Berita
Terorisme Yang Mana?
Gerak cepat aparat pemerintah menangani kasus terorisme di Sarinah dipuji banyak pihak. Dianggap sebagai sebuah prestasi besar kepolisian. Polisi pun langsung membunyikan genderang perang, menyatakan situasi gawat dan meminta kewenangan lebih untuk melawan terorisme.
Banyak yang mendukung, namun tak sedikit pula yang menolak dan mengkritisi permintaan penambahan wewenang Polisi ini. Dosen Universitas Airlangga, Airlangga Pribadi dan Ketua KontraS, Haris Azhar dalam diskusi di Folosofi Kopi Cafe, Kebayoran Baru dalam diskusi Terorisme Kacau di Republik Galau, Selasa (19/1) termasuk yang mengkritisinya.
“Pemerintah mengklaim bagus atasi terorisme dalam kasus bom Sarinah, tapi kenapa terorisme tetap ada di saat pemerintah mengklaim dia hebat, dia sukses?” tanya Haris. “Santoso misalnya, masih ada itu sampe sekarang,”
“Atau coba sebarkan ke kasus Ahmadiyah, kasus Syiah, justru ekstremitas dan terorismenya itu difasilitasi oleh negara. Dan itu terjadi hingga hari ini. Pemerintah membiarkan kelompok A, B, C, menutup atau melarang keyakinan tertentu. Tapi saat ada terorisme negara kok sangat aktif sekali? Ada apa? Tapi kenapa ketika terorismenya melibatkan struktural pemerintahan, Negara diam dan menikmati?” protes Haris.
Airlangga menengarai bahwa Negara mengalami krisis ideologis dalam menangani terorisme.
“Saya lihat negara mengalamin kemiskinan ideologis. Dengan cara-caranya yang monolitik, dengan cara represif, langsung meminta kewenangan lebih, yang terjadi bukan penyelesaian terorisme, tapi justru membuatnya bermutasi makin besar kekuatannya,” ujar Airlangga.
“Yang terjadi bukan Republik kita lebih aman. Tapi justru makin kuat ancaman terhadap demokrasi itu sendiri dan menguatnya intelijen. Ini menghancurkan dan melemahkan demokrasi yang baru terbangun dan dimanfaatkan oleh kalangan yang berkuasa,” kritik Airlangga.
Haris Azhar juga mengkhawatirkan hal yang sama. Menurutnya sangat penting bagi masyarakat tak membiarkan hanya Negara saja yang menangani terorisme.
“Sebaiknya masyarakat tak membiarkan Negara saja yang tangani terorisme. Penting mengawasi bagaimana Negara memberantas terorisme. Jangan sampai tindakan Negara menumbuhkan terorisme itu sendiri,” ujar Haris.
“Kita harus tanya misalnya, kenapa Santoso tak ditangkap? Kemana saja BNPT? Dan mari kita lihat secara lebih utuh, jangan hanya terorisme, tapi juga ekstremisme dan kekerasan. Dan jangan lawan ekstremisme dengan cara ekstrem juga. Karena kekerasan dilawan kekerasan hasilnya adalah kekacauan,” pesan Haris. (Muhammad/Yudhi)