melakukan hal hal yang disenangi Rasulullah.

Seperti halnya penyelenggaraan acara-acara peringatan Maulid Nabi, merupakan salah satu syiar untuk mengharumkan dan mengagungkan namanya serta sarana meneladani kehidupannya. (Malik/Yudhi)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *